Bab 21 - Pinjam Uang

3.9K 49 0
                                    

Nia mengambil cuti selama 3 hari untuk menemani keluarga Angga di rumahnya karena Angga yang tidak bisa mengambil cuti. Nia menyiapkan makanan kesukaan Reno dan menemaninya di rumah sementara Amel dan Adi pergi sibuk mengurus asuransi dan urusan lainnya terkait kebakaran yang menghanguskan rukonya menggunakan mobil milik Nia. 

"Reno masih sesek gak nafasnya?" tanya Nia yang terus memastikan kenyamanan Reno secara berkala. 

Reno menggeleng pelan lalu memeluk Nia yang duduk di samping tempat tidurnya. 

Nia tersenyum lalu mengelus punggung Reno. "Gapapa, nanti kalo urusan Ibu sama Bapak udah selesai Reno bisa pulang lagi, terus sekolah deh," ucap Nia lembut sambil mengecup kening Reno dan ikut tiduran bersamanya. 

"Om Angganya kapan pulang?" tanya Reno kesepian. 

"Nanti, bentar lagi Om Angga pulang makan siang. Terus nanti kerja lagi. Agak sore baru deh Om Angga pulang lagi," jawab Nia lembut. "Besok kalo Reno bosen di rumah mau ikut ke TK tempat Tante ngajar gak?" tawar Nia.

"Ada perosotannya tidak?" tanya Reno yang mulai teralihkan dari kebosanannya dengan mengobrol membahas TK. 

Awalnya hanya membahas TK tapi lama-lama jadi membahas soal pelajaran kesukaan Reno, lalu membandingkan kegiatan di TK tempan Nia mengajar dan tempat Reno sekolah. Membandingkan kegiatan, tempat bermain, sampai kebun binatang yang pernah di datangi. Reno tampak asik membahas hal-hal itu, juga membahas teman-teman sekolahnya yang nakal dan baik padanya. 

"Dedek bayinya ini kapan lahir?" tanya Reno.

"Emm...tiga bulan lagi kayaknya," jawab Nia sambil mengelus perutnya.

Reno ikut mengelusnya dan merasakan tendangan-tendangan lembut dari dalam perut Nia yang terlihat buncit itu. 

"Kalo adeknya di perut terus adeknya gimana cara makannya?" tanya Reno yang begitu bingung sambil menatap Nia.

"Dapetnya dari Tante, Tante makan terus berbagi sama adeknya," jelas Nia lembut.

"Wah! Kalo gitu Tante harus makan banyak banget biar adeknya kenyang juga," seru Reno.

Nia tersenyum lalu mengangguk. "Eh itu mobil Om Angga deh kayaknya!" ucap Nia yang samar mendengar suara mobil.

Reno langsung bangun dan berlari keluar untuk menyambut Angga di ikuti Nia di belakangnya.

"Aku bisa ambil cuti setengah hari buat hari ini, kak Amel gimana?" tanya Angga sambil berjalan masuk menggendong Reno.

"Masih ngurus asuransi kayaknya," jawab Nia lalu berjalan ke ruang tengah. 

Angga menghela nafas lalu tersenyum. "Kamu jangan kecapekan," ucap Angga lalu menurunkan Reno dari gendongannya dan duduk di samping Nia. 

"Enggak, gak capek. Aku seneng bisa jagain Reno. Belanja yuk, bahan-bahanku udah mulai habis, cuma bisa masak dikit," ucap Nia sambil mengecup pipi suaminya. 

Angga mengangguk lalu mengecup bibir Nia singkat. "Reno mau ikut belanja gak? Apa mau nunggu Ibu pulang?" tawar Angga.

"Tunggu Ibu," jawab Reno yang memang tak suka di ajak berlama-lama berputar di antara rak makanan instan dan sayuran.

"Yaudah kita tunggu Ibu," ucap Nia sembari bangun untuk menyiapkan makan siang suaminya. 

*** 

Amel terpaksa pulang dengan tangan kosong. Asuransinya tak bisa di klaim, baik asuransi untuk mobilnya maupun asuransi untuk rukonya. Tabungannya juga sudah sangat tipis karena sudah di habiskan untuk modal rukonya. Pilihannya tidak banyak lagi selain menjual rukonya. Itu juga tak bisa langsung terjual. 

"Gimana Kak?" tanya Angga saat Amel datang. 

Amel terlihat lesu dan murung Adi juga begitu. 

"Gak bisa klaim asuransi, ternyata asuransinya cuma buat 3 bulan," jawab Amel sedih.

Nia ikut sedih mendengarnya.

"Terus gimana? Ada uang gak?" tanya Angga.

"Di tabungan ada 5 juta," jawab Amel.

"Rencananya kalo boleh mau pinjem modal dulu buat bikin usaha, nanti uangnya di balikin kalo rukonya udah kejual," lanjut Adi.

Angga dan Nia langsung saling tukar pandang dan menghela nafas. 

"Aku obrolin sama istriku dulu," jawab Angga lalu mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar bersama Nia.

Sepanjang perjalanan menuju swalayan Angga dan Nia hanya diam. Tabungannya memang banyak, tapi hanya terbilang banyak jika untuk Angga dan keluarga kecilnya saja. Angga tau persis berapa nominal uang di tabungannya dan Nia. Tapi tabungan mereka juga sudah tak sebanyak saat dulu masih menjadi streamer

"Iklan dari Youtube gak banyak, gajiku juga cuma 3 juta perbulan sekarang..." ucap Nia sambil menghela nafas. 

"Ini urusan keluargaku, gak usah terlalu kamu pikirin dalem-dalem. Aku kan ada tabungan dana darurat gimana kalo pakek itu dulu?" tanya Angga meminta pendapat Nia.

Nia mengangguk. "Keluargamu juga keluargaku jangan bilang gitu, pakek dana darurat dulu gapapa. Nanti kita bisa nyiapin dana darurat lagi. Ambil sedikit tabungan kita buat si Adek juga gapapa," jawab Nia. 

Angga menatap Nia sambil tersenyum. "Jangan pendapatan kita udah menurun banyak. Takutnya gak kekumpul lagi nanti. Dedeknya kan beberapa bulan lagi lahir," tolak Angga.

Nia terdiam lalu menatap keluar. Melihat seorang ibu hamil yang sedang mengemis di lampu merah sebelah. Nia jadi teringat pada pengorbanannya dulu demi bisa bertemu dengan Ali. 

"Apa kita bikin konten lagi? Akunku Momy Cow kadang masih dapet tips. Gimana menurutmu? Cuma sampe si Adek mau lahir aja," tawar Nia.

Angga langsung menggeleng tak setuju. "Aku nikah sama kamu biar kamu gak gitu lagi, aku gak tega liat kamu yang lemes tiap habis bikin konten," ucap Angga.

"Gapapa, kali ini kita bikin kontennya yang lembut-lembut aja, gak usah brutal kayak sebelumnya," paksa Nia. "Lagian kita sama-sama gampang horny..." lirih Nia sambil mengelus perutnya. 

Angga menghela nafas dengan berat. Ia tak mau istrinya harus kembali memamerkan tubuhnya di depan banyak orang. Ia cemburu, namun di sisi lain Angga juga yang menemani. Rasanya membuat konten mesra dan intim juga bukan pilihan yang buruk.

"Nanti coba aku buka lagi akunku, kita jual vidio aja gak usah bikin live streaming," saran Nia.

"Aku gak mau kamu berkorban terus, aku pengen kamu menikmati kehidupanmu," ucap Angga sambil menggenggam tangan Nia.

"Aku suka, aku menikmati tiap waktu muasin kamu," Nia berkeras. 

Angga menghela nafas lalu memarkirkan mobilnya sebelum mulai melumat bibir Nia dengan lembut.

"Oke kita bikin, tapi aku gak maksa kamu. Kamu juga gak boleh maksain diri. Cuma buat seneng-seneng sampingan aja, oke?" ucap Angga dengan nafas menderu.

Nia mengangguk sambil tersenyum. "Iya cuma buat seneng-seneng," jawab Nia setuju.

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Secret Neighbor [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang