Episode 15

40 6 0
                                    

Dimohon kebijakannya ketika membaca cerita karena ini semua hanyalah karangan fiksi.

Terima kasih

Happy reading :")))

.

.

.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Hana melihat risih ke arah Jihan yang duduk di sebelahnya. Hanya terpaut dua tas yang diletakkan di antara keduanya. Hana menyangga kepalanya menggunakan tangan dan melihat Jihan yang kembali sibuk dengan posisinya di depan laptop. Yang tiba-tiba duduk, selonjoran, balik duduk lagi, terus tiba-tiba jongkok.

"Lo kenapa sih? Cacingan? Kebelet pipis?" tanya Hana heran. "Kenapa?"

Jihan menoleh kaget ke arah Hana yang sudah dalam posisi duduk nyaman sembari menatapnya. Gadis itu kembali bergerak membenarkan posisinya untuk duduk tegak dengan laptop yang ia taruh kembali ke atas meja.

"Gue?" ulang Jihan kembali sok sibuk menatap layar laptop. "Kenapa gue?"

"Udah nggak usah akting. Kenapa?" paksa Hana.

Jihan menatap Hana. Matanya berkedip cepat, bingung harus mulai dari mana.

"Elang?" tebak Hana tepat sasaran.

Jihan yang mendengar itu langsung menumpukan siku kirinya di atas meja dan meletakkan telapak tangannya menutupi kedua matanya. 

"Kayaknya gue suka sama Elang tapi gue nggak yakin. Kalau deket-deket sama Elang gue deg-deg an, kalau ngelihat dia sama cewek lain rasanya sebel banget. Tapi, kalau habis ketemu rasanya kepikiran terus seharian. Kayak nggak mau balik masing-masing gitu." Tanpa sadar Jihan langsung menjelaskan panjang lebar kepada Hana sampai membuat gadis di hadapannya itu melongo mendengarnya.

"Menurut lo gue kenapa?" tanya Jihan.

Hana memundurkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya. "Lo berharap gue jawab apa? Kan yang ngerasain elo."

Jihan menyandarkan punggungnya di sofa. "Nggak tau. Gue bingung. Kayaknya gue cuma kagum sama dia karena dia ganteng."

"Iya nggak sih Han?" tanya Jihan menoleh ke arah Hana berusaha mencari validasi.

Hana mengulum bibir bawahnya sebelum ia berkata, "Lo percaya ungkapan dari mata ke hati?"

"Berarti gue suka sama Elang karena dia ganteng." simpul Jihan.

"Jihan, nggak semua yang berawal dari mata itu selalu bermakna ke fisik." jelas Hana. "Emangnya kalau lo ngelihat atau nilai sikap seseorang itu pake apa? Pake mata kaki? Mata hati? Apa mata batin?"

"Justru ... dari mata itu lah yang ngebuat lo suka sama Elang setelah lo ngelihat gimana cara dia bersikap ke orang lain selama ini." lanjut Hana. "Kalau masalah gantengnya, ya lo anggap aja itu bonus." canda Hana di akhir kalimat.

"Gitu ya?"

"Nggak tau juga sih. Gue kan ngarang." celetuk Hana membuat Jihan menurunkan kedua bahunya lemas. "Ya ... tapi balik lagi sih. Tergantung lo ngelihatnya dari mana?"

"Tapi, gini deh, misal nih ... yang Elang mau itu lo, terus yang lain bisa apa?"

Jihan memukul lengan Hana salah tingkah, "Susunan kata lo jelek." cela Jihan. "Lo jangan buat gue ngayal deh. Nggak mungkin Elang suka balik sama gue."

"Mau taruhan?" tantang Hana.

"Ah udahlah. Males gue bahas ginian." kesal Jihan padahal tadi dia dulu yang memulai.

"Kenapa? Salting ya lo? Apa ambyar?" goda Hana sambil menjawil lengan Jihan.

"Hana diem!"

***

"Ta gimana?" tanya Elang.

"Gimana apanya?" tanya balik Anta. Kedua tangan cowok itu sibuk memainkan joystick di tangannya. Matanya menatap tajam ke arah layar besar yang ada di kamar Elang.

"Ya gue."

"Lo kenapa?" tanya Anta lagi. "Yes ... gue menang."

"Ta serius." gerutu Elang sambil melempar joystick di tangannya.

"Kenapa lagi sih Lang?" ujar Anta heran. "Kalau suka bilang. Kalau enggak jangan kasih harapan."

"Kalau menurut lo gimana?"

"Yang ngerasain elo. Yang ngejalanin juga elo. Ya, menurut lo aja gimana Lang, perasaan lo selama ini."

Elang menyandarkan punggungnya ke tempat tidur di belakangnya. Sebenernya Elang udah tau Jihan dari lama atau mungkin lebih tepatnya dia udah memperhatikan Jihan sejak lama. Dia tau kalau Jihan itu satu perumahan sama dia. Dia tau kalau Jihan sering datang ke rumah Kakek Darto hanya untuk sekedar menyapa kedua pasangan tua itu atau memberikan masakan yang dibuat oleh mamanya untuk dibagikan.

Bahkan Elang sampai hafal bagaimana cara gadis itu tersenyum ketika berbicara dengan Nenek Darto atau tertawa karena candaan yang dilontarkan oleh Kakek Darto.

Elang juga ingat bagaimana tatapan yang selalu Jihan berikan apabila bertemu dengannya. Hal itulah yang membuat ego Elang jadi kesentil karena selama ini tatapan yang diberikan sama orang-orang itu tatapan kagum beda dengan tatapan yang Jihan beri di awal pertemuan mereka. Jadi, ketika ia mendapatkan tatapan kayak gitu dari Jihan itu ngebuat dia jadi penasaran sama Jihan. Apa ada hal yang salah darinya dimata Jihan sampai-sampai membuat cewek itu natap dia kayak ketakutan.

Jika diingat kembali, hampir sebagian besar liburannya kemarin dihabiskan bersama dengan Jihan. Dan ternyata Jihan anaknya asik juga. Baik. Bahkan sekarang Jihan jauh lebih santai kalau sama dia karena kenal udah lumayan lama juga. Mungkin Jihan canggung karena awalnya mereka belum kenal dekat.

"Yee malah ngelamun." tegur Anta. "Gue lanjut main ya?"

Tanpa menunggu Elang selesai melamun, Anta memilih untuk melanjutkan permainan mereka yang sempat tertunda tadi.

Namun, sebelum ia menekan tulisan start game di layar, getaran ponselnya dan layar yang menyala membuatnya menoleh. Lelaki itu tersenyum miring mendapati pesan dari seseorang.


Kayaknya lo bener

Jihan suka sama temen lo


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang