Malam itu di ibu kota sedang turun hujan dengan derasnya, gemericik air membasahi telapak tanganku. Aku sedang duduk di balkon kamar ku sambil menengadahkan telapak tangan dan menatap kosong rintikan air. Aku tak membenci hujan.. Namun hujan kembali mengingatkan ku tentang trauma yang pernah ku alami 2 tahun lalu.
"Tuhan .. jika boleh aku ingin menyusul abang saja" ucapnya sendu masih dengan tatapan kosong. Tiba tiba terdengar ketukan dari luar pintu aku pun berjalan mendekati pintu dan membukanya
Cklekk
"Non makan dulu gih, nyonya, tuan sama non letta sudah berada di meja makan" ucap wanita paruh baya dengan senyum manis yang menghiasi wajah keriput nya
"Nanti bi, aku masih belum lapar" alibinya "yasudah, nanti non turun aja ya, bibi mau lanjut cuci piring dulu" aku mengangguk lalu menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Aku kembali berjalan menuju balkon.
Aku hanya tak ingin jika aku ikut makan dengan mereka nanti yang ada aku malah akan mengganggu keharmonisan keluarga kecil tersebut, tanpa aku pastinya. Aku tersenyum getir, kenapa tuhan tidak adil? Kenapa aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan seperti adikku? Haha aku hanyalah anak haram yang tak berguna, aku juga tak minta buat di lahirkan. Kalau boleh jujur aku tidak ingin di lahirkan kedunia ini, kalau bunuh diri pun tak dosa aku sudah melakukannya dari dulu.
Di sekolah aku selalu dibully entah karena apa semua orang tidak ada yang mau berteman dengan ku. Mereka selalu memandang jijik ke arahku. Se buruk itu kah aku? tidak ada yang bisa kulakukan selain diam, menangis dan mengeluh. Aku selalu berdoa di setiap sujudku namun sepertinya doa ku hanyalah angin lalu.
Aku mengintip dari balik pintu, dirasa kedua orang tua dan adikku sudah tidak ada di ruang makan lagi aku pun segera turun ke bawah menuju dapur, cacing didalam perutku sejak tadi meronta ronta minta diisi.
"Wahh bi sedang ngapain?" Tanyaku basa basi "ehh non, ini bibi sedang menyiapkan makanan untukmu, niatnya tadi bibi mau nyamperin kamu, tapi kamu nya udah kesini" kekeh lela
"Yaudah bi, aku makan disini aja ya" ucapku sambil tersenyum. "iya non, bibi ke kamar dulu ya, mau sholat" aku mengangguk dan melanjutkan kembali aktifitas makanku.
Seperti biasa aku selalu makan didapur tidak pernah sekalipun aku diizinkan untuk makan bersama mereka apalagi duduk di ruang makan, dulu aku pernah ingin bergabung bersama mereka namun mereka mengusir ku dengan kata kata pedasnya, tak sampai disitu letta adikku juga mendorongku sampai kepala ku terbentur meja dan berdarah, mereka bukannya menolong ku malah tertawa bahagia dan melanjutkan aktifitas makannya, mereka seperti tak menganggap ku ada.
****
Tbc-
Jangan lupa votenya ya! See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Setelah Hujan
Teen Fiction📌[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] 📌[DILARANG KERAS MENGCOPY CERITA INI] "Tuhan.. jika boleh aku ingin menyusul abang, saja." *** "pergii!! kamu anak sialan!!" ucap seorang wanita cantik berumur kepala tiga itu "ayah.. bunda.. aku hanya ingin mendapatkan...