Sore hari di taman bermain, seorang anak sedang memainkan sebuah wahana bermain kecil, disana ia memainkan ayunan berbahan dasar kayu.
Hanya saja, ia tidak benar-benar memainkannya. Hanya diam sambil memandangi sekumpulan anak sebayanya yang sedang bermain disisi lain.
Tak berselang lama, suara lembut orang dewasa memanggil satu persatu nama-nama dari anak-anak yang bermain.
"Oka-san...Oto-san..." Ucapnya lirih. Melihat pria dan wanita menggenggam halus tangan anak-anaknya, telihat obrolan-obrolan hangat tercipta diantara keluarga itu. Senyum yang terpatri dimasing-masing wajah mereka menambah kesan tersendiri baginya.
Perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya. Sedangkan anak itu hanya memandang kearah jalanan yang sudah kosong.
Dengan tatapan sendunya, ia sedikit merasakan perasaan iri dan hampir saja menangis.
Jika tidak ada yang menyadarkannya dari lamunannya, mungkin ia akan menumpahkan kristal bening dari matanya.
"Hei!" Kata anak itu. Membuat anak itu mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk.
"Apa yang kau lakukan disini, gak pulang?" Tanyanya lagi.
Tapi itu hanya dibalas dengan kedipan mata. Mungkin anak itu tak mengerti. Kemudian ia duduk disebelah ayunan yang masih kosong.
Berpegang pada tali yang menahan ayunan agak tak jatuh dan kembali membuka suaranya. "Dengar ya, namaku Ayakashi Mabushi, kamu?" Ucapnya menujuk anak disampingnya.
"Yazuki" satu kata keluar dari mulutnya membuat Ayakashi melebarkan senyumnya. "Nama lengkap?" Tanyanya lagi. "Rennai?" Terlihat ragu memberitahu namanya. Ayakashi Mabushi memanggil lengkap namanya " Yazuki, Yazuki Rennai,kan?" Ucapnya membenarkan dan dibalas anggukan kecil dari Yazuki.
Mereka pun tertawa ringan diakhir. Tiba-tiba dari arah lain seseorang memanggil nama Ayakashi yang tidak lain adalah ibunya dan ayahnya.
"Oto-san, Oka-san!" Serunya sambil berlari menghampiri dia orang dewasa itu. Terdengar omelan kecil dari ibunya dan Ayakashi hanya bisa tersenyum pasrah menanggapi dan ayahnya hanya merespon dengan tersenyum setulus mungkin.
Hingga saat mereka akan pulang. Ayakashi melambaikan tangannya kepada Yazuki dan meneriaki namanya. "Mata ne, Ren-chan!" Anak yang diteriaki itu hanya bisa membalasnya dengan lambaikan tangan dan berguman pelan " Mata ne...Ma-chan" ucapnya pelan yang tak mungkin didengar.
Mereka pun pulang dan hanya menyisakan ia seorang diri.
"Aku rindu kakak" ucapnya dalam hati.
Segera ia bangkit dan berlari menuju jalanan yang masih setia menampilkan matahari terbenam dari jalanan kota.
Sesampainya didepan pintu, ia mengetuknya "Tadaima..." Ucapnya.
Pintu terbuka menampilkan raut senyum seorang pemuda menyambut orang didepannya."Okaeri!" Balasnya dan langsung dibalas dengan terjangan dari manusia didepannya yang tak lain adalah adiknya sendiri. Dan hari itu berakhir dengan makan malam dan cerita dari adik kecilnya.
Pemandangan kini beralih...
Disebuah ruangan yang tak lain adalah kamar tidur seorang pemuda berambut biru malam.
Cahaya matahari pagi menembus melalui kaca jendela kamarnya dan mengenai wajah pemilik kamar yang masih terlalap dalam kasurnya.
Merasa cahaya matahari mengenai wajahnya, ia segera menghalangi sinar dengan tangannya karena merasa silau.
Perlahan membuka maniknya yang berwarna akuamarin. Surai biru malamnya menutupi sebelah matanya. Mengalihkan posisinya menjadi duduk dan meregangkan tangannya senyaman-nyamannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
DiversosSebenarnya untuk apa sebuah kebetulan singgah dan menyatakan diri sebagai takdir yang terus menerus membuat kejutan. Hingga saat ini, kau takkan tahu kemungkinan apa yang akan kamu jalani sekarang hingga hari esok yang akan datang. Mencoba tak teru...