01

6 5 0
                                    

Malamnya telah larut, gadis yang sudah memasuki umur remajanya itu menatap sendu pada warna hitam yang menggantung di atas sana melalui material bening yang menyatu di kamarnya, ia sudah duduk tenang menuruti perintah untuk menunggu ibu dan ayahnya pulang. Namun rasanya telah menjadi selarut ini, kemana mobil ayahnya berbelok? bahkan ia sudah terlalu lama menunggu dan akhirnya memilih membaringkan tubuhnya di tengah tengah kasur, menarik keluar buku novel yang sengaja disimpannya di antara tumpukan bantal dan membolak balikan kertas dalam buku tersebut. Akhirnya ia menemukan sebuah kertas kaku yang dibentuk menjadi deretan enam matahari yang terlihat sedang bergandengan satu sama lain, ini adalah paper pembatas baca yang ternyata telah berada di lembar paling akhir, mengingatkannya kembali bahwa dirinya telah selesai membaca buku ini dua hari yang lalu. Tapi ia tak peduli, rasa bosan sudah terlalu banyak menggerogotinya dan membuatnya mengambil paper pembatas tersebut lalu membuka lembar paling awal.

Ia juga tak peduli jika nanti ibu dan ayahnya tahu ia lagi lagi membaca buku novel itu, entah sudah berapa kali ia mengulang bacaan yang sama. Rasa bosan membaca buku novel itu tak akan bisa diukur sampai kapanpun karena dirinya tak pernah bosan bahkan jika telah mengulang bacaan yang sama sebanyak seratus kali!

Oh, sebentar, ada orang lain.

Hei, kamu mau bergabung dengan gadis ini?

Biar ku beritahu, gadis ini telah bertemu dengan mereka berkali kali dan tak pernah merasa bosan.

Kamu mau—oh, bukan seperti ini seharusnya!

Karena kamu sudah disini, maka lebih baik kamu duduk agar kami bisa membagi hal menyenangkan ini denganmu!

Selamat berpetualang di dunia mereka!










Sekelompok serangga yang tak terlihat keberadaannya oleh mata mulai bersuara memamerkan keunikannya pada makhluk-makhluk yang lain, menggembor-gemborkan jika suara mereka adalah yang paling mendominasi saat malam hari akan tiba.

Tanaman putri malu telah menguncup daunnya, tanah telah menjadi dingin suhunya, dan cahaya dalam lentera semakin membesar setelah disulut oleh pematik.

Kepala dengan rambutnya yang tertata model kuncir ekor kuda tinggi dan beberapa anak rambut dibiarkan jatuh menutupi dahinya yang sedikit berkeringat, netra ungu lavender miliknya menatap lurus ke depan, menatap lamat lamat pada benda kuning kemerahan yang semakin turun diujung barat sana seolah dirinya akan kehilangan informasi penting jika mengalihkan pandangannya barang sedetik. Namun tidak ada yang tau, bahwa sebenarnya pikirannya sedang berkecamuk tanpa terkendali.

 Namun tidak ada yang tau, bahwa sebenarnya pikirannya sedang berkecamuk tanpa terkendali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Benar-benar terlalu banyak hal yang menggerayangi pikirannya.

Bagaimana caranya bertahan hidup lebih lama untuk suatu hal yang lebih layak?

Bagaimana tentang masa depan?

Hal apa lagi yang harus dilakukan olehnya sekarang?

Atau apa saja pencapaian yang sudah terjadi selama ini?

CENDRAMAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang