1. Pertemuan

699 84 4
                                    


Duk!

Sebuah kaki menendang pelan tubuh Jaemin yang terkapar di atas tanah membuat ia meringis merasakan sakit. Jaemin kesal tentu saja, ia hendak bangun namun tubuhnya terasa mati rasa.

"Shhh, pelan napa bang! Sakit!" Keluh Jaemin.

Orang itu menghentikan kakinya yang hendak kembali menendang tubuh Jaemin dan berdiri menunduk mengamati pemuda itu.

"Oh masih hidup." Ucapnya.

"Kurang ngajar!" Jaemin melempar kerikil ke arah orang itu yang dengan mudah dihindari.

Pemuda pucat itu membantu Jaemin untuk duduk dengan benar. Luka pada tubuh Jaemin dibersihkan dengan air seadanya yang dibawa oleh orang menolongnya.

"Masih kuat jalan ga?" Tanya orang itu.

"Masih bang, tenang. Makasih udah mau bantuin gua ehm..." Ucap Jaemin terhenti.

"Jeno. Nama gua Jeno." Jeno memperkenalkan dirinya.

"Iya, makasih bang Jen." Jaemin tersenyum tulus.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan Jeno yang sesekali menahan tubuh Jaemin yang hampir limbung.

"Bang ini masih lama ga sih? Kaki gua masih letoy kalau di ajak jalan jauh." Jaemin menghentikan langkahnya.

"Bentar lagi." Jawab Jeno datar.

Jaemin mencebik melihat ekspresi wajah Jeno yang menurutnya menyebalkan. Namun jika ia perhatikan lagi, wajah orang di sebelahnya ini sangat pucat. Tunggu! Kenapa Jaemin baru sadar.

Ia mengamati wajah Jeno sekali lagi dengan seksama, benar-benar pucat dengan urat hitam yang samar terlihat. Jaemin jadi menaruh curiga pada Jeno, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Bang, lo anemia? Aduh!" Tanya Jaemin yang mendapat respon sentilan pada keningnya.

"Anemia gimana, darah juga ga punya." Ucap Jeno.

"Hah?!"

"Bentar-bentar. Gua mau serius dulu nih bang, sebenernya kita dimana? Ini masih daerah Light City kan?" Jaemin memastikan.

"Gua ga bilang kita lagi di Light City."

Deg!

Jaemin memundurkan langkahnya menjauh dari Jeno, ia memandang pria pucat itu dengan raut takut. 

"Kenapa? Takut?" Jeno mendekat dengan wajah yang seram menurut Jaemin.

"Rawrrr!" Jeno menakut-nakuti.

Mata Jaemin sudah berkaca-kaca dengan bibir yang turun ke bawah dan benar saja, beberapa saat kemudian tangisaanya pecah.

"Huuweeee! Mama! hiks, ada zombie. Nana takut... hiks." Tangis Jaemin Nyaring.

Jeno yang melihat itu langsung panik, "Heh jangan nangis, cil. Astaga, apa gua keterlaluan ya?" pemuda itu memeluk Jaemin dan menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"P-pukul zombienya Huweee! Hiks, jahat." Ucap Jaemin di sela tangisnya.

"Iya-iya ini pukul Zombienya nakal." Jeno memukul kepalanya sendiri untuk menenangkan Jaemin.



tbc


Zombie (NoMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang