Rei baru saja menyelesaikan kelasnya, dan kini dia sedang berjalan menuju ke audiotorium kampus. Sesampainya di sana, dia langsung saja mengerahkan tenaganya untuk merapikan ruangan tersebut. Dia dan rekan – rekannya harus menyiapkan ruangan itu untuk di pakai oleh Sekolah San Rio dalam acara pesta dansa perpisahan yang akan di adakan seminggu lagi. Sebagai wakil ketua organisasi mahasiswa di kampusnya, dia jelas harus membantu persiapan, karena kebetulan ketuanya sedang tidak bisa berhadir.
"Kak Rei! Ini sudah oke kan panggungnya?" tanya seorang pemuda yang kini sudah ada di depan Rei, sambil membenarkan posisi kacamata yang ada di depan hidungnya.
"Iya, sudah cukup kok Bi! Tapi, kita lihat saja nanti apa kata utusan dari San Rio yang datang ke sini, siapa tahu mereka mau minta perubahan sedikit,” sahut Rei.
"Ngomong - ngomong, utusan mereka bakalan datang sebentar lagi," ujar salah seorang perempuan yang tiba – tiba sudah ada di sebelah Rei.
"Ooh, gitu ya? Makasih infonya Selfi!"
"Aku kan sebagai sekretaris harus ngasih tahu waketum akan hal – hal penting. Sudah kewajiban saya itu pak,” sahut si perempuan yang di panggil Selfi itu, lalu dia terkekeh.
"Dasar kamu ini, kayak ada apa aja gitu.”
Keadaan tiba – tiba menjadi agak hening hening sejenak, sampai akhirnya ada sebuah suara yang seketika memecahkan kesunyian yang indah itu.
"Halo? Apa di sini ada yang namanya Rei?" tanya seorang perempuan yang tiba – tiba sudah ada di depan pintu masuk.
Ketiga orang tersebut langsung saja menoleh untuk mengetahui siapa yang datang. Rei langsung mengerutkan alisnya ketika dia melihat sosok yang familiar di sana.
Sementara itu, si sosok perempuan tadi langsung saja melangkah ke arah ketiga orang itu, sambil menebar sebuah senyum ramah yang membuat Rei terdiam sejenak sebelum akhirnya dia bisa mengeluarkan beberapa patah kata dari bibirnya.
"Eh? Mira, ngapain kamu di sini?" tanya Rei.
"Cie, yang didatangi pacarnya," goda si anak laki – laki berkacamata tadi.
"Apaan sih Bi? Berisik ah," sahut Rei, lalu menyikut rekannya dengan pelan.
"Si Abi kan enggak pernah liat orang pacaran, maklumin aja Rei. Pacaran saja gak pernah tuh dia,” ujar Selfi, lalu terkekeh sambil menahan gelak tawanya.
"Apaan sih Kak Selfi!" sahut laki - laki yang dipanggil Abi tadi.
"Wah, lagi kerja nih kalian? Aku boleh ikut mengganggu nggak?" tanya Mira.
"Bukannya tugasmu sudah selesai ya?" tanya Rei.
"Iya, tapi karena aku lagi ada masalah dikit sama teman – temanku, makanya aku kabur ke sini. Daripada gak ada kerjaan, kan mending aku bantu kalian."
"Oh, begitu? Ya sudah, boleh saja sih kalau kamu mau bantu. Toh kan kalau ada lebih banyak orang lebih cepat juga selesainya kerjaan kita."
"Oke, makasih sudah bolehin aku bantu, pak waketum!"
Rei tersenyum, lalu mengangguk, “Iya, sama – sama. Yuk, kita lanjut lagi kerjaan kita!”
Mereka baru saja ingin kembali ke aktivitas mereka yang sebelumnya saat Rei mendengar sebuah suara yang langsung membuatnya membeku selama lima detik. Dia mengenal suara ini dengan sangat teramat sangat baik.
"Halo semuanya!" seru seorang pria dari arah luar ruangan.
Suaranya itu seolah menggema di audiotorium sehingga menjadi lebih nyaring lagi, yang otomatis membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung menoleh ke arah asal suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Detective
Mystery / Thriller•Seri pertama dari serial "The Detective"• Sudah setahun Yoshi bekerja sebagai anggota Divisi Penyelidikan Kriminal. Dan kali ini, mereka akan kedatangan anggota baru. Siapakah dia? Di saat yang sama, ada sebuah kasus teror yang harus dihadapi Yoshi...