Pulang dari Thailand, selain membawa oleh-oleh dan rasa lelah, Graz juga berhasil membawa sebuah pencapaian baru. Butiknya berhasil menjalin kerjasama dengan salah satu brand perhiasan ternama dan akan berkolaborasi untuk koleksi yang akan datang. Sebuah bayaran yang setimpal untuk Graz yang rela membawa pekerjaannya sekalipun ketika harus mendampingi suami ke luar negeri.
Sebagai perayaan, Taeyong mengusulkan untuk mengadakan makan malam dengan dirinya sendiri yang akan mempersiapkan semua hidangan. Ide tersebut disetujui oleh Graz. Ia mengundang Hira, Soraya, dan bahkan Manda untuk ikut serta. Kapan lagi dia punya pasukan perempuan yang bisa diajak mengobrol banyak hal? Graz sudah kenyang setiap hari dikelilingi para lelaki yang kadang perilakunya di luar nalar.
Selain itu, karena Taeyong mengundang Jo dan Naka, Graz sekaligus meminta agar pasangan mereka hadir juga. Tidak lupa ia mengajak adik ipar tercinta, Marko, untuk meramaikan acara kecil-kecilan tersebut.
"Iya. Tadi Ibu udah bilang belum kalau nggak bisa dateng?"
"Udah. Katanya lagi enjoy liburan di rumah Tante Maya, seger, tiap hari pemandangannya sawah sama gunung."
Jaemin duduk di sebelah Graz yang sedang berbicara dengan Marko lewat telepon. Ia mengambil toples berisi sagu keju yang ada di meja, lantas memakan isinya sembari menunggu saudara kembarnya turun.
"Kalo udah begitu, mah, biasanya nggak bisa diganggu gugat. Acaranya malem minggu, kan? Jumat malem gue nginep ya, Teh? Pulang kerja langsung kesana."
"Oke-oke."
Dengan begitu, sambungan telepon antara Graz dan Marko pun berakhir. Perempuan itu menoleh ke samping, mendapati sagu keju yang semula terisi setengah toples kini sudah tersisa sedikit.
"Enak, Kak?"
Jaemin melihat toples yang ada di pangkuannya lalu mengangguk. "Iya, nih. Nagih."
Bibir Graz membentuk senyuman tipis.
"Si Abang lama banget, dah." Jaemin mencari kontak Jeno lalu meneleponnya. Mereka memang cuma terpisah satu lantai, tapi Jaemin terlalu malas untuk berteriak.
"Sabar, buset! Ini lagi nyari handuk."
"Mau kemana, sih, emang? Gym?" Tanya Graz. Jaemin mengangguk sebagai jawaban iya. "Bujuk Ayah kalian, dong! Susah banget disuruh olahraga. Padahal dokter bilang itu bagus buat penyembuhan herniated disknya."
"Tu orang mana mau dengerin kita. Orang kiblatnya aja Bunda." Suara Jeno bersahutan antara yang asli dengan di telepon sebab orangnya sudah turun ke lantai satu.
"Yah, trus kalo gue aja nggak didengerin, gue harus pake cara apa lagi coba?" Graz menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa.
"Ya berarti Bunda harus ngegym juga biar si Ayah mau ikutan." Jaemin berdiri sembari memasukkan ponselnya ke saku celana. "Berangkat dulu, Bunda."
"Hati-hati di jalan."
🌸🌸🌸
Usai melakukan pemanasan dan mengatur tombol treadmill sedemikian rupa, Hira mulai berjalan dengan kecepatan 4 mph. Kegiatan itu sudah berlangsung selama 12 menit ketika Jeno dan Jaemin tiba di sana. Sisa 3 menit lagi.
"Bang!" Sapa Hira dibalas lambaian tangan oleh Jeno. Hira kemudian menekan tombol untuk memperlambat kecepatan treadmillnya. "Hai, Jaem!"
Jaemin balas menyapa Hira, "Hei." Lalu kembali pada obrolannya dengan Jeno. "Jadi menurut lo gue harus gimana, Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Over Flowers | NCT
FanfictionMenjadi ibu bagi empat bujang yang beranjak dewasa, satu balita perempuan, dan satu bocah jadi-jadian (read: suami) tentu saja bukan hal yang mudah. Meskipun mereka bersedia diajak kerja sama, tidak bisa dipungkiri bahwa peran Graziella tetaplah yan...