Cenayang

1.7K 114 11
                                    

Jinan - Mira

***

Hari saat Chika pertama kali kembali latihan

Chika, Shani, Jinan, dan para manajer mereka baru saja selesai meeting untuk jadwal Chika. Teddy sempat memberikan Chika teguran ringan karena ketidakhadirannya selama 2 minggu cukup mengganggu jadwal member lain. Setelah itu, Teddy juga meminta Shani dan Jinan untuk membantu adiknya itu.

Chika sudah keluar bersama para manajer untuk mulai latihan. Sementara Shani sengaja menahan Jinan untuk tidak keluar bersama yang lain. Keduanya duduk berhadapan. Tangan Shani melipat di dada, dia seperti sedang bepikir keras.

"Kenapa, Ci?" Jinan menangkap kekhawatiran di wajah rekannya itu.

"Nan, aku mau minta tolong tentang Chika. Aku gak bisa selalu ngawasin dia, mungkin juga jadwal aku sama dia jarang bareng. Kalau kamu lagi ngeliat dia sendirian, tolong temenin dia ya? Setelah banyak hal yang terjadi sama dia, aku gak mau kalau dia sesaat pun ngerasa sendirian di sini. Apalagi tubir buat dia gak pernah ada abisnya. Aku gak mau semakin banyak alasan yang ngebuat dia berhenti cepet di tempat ini," jelas Shani dengan wajah serius untuk permintaannya pada Jinan.

Jinan tersenyum mendengar kekhawatiran apa yang membuat wajah kaptennya begitu berbeda. Shani yang Jinan kenal selalu berusaha tenang, kali ini terlihat ketakutan. "Ci, Chika juga ade aku, sama kaya member lain di sini. Aku emang gak pernah deket sama dia kaya Christy atau Ara, tapi aku juga ngerasa punya tanggung jawab buat ngejaga dia di sini. Kita gak bisa selalu nebak isi kepala dia, tapi kita tau kalau dia masih ada keinginan di sini. Buat mempertahankan keinginannya itu, aku bakalan coba lebih peka dan ngerangkul dia."

Shani tersenyum mendengar jawaban Jinan. Ada napas lega yang keluar dari mulutnya. "Makasih ya, Nan. Tolong bantu aku ya."

Jinan mengangguk dan tersenyum. "Cici bisa andalin aku kapanpun."

***

Bali, Desember 2021. Saat acara barbeque berlangsung

Chika tidak tau harus melangkah ke mana karena kartu akses kamarnya dipegang oleh Ashel. Jadi lah dia berjalan ke sisi pantai yang tidak ramai. Rasanya malu juga bila harus kembali ke tempat pesta dengan air mata yang masih berlinang.

Di bawah lampu penerangan, Chika duduk di pagar pembatas yang terbuat dari tembok dengan tinggi selututnya. Dia menatap laut sambil memeluk lutut, berusaha mengatur kembali napas dan suasana hati. Perlahan air matanya mulai mengering seiring dengan angin laut yang menerpa kulitnya. Chika yang hanya mengenakan kaos dengan lengan sebahu dan celana pendek mulai merasa kedinginan.

Tanpa dia duga, tiba-tiba seseorang memakaikan jaket di kedua bahunya. Chika mengangkat kepala cepat. Takut orang asing yang melakukannya. Namun sesaat kemudian Chika tersenyum tenang melihat sosok tinggi yang berdiri di sampingnya. "Kak Jinan."

Jinan tersenyum dan duduk di samping Chika. "Ngapain sendirian gini sih? Aku kira tadi tuyul," candanya.

Chika tersenyum tipis. "Gak papa. Lagi pengen sendirian ajah, Kak. Kak Jinan ngapain ke sini? Gak ikut pesta sama yang lain?"

Jinan menggelengkan kepala. "Pusing juga lama-lama dengerin musiknya mulai jedag-jedug."

Chika tersenyum tipis. "Gak sama Kak Cindy, Kak?"

"Cindy ... tadi udah sih ngobrol sebelum aku ke sini." Ada jeda beberapa saat dari kalimat Jinan.

"Gak diajak Kak Cindynya?"

"Gak dulu deh. Kayanya aku juga sama kaya kamu, lagi pengen sendiri dulu ajah," jawab Jinan yang membuat kening Chika mengerut, seolah ada makna lain dari jawaban Jinan.

This is ChikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang