"Aku udah hubungi Paul, mungkin bentar lagi dateng."
"Kamu nanti jangan aneh - aneh kalau ga ada aku."
"Harusnya aku yang bilang gitu, Ron."
"Emangnya aku bakal ngapain, hm?" Ucap Rony mengelus kepala Salma.
"Tauk deh." Jawab Salma memalingkan wajahnya ke samping.
"Udah ah, jangan cemberut gitu. Mana sini aku mau liat senyum kamu dulu sebelum berangkat." Ucap Rony memegang kepala Salma mengarahkan agar menatap dirinya.
Mendengar kata berangkat dari bibir Rony membuat Salma malah semakin murung.
Rony tersenyum, lalu memajukan tubuhnya menarik Salma ke dalam pelukannya.
Salma pun lantas membalas pelukan Rony tak kalah erat dan menyamankan posisi kepalanya bersandar di dada bidang laki - laki itu.
"Jangan lupa kasih kabar. Telfon, video call jugak."
"Pasti, Ca."
"Kamu juga kalau ada apa - apa kabarin aku." Salma mengangguk mengiyakan.
"Nanti di sana jangan lupa makan, kalo cape istirahat. Jangan terlalu diforsir kerjaan kamu, Ron." Salma mendongak menatap Rony masih dengan posisi memeluk pinggang laki - laki itu.
"Aku gapapa kamu pulangnya lama, tapi kamu tetep sehat. Jangan kecapean dan malah sakit." Jelas Salma panjang lebar.
Rony tersenyum kecil. "Iyah, kamu udah bilang itu berapa kali tadi di mobil."
"Aduh, Ca. Ko dicubit sih." Keluh Rony yang mendapat cubitan kecil di perutnya.
"Ya aku kan ngingetin, Ron. Kamu tuh suka lupa kalau udah sibuk sama kerjaan kamu." Sindir Salma melepaskan pelukannya.
"Iya sayang, iyaah."
"Makanya nanti kamu harus ingetin aku terus okey?" Ucap Rony lembut mengelus sebelah pipi Salma.
"Pisah kota aja ya Allah, kayak mau pisah negara kalian." Ucap Bang Ali menatap malas Salma dan Rony.
"Makanya punya pacar." Sindir Rony
Tak berselang lama, Paul muncul dengan wajah yang tak bersahabat.
"Kusut amat muke Lu, Pul." Ucap Bang Ali menyambut kedatangan Paul.
"Adek Lu noh, ganggu waktu cuti gue tau gak." Sindir Paul kepada Rony.
"Lu juga Mak, ngerepotin aje Lu."
"Dih, kalau ga ikhlas ngapain kesini?! yaudah pulang aja sana!"
"Gue juga bisa naik taxi!" Lanjut Salma kesal.
"Ul!" Peringat Rony kepada sang sahabat. Kalau dilanjutkan bakal ada perang dunia.
"Becanda elah, Mak. Serius amat idup Lu." Ucap Paul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salma hanya memutar bola matanya malas.
"Udah - udah, ayok Ron." Bang Ali mengajak Rony untuk segera masuk ke dalam pesawat.
"Ca, aku berangkat yah. Kamu jaga diri disini."
"Kamu juga Ron, semoga lancar kerjaannya."
Rony mengangguk singkat lalu merentangkan kedua tangan mengkode Salma agar memeluknya sekali lagi.
"Jangan lupa kabarin kalau udah sampe." Ucap Salma dalam pelukannya.
"Iyah." Rony menepuk lembut kepala Salma sebelum ia mengakhiri pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANTAS?
General FictionAnother story dari Salma Rony, coba baca dulu deh Follow akun ku jugaa yaa Jangan lupa Vote n Komen juga biar makin semangat nulis