Companion

8 2 0
                                    

   Tok Tok Tok

   "Tuan muda, kita telah sampai di daerah Pamsuk" Ucap pengemudi kereta sembari mengetuk pintu.

   Ah, aku ketiduran.

   "Baik, kalian boleh kembali ke kediaman keluarga Katsia. Tolong sampaikan pada ayah, aku akan pulang sendiri menggunakan kuda. Jangan khawatir padaku, aku akan baik-baik saja". Terangku pada rombongan kereta kuda.

   "T-tapi tuan muda, kami diperintahkan untuk menunggui tuan muda dan mengantarkan tuan muda sampai kembali, tuan muda"

   "Apakah kalian berani menolak perintah dari tuan muda keluarga Katsia!?" Seruku sembari meninggikan suara.

   "Tidak tuan muda. Saya minta maaf atas kelancangan saya" Mohonnya.

   "Sampaikan pada ayahanda, tenang saja, aku tidak akan membuat keributan. Aku pasti akan baik-baik saja. Aku akan kembali setelah menyelesaikan beberapa urusan" Lanjutku

   "Baik tuan muda. Kami izin untuk undur diri" Ujar pengemudi kereta kuda sembari memutar balik arah dari kereta kuda.

   Kemudian aku menatap sekeliling dari daerah Pamsuk.

   Benar-benar sesuai dengan ilustrasi yang kubuat. Sebuah kota yang sederhana, dengan pohon-pohon disekitarnya, lingkungan yang sejuk dengan angin laut yang langsung mengarah dari barat daya. Masyarakat disini sebagian besar bekerja sebagai nelayan, namun tak sedikit juga para petualang yang sedang singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menggunakan kapal melintasi laut menuju Negara Suci Nefertem. Sesuai dengan kata-kata yang kubuat di novel. Aku penasaran bagaimana kota dan daerah lain direalisasikan oleh si plagiat itu. Namun, melihat hasil dari novel buatanku yang dijadikan kenyataan olehnya, jujur aku sangat puas dengan hasilnya.

   Ah iya, aku harus bertemu dengan dia, yang dikemudian hari akan dikenal sebagai Bloodbath Devil.

---

   "Hey bro, apakah kau tahu kalau Raja Kegelsmann ingin melakukan invasi ke hutan Avondale? Kabarnya ia ingin mengibarkan bendera perang pada bangsa Elf!" Ucap Gregory, Mage lingkaran ke-5

   "Ssttt. Kau ini bodoh atau apa, kau tahu kan kalau menyebut nama kaisar selain kaisar Avalon adalah sebuah kejahatan?" Ucap rekannya, Kazra, Mage lingkaran ke-5.

    "Bukan itu masalah pentingnya, kau tak berpikir kalau misal Kerajaan Mamaluk berperang dengan bangsa Elf, maka kita di daerah Pamsuk yang berbatasan dengan hutan Avondale ini akan ikut berimbas juga? Apalagi selama ini Elf dikenal sebagai bangsa yang sangat benci dengan manusia. Belum lagi kalau sampai ras Druid ikut serta juga. Ya kita hanya akan jadi bubur yang tidak akan dipedulikan lagi oleh kaisar Avalon" Jelas Gregory sembari menyesap bir nya yang telah habis.

   "Hey pelayan! Tambah lagi 2 gelas bir ukuran besar. Hari ini, aku yang bayar" Ucap Gregory.

   "Tapi menurutku, kalau Raja Kegelsmann memutuskan untuk berperang dengan bangsa Elf, maka umat manusialah yang akan kalah telak, karena Elf memiliki ras Druid disisinya yang mempunyai kekuatan me- Argghh apa ini! Hey! Beraninya kau menumpahkan bir ke bajuku, dasar pelayan bajingan! Apa maksudmu! Hah!" Seru Gregory yang marah karena obrolannya terputus akibat pelayan yang menumpahkan bir ke bajunya.

   "A-aa-aku minta maaf tuan. Aku tidak sengaja tuan. Maaf tuan aku tidak sengaja. Mohon ampuni aku tuan" Ucap pelayan itu seraya mengelap baju dan lantai yang tertumpahkan bir yang sedang dibawanya.

   "Hey, apa kamu tahu berapa harga baju ini!? 2 gold! Dan kamu baru saja menumpahkan bir ke baju yang seumur hidup pun kau bekerja juga tidak akan bisa membeli baju ini!" Tukas Gegory sembari mencengkeram kerah baju dari si pelayan.

   "Aku minta ampun tuan, maaf aku tidak sengaja" Ucap pelayan itu seraya berlutut memohon ampun pada Gregory.

   "Ah, kau beruntung pelayan. Kalau saja hari ini belum terlalu malam dan aku besok pagi tidak pergi ke Nefertem, kau sudah pasti ku eksekusi disini. Sudahlah, aku sudah tidak mood lagi. Kazra, ayo kita tinggalkan saja pelayan kurus kering nan bodoh ini. Biar dia saja yang membayar bir itu". Kata Gregory seraya berbalik badan menuju pintu keluar bar.

   Pelayan itu menunduk sembari melihat genangan bir di lantai selagi Gregory dan Kazra meninggalkan bar.

   "Apa-apaan ini! Apakah kau tahu kalau satu bir itu seharga 60 bronze! Yang artinya kau membuat kita kehilangan 240 bronze secara cuma-cuma! Argh bagaimana cara menutupinya! Apakah kau mau membayarnya!? Ucap pemilik bar yang terkejut mendengar kegaduhan yang terjadi di bar nya.

   "Gajimu yang hanya 200 bronze minggu ini tidak akan aku bayarkan untuk mengganti kerugian ini, dan kau cepat bersihkan bar ini lalu tutup. Ah sial kenapa kau ini selalu saja membuat masalah" Sungut pemilik bar itu sembari memegang kepalanya karena pusing yang diakibatkan ulah pelayannya.

   "Baik tuan" Ucap pelayan itu sembari mendengus memikirkan hal apes yang telah terjadi pada dirinya.

---

   "Fiuh, akhirnya selesai juga, kini saatnya menutup bar dan pulang"

   Kriuk. Kriuk

   "Aku lapar sekali. Aku ingin memakan apel tapi uangku tidak cukup. Yasudahlah sepertinya hari ini aku hanya bisa memakan roti kering hambar itu lagi"

   Di pertengahan jalanku menuju rumah, terdengar lantunan lagu dari seseorang yang sedang duduk di kursi di pinggir jalan.

   ~Duhai angin malam
   Beratapkan bayangan kehampaan
   Hadirkanlah gemuruhmu

   Sampaikanlah syahdumu

   Dari garis depan ku berpesan
   Bersama pena merangkai syair
   Selalu ada yang lebih berat dari bebatuan
   Selalu ada yang lebih lembut dari gelombang

   Anakku, berjanjilah
   Selalu ada yang lebih pekat dari darah
   Selalu ada yang lebih kental dari darah
   Anakku, berjanjilah~

   "Ah, lagu ini.." Gumamku.

   "Hey. Siapa kamu! Dari mana kamu tahu tentang lagu itu!" Ucapku sembari mendekat ke arahnya.

   Dan saat itulah, mata kami bertemu, dan aku punya firasat, bahwa orang inilah yang akan membantuku.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Modifier In ChargeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang