CHAPTER 2-2

11 4 0
                                    


Welcome
.
.
.

Setelah mempersiapkan segala kebutuhan mereka, ketiganya pergi untuk menghadap Roy. Meskipun sebelumnya Lara tidak setuju, tapi akhirnya dia ikut dengan mereka.

"Kami ingin keluar dari sini," ucap Reza.

Roy, Mika dan Selin yang ada di sana terkejut.

"Kenapa? Apa ada yang kurang di sini?" tanya Roy.

"Tidak, tapi sejak dulu kami memang selalu berpindah-pindah tempat," jawab Reza.

"Selain itu, kami masih harus mencari cara untuk keluar dari kota ini," ucap Lara.

"Apa maksudmu? Bukannya tidak ada yang selamat dari wabah ini?" tanya Mika.

"Kau salah. Hanya kota ini yang terinfeksi. Sejak wabah ini menyebar, kota ini sudah di karantina, dan apapun yang keluar dari kota ini akan langsung di musnahkan," jawab Reza.

"Jika memang begitu, kenapa kalian ingin pergi dari sini?" tanya Selin.

"Sekarang aku yang bertanya, apa kalian ingin tetap di sini? Tetap berada di kota mati ini seumur hidup kalian?" tanya Adam. "Aku yakin, kalian juga pasti ingin bebas di dunia luar, melakukan aktivitas seperti empat tahun lalu."

Semuanya terdiam. Selin menatap Mika dan mengangguk. Menyetujui apa yang di katakan Adam.

"Jika kalian mau, kalian bisa ikut dengan -"

"Tidak akan!"

Roy dengan cepat menolak dan menatap ketiga orang di depannya bergantian.

"Jika kalian ingin pergi, silahkan. Tapi jangan membuat yang lainnya ikut dengan kalian," ucapnya.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit. Terimakasih karena sudah membiarkan kami menetap di sini."

Sesaat sebelum meninggalkan ruangan, tiba-tiba sebuah anak panah melesat dan menancap tak jauh dari mereka. Reza mengambilnya dan melihat sebuah kertas terikat di ujungnya.

Time to die

"Apa maksudnya ini?"

Belum sempat berkata-kata, tiba-tiba terdengar ledakan keras dari luar. Semuanya langsung bergegas untuk melihatnya.

"Apa itu?!"

Kobaran api membumbung tinggi di depan gedung. Beberapa orang terlihat lalu lalang menyelamatkan diri sedangkan sebagian lainnya berusaha memadamkan api tersebut.

"Hei, apa yang terjadi?" tanya Roy pada seseorang yang melintas.

"Aku tidak tahu, semuanya tadi baik-baik saja. Tapi tiba-tiba sesuatu meledak di depan," jawab perempuan itu.

Pandangannya tak sengaja melihat seseorang di balik tembok bangunan di depannya. Roy mengambil panah tadi dan sebuah busur dari ransel Adam.

Wush...

Cep...

Busur itu tepat mengenai kepala seseorang tadi. Roy dan Adam lalu memeriksa keadaan orang itu.

The Dead Runner [survive in city]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang