Happy reading–!
Nana menatap nanar dua orang didepannya. Hatinya bak ditusuk ribuan jarum ketika mendapati yang selama ini selalu menyayanginya ternyata hanya tipuan demi sebuah balas budi.
"Tidak nana kau salah paham"
Nana menggeleng. Semakin menjauh nana ketika mereka berusaha menggapainya. Tidak ada lagi debaran itu ia rasakan.
"Kalian jahat. Kalian mengatakan itu dengan lantang tanpa rasa bersalah sedikitpun".
Nana menggeleng pelan, semakin lama rasa sakit itu kian nyata ketika semua memori indah masa lalu menyerangnya. Membuatnya menolak sadar akan kebusukan mereka.
"Nana aku minta maaf, kau salah paham. Aku mohon dengarkan aku"
Nana menggeleng, ia berlari meninggalkan tempat itu dengan sakit luar biasa. Bahkan suara derap kaki serta teriakan kencang ia hiraukan hingga sesuatu yang kencang menghantamnya dan membuat dunianya gelap.
"NANA!"
Tepukan keras pada bahunya menyadarkan pemuda berkulit tan itu dari lamunan panjangnya. Wajahnya berubah pucat dan tubuhnya bergetar.
"Ada sesuatu yang buruk terjadi kak" serunya pada Mark, orang yang tadi menyadarkannya.
"Tenang dulu ya, ayo ikut kakak dulu. Di jalan nanti kakak jelaskan semuanya, tapi kamu harus tenang oke".
Haechan, si manis itu hanya mengangguk dan mengikuti Mark menuju parkiran. Ia benar-benar membenci firasatnya yang selalu tepat itu.
Selama diperjalanan ia tidak bisa berhenti menangis. Mendengar penjelasan Mark membuat nyawanya setengah melayang. Sejenak ia merasa dunia hampa. Bahkan jantungnya ikut berhenti berdetak ketika Mark menyampaikan berita duka.
"Kenapa harus nana kak, nana bahkan belum mendapatkan kebahagiaannya"
Mark tidak bisa berbuat banyak karena sedang fokus menyetir. Membawa Haechan menuju rumah sakit dengan cepat dan selamat.
Beberapa pasang mata itu terkejut mendapati keadaan Haechan yang jauh dari kata baik baik saja. Wajah sembabnya semakin menjadi ketika ia kembali menangis di pelukan Shotaro.
"Nana kita" ujarnya lirih sebelum kembali menumpahkan semua kesedihannya.
Salah satu kembar itu menyerahkan sebuah batu kecil berbentuk hati. Terdapat noda darah mengering disana.
"Bajingan itu membuat benda ini kotor, echan. Nana pasti akan marah besar"
"Echan, jangan pegang pegang batu nana! Itu hadiah dari nono! Nanti kotor ish!"
Echan hanya menggeleng pelan lalu mengembalikan batu kecil itu pada sahabatnya.
"Apa bagusnya sih, kan banyak itu dijalan"
Perkataan Echan sontak membuat nana kecil murka.
"Memang banyak dijalan, tapi tidak ada yang sebaik pemberian nono"
Haechan menatap lama batu, kemudian melemparkannya tepat ke arah si pemberi.
Lee Jeno.
"Ini, ambil kembali ini bajingan. Kau sangat jahat. Karenamu nanaku menderita. Kembalikan lagi nanaku, kembalikan lagi senyumnya, kembalikan lagi semua air mata yang ia buang untuk bajingan seperti kau!"
Haechan tidak bisa menahan kedua tangannya untuk tidak memukuli pemuda di hadapannya itu. Kemudian tatapannya beralih pada sosok perempuan yang selama ini menjadi duri dalam pertemanan mereka.
"Kau! Sudah puaskan! Pergi sana! Kalian berdua pantas bersama. Benar benar manusia titisan iblis. Setelah ini aku pastikan kau masuk penjara. Pikir kau aku akan tertipu dengan trik murahanmu. Aku tau kau dalang dibalik ini semua" bisiknya terakhir.
Haechan langsung ditahan oleh Johnny. Ia menyuruh si bungsu untuk tenang dan duduk.
Donghae yang kebetulan berada di tempat kejadian dan orang yang membawa nana ke rumah sakit pun enggan membantu putra semata wayangnya.
"Kau harus ingat. Aku akan mewujudkan perkataan Haechan barusan. Kecelakaan ini telah diseting, pengeroyokan waktu itu juga sudah direncakan"
Nafas Jeno tercekat, ia memandang sang ayah yang kini menatapnya dengan tajam.
"Dan kau! Setelah ini hapus margamu, kau bukan anakku lagi"
Jeno hanya bisa terisak pelan ketika mendapati sang ayah pergi. Bahkan ketika ruangan operasi itu terbuka, ia tidak diperbolehkan mendekat atau melihat keadaan Nana.
"Jangan pernah kau muncul dihadapan putraku lagi!"
Minggu demi minggu berlalu. Belum ada perkembangan yang berarti. Tubuhnya seakan menolak untuk bangun lagi. Lebih memilih memejamkan mata dan beristirahat panjang dari pada membuka mata dan kembali pada mereka.
"Aku pikir dia sudah muak dengan semua ini" seorang bocah perempuan menyusuri jemari lentik yang dingin itu, kemudian menggenggamnya lalu menciumnya.
"Kak nana, cepat bangun ya. Meskipun winter suka sekali mengerjai kak nana, sebenarnya winter merindukan kak nana. Ayo bantu pekerjaan rumah winter lagiii"
"Kau itu! Selalu meminta nana mengerjakan prmu. Mana mau dia bangun bocah!"
Winter mendelik lalu kembali menatap nana yang masih tertidur.
"Nana ayo bangun, aku bawa biskuit vanila dan susu coklat. Begitu caranya dasar bocah. Bujuk nana supaya mau bangun, jangan kau hantui dia dengan pr mu"
Shotaro dan yangyang hanya bisa menatap datar keduanya. Kepalanya sangat pusing sebab dua manusia berbeda gender itu tidak pernah akur.
"Minggir, begini cara membangunkan dek nana"
Sungchan yang baru saja tiba menggeser dua tubuh manusia yang sibuk bertengkar itu. Kemudian menyuruh tamunya masuk dan berdiri tepat disebelah ranjang.
"Dek Nana, icung pulang" bisiknya.
"Woah, jiji membuat nana bergerak".
Dan hari itu, dimana mereka semua kembali pulang dan berkumpul. Secercah harapan datang dan kembali membawa sedikit demi sedikit kebahagiaan pada mereka semua.
Tbc!
Sorry for typo.Selamat kalian menemukan another cerita nana.
Aku publis ulang karena kalau masih pakai alur lama di book yang sebelumnya, booknya gabakal selesai. Tujuan book ini adalah untuk membuka semua misteri yang ada di book lama serta kelanjutan dari cerita nana.
Maaf kalau terkesan labil. Tapi setelah aku pikir ulang, memang ini yang terbaik.
See you–!
KAMU SEDANG MEMBACA
The new part (sequel cerita nana)
Fanfictioncerita nana terus bersambung menjadi bagian baru dengan beragam kisah. senang sedih nana lalui dengan teman-temannya. beberapa rahasia kelam mulai terungkap. yang lama digantikan dengan yang baru. yang datang akan pergi dan yang pergi akan pulang ke...