¹𝓫𝓪𝓭𝓪𝓲

16 2 2
                                    

-2005

' bug bug bug '
"anak sialan. dasar sampah!" maki seorang pria paruh baya kepada nya.

𝄞

' bug bug bug .. '
" Arghhh! bajingan sialann! mati saja kau! " hantaman kepala pada lantai rumah terus wanita itu lakukan pada anak yang baru menginjak usia 5 tahun, menjabak kuat rambut nya agar ia menatap sang wanita.
" sampah seperti mu tidak pantas untuk hidup. " menghempaskan kembali kepala anak tadi kemudian berlalu tanpa rasa kasihan sedikit pun pada nya, anak itu merubah posisi menjadi duduk, menghela nafas pelan saat darah yang mengalir deras di kepala nya lalu mengangkat kepala nya menatap sang rembulan yang selalu memancarkan sinarnya.
" sakit. "

𝄞

kendaraan berlalu lalang dengan tujuan yang tertentu, anak itu terdiam dengan tatapan kosong yang senantiasa menghiasi bola mata hitam pekat miliknya. tak lama seorang perempuan mulai menghampiri dirinya hingga membuat ia sadar dari lamunan nya
" hai dik, apa yang kau lakukan di tepi jalan seperti ini? " tanya nya sembari berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan anak itu, anak itu tak menjawab sedikitpun hingga membuat perempuan tadi heran
" ah baiklah..tapi bisa kau beri tau aku nama mu? " tanya nya lagi
" nama? " ulang anak itu, perempuan tadi mengangguk pelan
" siapa namamu? " tanya perempuan itu lagi
" aku tidak mengerti yang kau bicarakan. aku tidak memiliki apa pun bahkan yang kau sebut tadi. " ujarnya pelan
"aku harus pulang.. ibu akan marah jika aku terlambat.. "
anak itu pun berlalu meninggalkan perempuan tadi.
Perempuan itu tersenyum tipis, ia kembali berdiri, mengambil ponsel yang berada di sakunya lalu menekan-nekan hal yang berada di sana, ia menempel kan ponsel nya di telinga
" ada apa? Lu di jebak? " tanya lelaki di sebrang sana
" bukann.. " jawabnya
" Lalu? "
" barusan gw ngehampirin anak kecil, gw punya firasat baik pas interaksi sama dia, lu tau? , dia mirip banget sama lo pas lo masih bocah, gaya kalian berbicara mirip bangett! " ujar perempuan itu dengan kekehan kecil di akhir kata nya
" ck.. ya ya serah lo. Gw tau maksud lo sha, bawa dia ngehadap gw kalo lu udah dapetin dia"
Perempuan yang bernama Naresha Argecha atau dipanggil esha itu bersorak kecil kala mendapat jawaban yang memuaskan baginya
" gw pasti dapetin dia! "

𝄞

" bu..apa itu nama? apakah aku tidak memiliki hal itu? " tanya seorang anak kepada sang ibu, wanita paruh baya itu malah menatap anak itu dengan amarah
" bicara apa kau ini!? dan siapa yang mengizinkan mu keluar rumah!? " wanita itu menarik kasar lengan anak nya lalu memasukannya ke dalam gudang
" renungi kesalahan mu dan matilah jika kau sadar posisi mu didunia ini!. " wanita itu menutup kasar pintu gudang lalu menguncinya dari luar.

𝄞

udara malam mulai menyentuh kulit seorang anak lelaki yang berada di gudang dengan hanya memiliki sebuah ventilasi yang memberikan udara di dalam sana, tubuhnya menggigil kala dinginnya malam menghampiri tubuhnya.
' aku tidak boleh mati di sini.. ' tekadnya, ia berdiri di depan pintu gudang yang terkunci dari luar
' dug '
' dug '
' dug..'
nafas nya mulai memburu kala pintunya tak kunjung terbuka, mengusap darah yang berada di lengan nya lalu kembali mencoba mendobrak pintu kayu itu.
' dug '
' dug..'
' brakk '
" hah hah hah.. " ia mencoba untuk kembali berdiri, mengatur nafas nya lalu berjalan menelusuri rumah gelap itu. tak sengaja ia malah menginjak sesuatu, ia meraih benda itu, tubuhnya mulai bergetar hebat kala ia tau benda yang berada di tangan nya, ia mulai berlari mencoba mencari saklar lampu, saat ruangan itu sudah menjadi terang, tubuh nya ambruk ketika melihat tubuh sang ayah yang sudah tak berdaya di depan mata nya.
" a- ayah.. " ujar nya pelan

𝄞

' tak tak tak '
' clek '
air mata nya kembali lolos ketika melihat sang ibu juga dalam keadaan tak bernyawa di dalam kamar, ia mendekati mayat sang ibu lalu menangis sendu di bahu nya, ia menatap sang rembulan dari jendela seolah ada sesuatu yang membisiki dirinya, ia mengelap air mata nya lalu kembali berdiri
' aku tidak boleh mati. ' batinnya.

𝄞

' tok tok tok.. '
Esha berdecak kala tak mendapatkan jawaban dari pemilik rumah
" gw salah alamat apa? dasar zero sialan " gerutu nya
' clek '
" ah.. Hai dik "
anak itu menatap datar esha yang berada di depannya
" apakah kau sibuk? maaf kan aku karna mengganggu hal pribadi mu, tapi bolehkah aku bertemu kedua orang tua mu? "
tanya esha ramah
anak itu menggeleng pelan
" ibu dan ayah tidak ada.. " ujar nya, esha mengerutkan alisnya heran
" dimana kedua orang tua mu? " tanya esha lagi, anak itu terdiam sebentar
" mereka ada di bulan " jawab nya, esha yang mengerti ucapan anak itu merasa tak enak hati, ia membawa anak itu kedalam dekapan nya, sembari mengelus surai lebat anak itu.
" kau pasti sedih, maaf sudah bertanya hal yang tidak penting.. " anak itu yang mendapatkan perlakuan hangat dari esha pun sedikit terkejut, pelupuk matanya mulai meneteskan kembali air mata nya sembari membalas pelukan esha.
" sh..sudahlah, kau tidak akan hidup sendiri di dunia yang besar ini " ujar esha lembut.

𝄞

" nah ini rumah kakak, hehe maaf ya agak berantakan, sempit juga " esha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, anak itu terdiam, menatap binar setiap sudut ruangan disana
" ayo ke atas, kamar mu ada di sana " esha menggenggam telapak tangan dingin anak itu. Lama menelusuri tangga, mereka akhirnya sampai di depan sebuah pintu yang lumayan besar bagi anak itu
" ayo masuk "

' clek '

" gimana? kakak gk tau kamu suka dekorasi apa, jadi kakak dekorasiin mobil mobilan aja hehe " esha berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu
" kau suka? " anak itu menggangguk pelan, ia sedikit menundukan kepala nya, esha mengelus surai gelap anak itu
" ada apa? " tanya nya heran
" .. apakah aku boleh tinggal dengan mu?.. " tanya nya pelan, esha mengukir senyum tipis ia membawa tubuh anak itu di dalam dekapan nya
" mengapa tidak? bukan kah mulai hari ini kita sudah menjadi keluarga? " anak itu menatap dalam bola mata berwarna coklat muda milik esha, ia membalas pelukan nya.
" kau belum memiliki nama bukan? " anak itu mengangguk, esha menaruh telapak tangannya di surai gelap anak itu
" Badai Afrenze Keizo " ujar esha
" badai? " ulang anak itu
" ya, badai, jadilah seperti badai yang semakin besar ia semakin kuat pula ia berputar hingga orang orang takut pada nya. " esha menyentuh hidung mancung badai lalu mencubit nya pelan
" kau sudah menjadi keluargaku, badai" ujar esha.

thanks for reading this story! Don't forget to vote, comment and follow! thanks all💐

BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang