"Rif..." aku memanggil Arif. Ia terlihat di pertengahan tangga. Dia mengangkat wajahnya dari bukunya. Aku sudah didepan mukanya.
"Maafin ana rif...." kataku sembari memeluk Arif. Kami pecah dalam tangisan. Akhirnya kami latihan.
Hari h pun tiba.........
Setelah pertunjukan itu, kami maju membawakan lagu "pelita harapanku".
Dan acara berlansung meriah. Kami berusaha keras. Walaupun kami dah tau kami takkan juara. Pengunguman tiba.Tetap saja kami tak juara.
Tapi kami tetap bersyukur, atas apa yang Allah berikan. Tali persahabatan suci ini akan terus kami jalin hingga hari akhir, in syaa allah......
Akhirnya semua kembali normal.....
"Woi Aziz!!!" Aku yang mendengar itu lansung menyekap mulutnya. "Suuuttt.! Sekarang udah bulan ke 4, pakai lughoh!" Kataku setengah berbisik. "Eyalah, gak ada juga akhinya" balasnya juga berbisik. " kamu gak lihat deket pohon tu? Itu akhi amim! Nanti kena lo, apa lagi kudengar akhi tu kalau ngasih iqob(hukuman) pasti gak berhati." Aku menjelaskan. "Aziz, ke musholla yuk! Ba'da 20 menit" ajak Arif.
Aku mengiyakan. Kami segera ke rayon kami. Mengganti baju, memakai peci, sarung, dan lain-lain.Saat kami di mesjid, kami membaca qur'an. Mengheningkan diri dengan hati sepenuh hati. Hanya allah -lah pemilik jiwaku. Aku juga ingin membanggakan orang tuaku dengan hafidz 30 juz bila allah mengizinkan......
"The beauty of sunset, the spirit of night. And then, let's pray before night "allahuma innahaadza iqbaalulailika, waiqbaalu naharika, wa aswadu do'atika, taufirlana." Bismillahirrahmanirrahim, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatu" sudah menjadi adat gontor, pengungumanseperti ini. Doa- doa untuk semua orang.namun agaknya ini akan menegangkan.
Tahun 2020, gontor ponorogo.
"Innalillahi, wa innailaihi raaji'un, telah berpulang kerahmatullah
Pimpinan pondok...."Hatiku bergetar, lansung lari tak peduli dimana pun aku. Tak mungkin....... air mataku meleleh....
Dirumah pimpinan.....Aku lansung menemui istrinya " ustadzah...mana kyai?....mana kyai?........" istrinya terdiam seribu bahasa. Aku terus mendesak. "Mana kyai?........." istrinya pun mengelus kepalaku." Udah kembali pada sang khalik. Kamu yang sabar ya Aziz...."
Aku menangis sejadi- jadinya.
Walaupun bukan keluargaku, beliaulah, yang menasihatiku saat ku berbuat salah, memperbaiki semua akhlaku, bahkan mendegar keluh kesahku.
Tampaknya pondok tak lagi sama tanpa beliau. Aku termenung, duduk di depan rayon. Aku masih menyesali kepergiannya.
Arif lansung memelukku, faris menyemangatiku. " yang sabar ya ziz, kami taukok apa uang kamu rasakan. Semua milik allah, pasti akan kembali padanya. Ikhlaskan saja....." bisik faris lembut. " masih ada kami ziz, yang selalu bersamamu. Kami pasti selalu menolongmu ziz..." Arif berbisik. Sungguh beruntung mempunyai sahabat seperti mereka. Semoga allah melindungi selalu di kelas ini. Pondok ini......
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak rantau
Teen Fictionkisah seorang anak bernama Aziz yang meninggalkan rumahnya untuk menuntut ilmu