Unknown Key

88 4 1
                                    

 Ku aduk ranselku, kuraba dan terus ku cari dengan serius.      

“ Gotcha! Ini dia! ” akhirnya kudapatkan yang ku cari. Sebuah kunci berwarna emas yang berkilau. Aku menaruhnya di saku kiri jeans miniku, lalu bergegas keluar dari kamar. Wistle, Nat, Amber dan Heavi sudah menunggu di depan gerbang rumahku.

“ Cepat Audrey! Pak Tua itu sudah marah - marah! Dia tak punya banyak waktu, kau tahu itu! ” bisik Wistle dengan nada was-was.

“ Ya, aku datang! ” sahutku. Lalu kami semua berlalu menuju rumah yang berada di seberang rumahku.

Sir.Weaston. Orang sekitar memanggilnya begitu untuk si Kakek yang tinggal di rumah tersebut. Sir.Weaston orang yang tegas juga disiplin. Ia hidup menyendiri tanpa keluarga ataupun saudara. Dan menyedihkan lagi, umurnya sudah 135 tahun! Bayangkan! Hidup sendiri di rumah tua yang menyeramkan dengan waktu 135 tahun.

“ lapor sir! Kunci itu sudah kami bawa! ” Heavi memberi hormat dengan gaya seperti tentara. Lalu ku berikan kunci itu.

 “Hmm.. ya.. ya,” kakek tua itu bergumam. “Dimana kalian temukan benda ini?” kakek itu bertanya dengan nada suara yang berat.

“Di rumah Audrey...” Jelas Nat. “Tepatnya di ruang bawah tanah” Sambung ku.

“Kunci ini belum pernah sama sekali aku melihatnya, dari modelnya... terlihat ini buatan lama... bahkan model seperti ini sudah tak ada lagi...” si kakek memeriksa kunci itu dengan jeli, dilihatnya kunci itu dari ujung bawah ke ujung atas, lalu dari ujung atas kembali ke ujung bawah... kunci itu berukuran cukup besar untuk ukuran sebuah kunci biasa, dan bentuknya pun juga tidak lazim. Kepala kunci itu berbentuk bundar dan bermotif bunga, kaki kuncinya panjang dan berpilin pilin, tidak seperti kaki kunci umumnya, juga tidak bergerigi.

“Sir. Apakah kau tahu, kunci itu adalah kunci untuk apa?” Heavi bertanya dengan tampang serius. “Dan apakah kunci itu dapat di pakai? Itu tidak mirip seperti kunci,”

“Aku kurang tahu, nak. Kurasa ini kunci untuk sebuah pintu, ini memang tak mirip seperti kunci, tapi aku yakin sekali kalau ini adalah sebuah kunci. Tentunya, pasti pintu yang sangat langka dan unik sekali yang memiliki kunci semacam ini... Dan lihat! Ada sebuah ukiran indah di kunci ini... ” si kakek memberi pendapat dan penjelasan panjang lebar, tetapi... si kakek kelihatan yakin sekali bahwa ada sebuah rahasia dari ukiran di kunci itu.

“Biar ku baca... simaklah anak – anak! : Aloema walamakha, cliptoOchiidushe whome kha, Lamma awakema hafkha : ” si kakek diam sejenak. “Apa maksud nya? Ku ingat – ingat dulu, di mana aku menyimpan kamus bahasa kuno ku? ” si kakek mencari – cari kamusnya di laci dan di tumpukan buku lainnya.

“Kurasa yang ini Sir.” Amber mengambil buku yang ada di bawah kolong meja kerja Sir.Weatson. Buku itu bertuliskan kata – kata asing yang sangat tidak di mengerti, dan sangat terlihat lusuh.

“Bravo, Amber! Ya, itu dia. Buku lama ku. Oh, begitu tuanya aku, sampai lupa di mana aku harus menyimpan buku yang berharga ini.” Si kakek mengelap dan meniup debu – debu yang menempel di buku tua itu. “Mari kita lihat. Tenyata ini adalah bahasa Walakamakha anak – anak, butuh waktu yang lama untuk mempelajarinya dengan baik. Bahasa yang sangat mengagumkan. Hmm, ya... ini artinya,.. lalu yang ini,..” dia sibuk mencari – cari artian dari kalimat yang terukir di kunci misterius tersebut. Ia tampak serius dan menunjukan ekspresi wajah yang terlihat bingung.

“ Apa maksud dari semua ini? Sama sekali membingungkan!” Lalu si kakek menutup kamus tuanya.

“Apa artinya Sir. ? Jangan buat kami penasaran begini... oh, ayolah...” Nat tidak sabar lagi.

“Aku tidak mengerti, nak. Ini seperti sebuah ungkapan.”

“Beri tahu sajalah artinya Sir.,” Pinta Wistle... ia juga tampak sangat penasaran.

“Haha... Tenang anak – anak. Baiklah!” Ia menaruh bukunya di meja, lalu duduk di sebuah sofa yang berada dekat di sampingnya. “Artinya : Tersimpan banyak hal yang belum kau ketahui, banyak rahasia yang harus kau selidiki, Dunia – dunia baru yang harus kau jelajahi : ” Jelas si kakek.

“Ini membingungkan ya? Haha, baiklah anak – anak, datang lagi besok kalau masih ada yang belum kalian mengerti. Hari sudah menjelang malam, sebaiknya kalian pulang.”

Si kakek bangkit dari sofa, dan memberikan kunci itu kepada Audrey. “Nak, igatlah. Bila kau penasaran, carilah hal yang membuatmu sangat penasaran itu, jangan kau biarkan saja, karena mungkin kau tak akan bisa tidur malam ini...” si kakek mengembangkan senyum kepada Audrey, lalu mengantar mereka semua ke pintu keluar.

“ Sampai jumpa lagi anak – anak! Hati – hati. Bila kalian butuh pertolongan, aku siap untuk kalian.” Si kakek melambaikan tangannya, dan ia masuk ke dalam rumahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami berlima berjalan menyusuri jalan setapak. “Huh! Sampai di sini... Dah Audrey, Dah Wistle, Dah Heavi, Amber... Dadah semua!” Nat melambaikan tangannya dan mulai berlari lain arah menuju rumahnya. “Dah!” kami melambaikan tangan kepada Nat.

“Hmm... Heavi, kau yakin ingin mampir ke rumahku? Bukannya kau selalu merasa takut bila berada di sekitar rumahku?” Tanyaku kepada Heavi.

 Aku selalu bingung. Mengapa orang tuaku masih mau menempati tempat tinggal turun temurun yang tua itu. Hampir semua orang takut dan ngeri mampir bahkan mendekati rumahku saja, mereka sudah terbirit – birit. Semua anak di sekolah ku selalu bertanya. “Audrey, apakah kau bagian dari hantu yang menempati rumah tua kesayanganmu itu?”.

Rasa kesal dan jengkel selalu ku pendam. Keluargaku memang tertutup, tapi bukan berarti aku harus tertutup juga. Aku merasa selalu dihindari oleh teman – teman. Hanya karena tingkah laku kedua orang tuaku yang serba misterius dan rumah, maksud ku PURI yang dianggap sebagai rumah. Sungguh menyedihkan. Bahkan mereka menjuluki ku seorang GADIS VAMPIR! Betapa kesalnya aku. Untung aku memiliki ke empat sahabat, yang begitu menghargai ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2011 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mystery DoorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang