Siswi Pindahan

2 0 0
                                    

     "Tempat baru adalah awalan yang baru. Entah itu akan jadi awal dari hidup yang baik, atau sebaliknya."

     Waktu menunjukan pukul 21:26. Gadis itu masih berdiri di sisi jalan yang sepi, ia sedang menunggu seseorang. Katanya, karena ini adalah hari terakhirnya di Bandung mereka ingin memberinya kenang-kenangan. Meskipun firasatnya buruk, ia tetap datang juga. Ia tidak tahu, bahaya seperti apa yang menantinya.

     "Oh, udah nunggu lama ya, Kina?" Sapa seorang gadis berambut sebahu yang baru datang bersama tiga gadis lainnya. Mereka masih mengenakan seragam sekolah SMA Pasundan Bandung.

     Gadis lain berambut sedikit lebih panjang menghampiri si gadis yang dipanggil Kina yang kini terlihat panik. Wajah putihnya terlihat semakin memutih, namun itu bukan putih yang biasa. Wajah itu memucat seiring semakin dekatnya gadis tadi.

     Diambilnya tas yang berada di punggung Kina. Gadis itu membuka tas tadi lalu membalik tas hingga keluar semua isi dari tas itu dan berserakan di jalan. Bukannya merasa bersalah, ia justru memasang ekspresi puas dengan senyum lebar menghias wajahnya. Ia mendongak menatap wajah Kina yang hanya berdiri mematung, memerhatikan buku-bukunya yang kini sudah berserakan.

     "Pegangin dia!" Perintahnya kemudian kepada kedua temannya.

     Dibuangnya tas tadi. Gadis itu mengambil ponsel di saku roknya, membuka fitur camera. Sementara kedua temannya telah berhasil memegangi tangan Kina.

     Kina yang tidak mengerti dengan apa yang hendak mereka lakukan, ia meronta. Ia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi, yang ia tahu hanya dirinya dalam masalah.

     Selanjutnya gadis keempat disana membuka dengan paksa satu kancing teratas seragam Kina, dilanjutkan dengan membuka kancing lainnya. Kina tentu tidak diam. Gadis itu meronta, memohon untuk tidak melakukan hal itu padanya. Namun mereka seolah tuli, mereka abai dan terus melecehkan Kina.

     Hal itu terjadi selama 5 menit, sebelum mereka menghentikan rekaman dan membiarkan Kina pergi.

     Gadis malang itu berlari meninggalkan teman-teman- atau lebih tepat dikatakan para pembully-Nya, ia juga tidak peduli dengan tas dan bukunya. Kina hanya ingin segera pergi menjauh dari mereka.

     Tujuannya bukan rumah, ia pergi ke gedung sekolahnya. Pergi ke kelasnya di lantai 2. Entah apa yang ia pikirkan. Rasa malu, marah, kesal, lelah, semuanya menjadi satu dan itu memberinya dorongan yang kuat. Ia berdiri diam di dekat jendela sebelum akhirnya melompat.

  

    ***


     Sorak sorai dari para siswa yang menonton pertandingan basket kian ramai. Bintang lapangan itu Aksa baru saja mencetak angka.  Itu adalah sparing antara SMA Pelita Harapan dan SMA Harapan Bangsa.

    Gadis berambut sebahu dengan poni tipis menggenggam tangan gadis berambut sedikit lebih panjang darinya dengan erat.

     "Lo liat ga? Astaga! Emang ya Aksa itu ga ada bandingannya. Udah ganteng, tajir, jago basket pula."

     Gadis itu menatap laki-laki muda yang kini sedang berlari kesana-kemari di lapangan sembari mendribble bola. Meskipun mantan kekasihnya banyak yang tampan, memang tidak ada yang setampan dan sesempurna Araksa.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang