"Rinjani , gua jadid lo rinjani kan ? inget gue gak"
kupegang genggaman tangan lelaki yang jaraknya berada tepat didepan wajahku. Kami baru saja berbincang panjang saat ku duduk di atas bangku besi berjejer rapih. jadid, ya? lelaki yang baru saja ku ajak bicara sembari menunggu hujan turun rintik rintik yang mulai membesar
Aku pernah melihat sosok lelaki depanku , sebentar ku ingat?? ah jadid lekaki yang ku taksir beberapa tahun lalu saat ku kelas 3 SMA. dan sempat terputus karna aku dan dia sama sama lulus dan pindah , rasaku dengaan jadid masih sama dan tidak ada yang berubah sampai saat ini, kita bisa bertemu disini? Dibawah langkupan bangunan kecil dikota Bandung sembari melihat air yang terus turun tak kunjung henti dari atas sana
Perihal perasaan antara aku dan jadid jadid sudah tau semua nya.
"Jadid ? IYA AKU INGAT KAMU!!!"
entah apa yang membuat ku teriak kegirangan saat lelaki itu mengenalkan nama nya dan berusaha membantu kepalaku untuk mengenal lelaki ini
Dua insan saat ini sedang bersama dan menjaga tubuh satu sama lain dari desiran hujan angin dan dingin nya kota bandung sore hari ini , sesekali anak adam dan hawa ini melontarkan obrolan yang membuat mereka enggan untuk pulang
"Rinjani? lo indah banget sama kaya nama lo"
aku hanya tertawa mendengar kata yang di lontarkan jadid kepadaku, atas dasar hak apa dia membuat hati anak hawa menggebu?
"jadid.. menurut kamu teh kamu percaya perihal bumi pasundan lahir saat tuhan sedang tersenyum itu ada?"
"percaya. karna gua bisa ngeliat bumi pasundan langsung sendiri dan gimana karya tuhan sendiri secara langsung, dan hasilnya indah rin.."
aku percaya yang orang lain bilang kalau bandung memang seindah itu untuk menjalin kisah kasih klasik dengan insan yang ingin bersatu saat itu entah akhirnya akan bersatu atau tidak?, dan bandung pula bagiku bukan cuman urusan wilayah belaka
Lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku dikala itu.
"Rin? terimakasih kala itu lo buat gua dan bandung jadi indah. Terimakasih sudah kasih segala rasa sayang lo sama gua, terimakasih untuk segala rasa yang pernah lo tumpahkan disini.. kita mulai ya kisah klasik bandung lo dan gua hari ini" - jadid azahni laksmana
kisah klasik dua insan yang mulai membuat skenario baru didalam buku lama yang sempat terhenti disalah satu halaman nya.
Jadid Azahni Bahvanna
Bandung
Rinjadi Amerta Gantari