Selamat membaca 😁
"Aku ingin kita cerai," tukas Helios dingin.
Deg
Alexis tertegun. Tubuhnya sontak membeku bagai tersambar petir.
Meski ucapan Helios membuat Alexis cemas. Namun, wanita itu berusaha tetap berpikir positif.
"Kau pasti bercanda, kan?" Alexis bertanya dengan suara halus sambil menunjukkan senyuman canggung.
Dengan tatapan datar, Helios menyodorkan sebuah dokumen. "Aku sudah mengurus semuanya. Kau hanya perlu menandatangani surat ini," ujarnya tanpa basa-basi.
Alexis tak bergeming. Kedua matanya seketika memerah. Dia meremas jari-jarinya sembari menggigit bibir bawahnya keras. "Apa kau sudah menyiapkan ini sejak lama?" tanyanya sendu.
"Bukankah itu sudah jelas? Bahkan, sejak awal aku sudah berpikir untuk bercerai," sahut Helios tanpa ekspresi.
Tatapan Alexis kian melemah. "Kenapa? Apa kurangnya aku?" Suaranya terdengar serak.
"Selama ini aku selalu berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Aku juga tidak pernah membuat masalah atau pun menyusahkanmu. Jadi, apa alasannya?"
"Jika ada sesuatu di dalam diriku yang tidak kau suka, aku pasti akan memperbaikinya. Tapi tolong, jangan ceraikan aku."
"Aku mohon ...," pinta Alexis pilu.
"Aku benar-benar tulus mencintaimu," lirihnya begitu dalam.
"Tapi aku tidak," tegas Helios.
Napas Alexis tertahan. Hatinya terasa remuk redam. Air mata yang menggenang di pelupuk mata mulai membasahi wajahnya.
Alexis lantas menggenggam tangan Helios erat. "Tolong jangan tinggalkan aku. Aku janji akan melakukan apa pun yang kau mau, tapi tetaplah berada di sisiku. Kumohon ...."
Helios menghempaskan tangan Alexis kasar. "Dari awal aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Aku terpaksa menikah denganmu karena demi kepentingan bisnis, bukan karena cinta. Jika bukan karena itu, aku tidak mungkin menerima perjodohan di antara kita."
"Sudah cukup aku menahannya selama tujuh tahun. Sekarang sudah waktunya aku terbebas dari belenggu sialan ini."
Alexis menatap Helios dengan tatapan nanar. "Apa kau akan membuangku seperti ini? Aku sudah banyak membantumu."
"Sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi," pungkas Helios datar.
Hati Alexis seakan tersayat saat mendengar ucapan Helios.
"Dan mengenai Derrick, kau tidak perlu khawatir. Karena aku tidak akan menuntut hak asuh anak. Kau bisa membawa anak itu pergi bersamamu," ujar Helios tak acuh.
"Bagaimana kau bisa bersikap seperti itu dengan anak kandung-mu sendiri? Apa kau sama sekali tidak peduli dengan Derrick?" Alexis benar-benar tidak menyangka dengan Helios yang bersikap tak acuh kepada darah dagingnya sendiri.
"Yeah, aku memang tidak peduli," ketus Helios singkat.
Dada Alexis seperti dicambuk. Pukulan demi pukulan terus menghantam jantungnya bertubi-tubi.
"Segera kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumah ini," tegas Helios.
Pria itu berbalik dan berlalu pergi dari kamar Alexis. Tapi belum sempat dia melangkah, kakinya justru ditahan oleh Alexis. Wanita itu merendahkan dirinya dan bersimpuh di kaki Helios.
"Aku mohon ... jangan ceraikan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu," pinta Alexis parau.
Helios mendorong Alexis hingga membuat tubuh wanita itu membentur ranjang cukup keras. "Itu urusanmu, bukan urusanku," cetusnya dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengulang Waktu ✓
RomanceAlexis memutuskan untuk mengakhiri hidupnya ketika suami yang dia cintai justru ingin menceraikannya. Tapi saat di detik-detik terakhir, putranya yang masih kecil justru melihat dirinya yang tengah sekarat. Hati Alexis sontak hancur seakan tersayat...