Hari (spe)sial

1 0 0
                                    

Sebelum masuk ke cerita, gue ingin ngasih tahu kepada kalian, sebenarnya gue sempet bingung buat mulai cerita ini dari mana, tapi setelah dipikir-pikir, akhirnya gue memutuskan buat memulainya ketika gue pindah sekolah ke SMA BINA INSAN JAKARTA. (Tristan)

***

"Gerung kenapa kamu tuh malah kayak gini, udah tahu ini hari spesial, kamu malah mogok!"

Gerung adalah motor seken, yang diberikan ayah saat ulang tahun gue beberapa waktu yang lalu, Gerung juga lah yang menjadi alasan gue harus berpindah sekolah, karena kata ayah, "kalo bisa, kamu pindah ke sekolah yang searah dengan adikmu Lia, supaya kamu bisa sekalian antar jemput dia."

Tapi, ya gini nasib motor bekas, gampang penyakitan. Ini aja tiba-tiba mogok, padahal jarak ke SMA BIJAK masih lumayan jauh. Mau gak mau gue harus nganterin si Gerung ke Bengkel.

Setelah selesai jajan di bengkel si Gerung siap kembali menjajah jalanan, dan saat gue liat jam yang terpasang di pergelangan tangan, dapat dipastikan hari pertama ini gue bakalan terlambat masuk sekolah.

Akhirnya, setelah banyaknya perjuangan, gue tiba di depan gerbang sekolah yang bercatkan warna hijau. Dan, dugaan gue benar, gue terlambat dan gerbang telah dikunci. Terlihat di dalam pos, seseorang tengah duduk seraya menyeruput kopi hitam.

"Pak, tolong bukain gerbangnya pak!" teriak gue ke arah orang tersebut.

Bapak tersebut mengerutkan keningnya seraya menghampiri gue. "Kamu ada perlu apa ke sini, kamu bukan siswa sini kan?"

"Pak, saya ini murid pindahan dan ini adalah hari pertama saya sekolah. Makanya seragam saya masih berbeda dengan siswa yang lain!" jawab gue dengan tetap mengatur suara agar terdengar tenang.

"Hari pertama udah terlambat, bagaimana kedepannya bisa-bisa bolos terus!" orang tersebut terus berbicara namun tetap saja pintu tak lantas dibuka.

"Astaga kalo aja gue udah tahu isi sekolah ini, kayaknya kalo telat gue gak perlu ngadepin orang macam dia dah," meskipun mulut gue diam, tapi hati gue terus menggerutu dan mengutuk orang tersebut.

Alih alih membukakan  gerbang, penjaga gerbang ini malah berniat cepu ke guru yang ada di sana. "Sebaiknya kamu tunggu dulu, biar saya kasih tahu guru BK di sini, agar kamu bisa masuk."

Sesaat, suasana menjadi hening, penjaga gerbang tadi telah kembali ke dalam pos nya dan gue pun menyandarkan badan ke tembok pagar.

Suasana hening seketika berubah, dikala sebuah mangkok dipukul oleh seorang pedangan bubur ayam yang lewat di depan gerbang

Ting... Ting... Ting....

"BUBUR AYAM, ABANG ILHAM," teriak pedagang bubur Ayam tersebut.

Saat itu juga gue dengar penjaga gerbang tadi manggil gue dari dalam sana. "Ssst, kamu mau saya bukain gerbang kagak?"

"Ya jelas mau lah!" tegas gue.

"Kalo mau dibuka, ada satu Syarat," balasnya lagi. "kalo mau dibukain, syaratnya kamu harus ...."

***


Setelah beberapa menit gue berada di depan gerbang. Akhirnya, gue bisa masuk lingkungan sekolah dan dapat memulai sekolah di sini. Ya meskipun gue harus ngeluarin duit buat beli Bubur Ayam yang diminta penjaga gerbang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MMK (masih menulis kisah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang