Terlihat beberapa pengemudi membunyikan klakson ditengah kemacetan paginya Surabaya. Meskipun ini hari libur tetapi jalanan masih ramai seperti biasa. Daripada bertahan ditengah kemacetan itu, Bara lebih memilih membelokkan Vario nya di cafe yang ada di kirinya.
Suara steam dari mesin kopi La Marzocco, juga alunan musik dari sound memecah keheningan di cafe Thinknnn. Lagu dari dewa 19 menjadi pilihan untuk playlist hari ini di cafe itu. Bunyi dentingan pintu cafe terdengar saat ada yang membukanya.
"Selamat pagi kak, silahkan!" Sambut salah satu crew di cafe itu.
"Mbak best seller nya disini apa ya?"
"Untuk best seller kita ada taro latte dan kopi susu ori kak, untuk yang signature kita ada ice think of you,"
"Wah gimana tuh mbak?"
"Jadi ice think of you itu ice chocolate yang dipadukan dengan flavour almond juga dengan toping ice cream vanila kak,"
"Boleh deh mbak coba satu, sama cemilannya aku mau mix platter aja deh,"
"Atas nama siapa kak?"
"Bara, B A R A,"
"Baik kak Bara, totalnya 55 ribu, untuk pembayarannya pakai apa kak?"
"Pakai gopay ya, mbak"
"Silahkan langsung di scan disini!"
Setelah menyelesaikan pembayaran Bara memilih duduk di sofa yang ada di tengah. Tentunya ia memilih yang ada colokan untuk charger laptopnya.
"ATAS NAMA KAK BARA?!" Suara panggilan tersebut berasal dari wanita yang memegang nampan berisi pesanan Bara. Mendengar suaranya dipanggil, Bara pun mengangkat tangannya. "Silahkan kak pesanannya, jika ada yang mau ditambah silahkan ke kasir ya kak, terima kasih!" Sesaat Bara terpaku pada sosok yang sedang meletakkan minuman di meja nya ini. Sang waitress berlalu dengan meninggalkan harum yang tidak asing bagi Bara.
"Kenapa rasanya seperti sudah lama tidak bertemu?" Lirih Bara pada dirinya sendiri.
Tidak ambil pusing hal tersebut, ia melanjutkan tugas kuliahnya yang terbengkalai. Selain kuliah, Bara juga mengambil kerjaan sebagai desain grafis freelance yang mana gajinya lumayan untuk mahasiswa seperti Bara. Sudah dua tahun ia menjalani kehidupan seperti ini.
Cafe ini ramai tapi suasananya benar-benar sepi. Meskipun ramai, tapi ramainya kebanyakan pekerja kantoran yang work from home ataupun mahasiswa yang mengerjakan tugas kuliahnya. Jadi meskipun banyak orang tetapi tidak berisik. Inilah suasana yang diinginkan Bara. Mungkin cafe ini akan menjadi destinasi Bara jika tak memiliki tujuan untuk mengerjakan tugas dimana. Karena rumahnya saat ini diisi oleh sepupunya yang sangat berisik dan rusuh. Tentunya meninggalkan kamarnya dengan keadaan terkunci. Anak 5 tahun harus dimaklumi tingkahnya, namun tugas Bara juga harus dimaklumi keterlambatannya yang mana itu mustahil.
---
Tiba di cafe, Namtan memarkirkan brio kuningnya. "Pagi Pak Deri!" Sapanya pada tukang parkir yang sedang menghitung uang recehan di meja smooking area yang ada di depan cafenya. "Waduh masih pagi udah dapet Dollaran nih,"
"Bukan Dollar neng, Ringgit ini,"
"Ahaha Pak Deri bisa aja, saya masuk dulu ya pak!"
"Iya neng silahkan!"
Menyapa Disha karyawan nya dan mengambil apron coklat yang tergantung di samping galon. Memulai pekerjaan sebagai waitress dan barista di cafe Thinknnn. Untuk sistem shift nya pagi 1 orang malam 1 orang liburnya 1 orang tapi hanya berlaku dari Senin sampai Rabu, untuk Kamis sampai Minggu shift nya 1 orang pagi dan 2 orang siang. Tentunya Namtan ikut membantu pekerjaan di cafe.
"Gimana Dis hari ini?"
"Tanggal merah mbak jadi agak lumayan rame,"
"Kualahan nggak kamu?"
"Nggak sih tapi ini yang snack belum aku goreng ada yang pesen mix platter sama pisang keju. Aku masih bikin minumannya dulu, tapi deep fryer nya udah aku panasin kok. Boleh minta tolong gorengin mbak?"
"Oke biar aku yang goreng."
Setelah menyelesaikan dan mengantar pesanan, Namtan merasa detak jantungnya berdetak tidak biasa. Ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Ini kenapa ya?" Ucapnya pada dirinya sendiri sambil memegang dada kirinya. Sepertinya ini karena ia kurang tidur. Lebih baik Namtan tidur di ruangannya. "Dis kayanya aku gaenak badan, kamu handle dulu bentar ya, aku istirahat dulu." Disha mengangguk mengiyakan.
Tidur beberapa jam sepertinya bukan pilihan yang buruk. Namtan merasa lebih segar setelah bangun. Dilihatnya jam diponsel sudah 02.47 yang mana sebentar lagi pergantian shift. Ia keluar untuk mencuci mukanya sebentar dan membenahi make up nya di toilet.
"Permisi mbak, kita pernah kenal sebelumnya?" Sapa seseorang yang baru keluar dari salah satu bilik dan menyapanya melalui cermin besar toilet. Disana hanya ada dua bilik toilet yang berada di outdoor belakang cafe.
"Sorry siapa ya? Seingat saya, saya tidak mengenal mas. Nama saya Namtan,"
"Saya Bara, oke mungkin kita memang tidak saling kenal. Sepertinya saya salah orang. Saya permisi dulu ya mbak Namtan,"
"Iya mas, silahkan!"
Melanjutkan make up nya yang tertunda sambil memikirkan sesuatu, "ini kenapa ya, padahal udah tidur lama, udah agak enakan juga kok balik lagi deg-degannya ya?"
"Nakunta belum dateng, Dis?"
"Belum mbak, entah ya gaada telfon juga kalo dia telat,"
"Oke kalo gitu kamu tinggal aja gapapa. Jam shift mu udah habis kan? Ini sisanya biar aku yang handle, kurang apa ini?"
"Ini rice bowl udah selesai sih mbak tinggal anter aja ke customer nya,"
"Oke biar aku yang anter,"
"Ini namanya Bara, duduk di sofa tengah itu. Daritadi pagi dia mbak. Ini udah yang ketiga kalinya dia tambah orderan,"
"Mungkin kerjaannya belum selesai. Malah bagus toh kita jadi nambah omset."
Berada di jarak dekat dengan customer nya bernama Bara ternyata tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Tapi kenapa ya, Namtan juga baru bertemu hari ini. Tidak mungkin kan ia jatuh cinta hanya karena seutas senyuman customer nya. Aneh ini, batinnya.
"Silahkan kak, pesanannya!"
"Terima kasih mbak. Oh iya maaf ya mbak buat kejadian yang tadi mungkin saya agak kurang sopan,"
"Oh tidak apa apa, saya permisi dulu."
Lagi, Bara merasakan hal yang berbeda saat dekat dengan Namtan. Apa ia jatuh cinta hanya karena sapaan hangat waitress kepada customer nya. Aneh ini, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past of Us
FanfictionPernah dengar tentang reinkarnasi? Kau percaya? Bagi sebagian orang hanya percaya reinkarnasi hanya bagian dari kepercayaan orang beragama Hindu. Hanya segelintir orang yang percaya. Bara menjadi salah satu dari orang yang tidak percaya hal tersebut...