"Tidak ada yang benar-benar sempurna. Nyatanya, sempurna hanyalah sebuah frasa yang tidak mungkin di capai oleh manusia"
~Asa Harsa~
______________
Apakah Harsa merasa bahagia dengan keluarganya? Iya dan tidak, itu jawabannya.
Kita tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan kehidupan Harsa, kehidupan yang di damba-dambakan banyak orang nyatanya tak sesempurna itu.
Seperti saat ini, Harsa melihat Mamanya sedang melakukan panggilan suara dengan laki-laki yang Harsa tahu itu adalah selingkuhan Mamanya.
Bagi Harsa situasi ini adalah hal yang biasa baginya, namun entah kenapa rasa sakit, kecewa, dan marahnya tetap sama, sama seperti pertama kali dia melihat Mamanya berbincang mesra dengan laki-laki lain.
Harsa mengetahui fakta itu semenjak umur tujuh tahun, usia yang bahkan cukup dini untuk mengetahui fakta kelam dari Mamanya. Akan tetapi, Harsa memilih diam, dia takut, jika nanti semua ini terkuak, semua menjadi berantakan.
Tanpa Harsa sadari, semua sudah berantakan sekarang.
Harsa memilih bersembunyi, mendengarkan perbincangan antara mama dan selingkuhannya.
Tanpa sadar air mata mengalir di pipinya, perasaan bersalah hadir dalam dirinya. Rahasia yang dia tahu ini yang pasti paling dikecewakan adalah Ayahnya. Dengan kasar dia menghapus air matanya, dia memilih melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
Renia yang melihat Putranya langsung cepat-cepat mematikan panggilan telepon mereka. Dia merekahkan senyum demi menyambut kepulangan Putra semata wayangnya.
"Kamu sudah makan, Sayang?""Sudah," setelah membalas pertanyaan Mamanya, Harsa langsung pergi kekamar menghiraukan sang Mama. Moodnya sekarang sedang tidak baik. Dia ingin marah sebenarnya, namun bagaimana caranya? Terkadang Harsa bingung, bagaimana cara agar semua ini berakhir? Semua pertanyaan itu tak pernah henti-hentinya memenuhi kepala Harsa.
Setelah sampai di kamar, Harsa merebahkan tubuhnya ke kasur. Sekarang rasanya Harsa ingin menghilang. Dia ingin cepat-cepat pergi, pergi kemana saja agar tidak lagi di rumah ini. Harsa memejamkan matanya lelah.
"Gue peng ngilang rasanya anjing," di sela-sela lamunannya Harsa berucap lirih.
Harsa mengambil ponsel yang berada di saku jaketnya, tangannya dengan lihai mengetik dan merangkai beberapa kata di layar handphonenya. Harsa sedang meluapkan semua keluh kesahnya dalam sebuah cerita yang dia buat. Salah satu hobi Harsa adalah merangkai kata dan membuat cerita dengan alur yang dia inginkan. Harsa merasa, semua perasaan gundah dalam hatinya ikut pupus beriringan dengan rangakaian kalimat yang dia tulis.
Tak berselang lama, di layar handphonenya tertera nama "Jean". Tanpa pikir panjang, Harsa menarik keatas icon berwarna hijau.
"Sa, nongki yok. Gue gabut coy." Suara di sebrang sana memulai pembicaraan.
"Gas aja gue mah, mau kemana emang?"
"Di warung mang Dadang lah, emang ada tempat lain."
"Ye, santai atuh. Oke, gue tutup dulu."
Panggilan di akhiri oleh Harsa, dia segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia mengganti baju sekolahnya dengan kaos berwarna putih dan celana hitam. Setelah merasa sudah siap Harsa keluar dari kamarnya.Di tangga Harsa berpapasan dengan Mamanya. Sebenarnya dia ingin pergi dan menghiraukan Mamanya gitu aja biar Mamanya sadar, tapi gimana lagi dia harus pura-pura gak liat kejadian tadi kan. Akhirnya Harsa memberi senyuman ke Mamanya dan pamit bahwa dia akan pergi bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA HARSA
ФанфикBagi Harsa, Mama adalah obat serta luka baginya. Hal buruk yang telah Mamanya lakukan tanpa di sengaja terlihat oleh Harsa kecil, hal itu menimbulkan kebingungan besar pada diri anak empat tahun tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, seiring di...