Suna mengerjap, ia kemudian membuka mata, yang ia lihat hanya gelap. Kemudian ia mengerjap lagi, dan membuka mata, masih gelap. Lalu ia mengerjap, dan membuka matanya lagi, kali ini ia melihat setitik cahaya di depannya. Kemudian perlahan dan perlahan, setitik itu tumbuh menjadi serumpunan cahaya, dan sebelum Suna sadari, di sekelilingnya sudah ramai penjual, pembeli, wisatawan, dan keramaian yang membuat sesuatu dalam dada Suna membuncah-ruah. Sesuatu, Suna merasa bingung tapi ia nyaman dengan rasa bingung itu.Ia merasa tempat ini familiar. Suna menghirup nafas, kemudian merasai aroma yang menyergap masuk hingga ke paru-parunya. Ah, aroma ini. Pikir Suna ia sudah enggan lagi merasai aroma ini.
Kakinya melangkah maju, berjalan pelan melewati pedagang-pedagang dan wisatawan, di antara keramaian dan gemerlap terang cahaya dari lampu-lampu toko dan eperan. Netranya berkeliling memandang-mandangi, kapan terakhir kali ia melihat ini semua ia sudah lupa. Di tengah hiruk pikuk keramaian orang yang mengelilinginya, Suna mendadak terdiam. Netranya terpaku pada sepasang insan yang saling tertawa di tengah dua orang itu. Suna tahu, Suna tahu siapa mereka, tahu kelewat tahu. Bahkan Suna tahu kemana mereka akan pergi setelah ini. Kakinya kemudian mengejar dua insan yang masih saling tertawa melanjutkan perjalanan itu, ia mengejar, mengejar dan mengejar, namun ia kemudian terhenti sekali lagi kala merasai kakinya tak menapaki datar.
Suna terjatuh. Kemudian gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa.
.
.
Kesemua Bintang yang Meledak Bersama Senyummu.
Pairing: Suna Rintarou x reader
story © Erukani_mitsu
Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Wcs: 2009 words.Tw: Hw, Death, Blood, angst, hurt.
|
Tarikan nafas Suna terdengar begitu sengsara, ia kedinginan, matanya menatap sekitar, di kamarnya. Ah, mimpi yang sama lagi.
Ia termenung sebentar sebelum kepalanya menoleh melihat bajunya yang basah kuyup seperti orang baru saja pulang kehujanan. Suna mendesah tipis sebelum turun dari kasurnya dan memutuskan untuk mandi kemudian berangkat latihan.
Suatu ketika, Komori pernah bertanya padanya, apa Suna tahu bagaimana rasanya jatuh cinta?
"Tahu." Jawab Suna saat itu. Rasanya begitu indah, memabukkan, membuat Suna terlena setengah mati, namun juga memuakkan. Suna, jauh di lubuk hatinya sangat hafal mampus bagaimana rasanya jatuh cinta. Namun dikuburnya rasa itu, berusaha sudah disapunya rasa-rasa sial sisa cintanya setelah semua masa yang berlalu. Nyatanya, setiap kali ia tanpa sengaja merenung, Suna kembali terkurung.
Satu orang. Suna pernah merasa ribuan kali jatuh cinta. Tapi hanya di satu orang yang sama. Kalau hatinya diibaratkan sebagai kapal, maka, kapal itu akan selalu bertambat di dermaga yang sama. Sampai kapanpun. Helaian (h/c) yang lembut dan aroma manis buah dan vanilla yang menguar setiap kali Suna menyugar jemarinya di antara helai itu masih Suna ingat hingga sekarang. Bagaimana ia akan mendengkur kecil ketika Suna selalu melakukan itu di pengujung hari kala keduanya kelelahan setelah bertempur seharian dengan tugas-tugas kuliah yang amit-amit.
Lalu, esoknya Suna akan terbangun dengan harum masakan yang mewangi di seluruh ruangan dengan dia yang masih enggan beranjak dari sofa sejak semalam. Lalu, lalu, Suna akan mendengar suara selembut debur ombak yang biasa ia kunjungi setiap selesai ujian pertengahan semester untuk menenangkan kembali pikirannya memanggilnya. Dan sentuhan itu, sentuhan yang dengan lembutnya mampu membuat Suna kepayang. Memegang lembut tangannya kemudian, bahunya berguncang, dan ia membuka mata, dan ia disambut senyum yang sangat ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
City || Suna Rintarou
FanficSaat ia tetap dipaksa bangun untuk menikmati nasi goreng yang sudah tersaji, Suna tahu hari itu akan berjalan begitu baik, kemudian Suna diam-diam akan menyelipkan doa-doa dan puja-puji kepada para Dewa-Dewi atau Siapapun yang ada di atas sana. "Sel...