Chapter 3 : Perumahan 3

3 1 0
                                    

Ikbal menerjang kearah kerumunan orang yang akan mengeroyoknya, Nurul mencoba menghentikan Ikbal namun tidak berani dan hanya menangis.

"Bajingan rasakan balasan karena menghajar ketua kami!". Teriak Rohim kepada Ikbal.

"Jadi kau ya sosok wakil ketuanya, kemarilah kau juga akan kuhajar!". Jawab Ikbal.

Rohim Hidayat adalah teman dekat Adit di perumahan, meskipun Rohim tidak seperti Adit yang mengikuti pelatihan beladiri tetapi setiap Rohim melakukan streetfight melawan orang yang terlatih beladiri dia hanya sekali seumur hidupnya mengalami kekalahan. Orang yang mengalahkan Rohim adalah Adit sendiri, setelah Rohim dikalahkan Adit diapun mengikuti jalannya dan belajar banyak hal.

Rohim mencoba menangkap Ikbal dengan mengunci pergerakan kakinya, namun Ikbal dapat menyadarinya dan melompat lalu menginjak punggung Rohim. Saat Rohim berbalik badan dia terkejut dan tidak bisa menghindar, Ikbal menendang Rohim dengan sangat keras tepat di kepalanya sampai Rohim tidak sadarkan diri.

"Hmm cuma segitu? lemah sekali". Ucap Ikbal.

Ikbalpun meneruskan pertarungannya dengan anak anak lainnya, dan pada akhirnya tak satupun orang dapat mengalahkan Ikbal disana, semuanya tumbang dan tidak sedikit yang sampai pingsan karena terkena serangan dari Ikbal.

Ikbal menghampiri Nurul yang sedang menangis, dan mencoba menenangkannya.

"Hei sudahlah, aku tidak apa apa kok... lihat kan tadi? aku ini tidak lemah tenang saja". Ucap Ikbal.

Nurul melihat wajah Ikbal dan tangannya yang penuh darah.

"Ke - kenapa kamu sangat bodoh, aku pikir aku sudah mengerti seluruhnya tentang dirimu... ternyata kamu memiliki sesuatu yang tidak kutahu...". Ucap Nurul.

"Aku minta maaf karena menyembunyikannya...". Ucap Ikbal.

"Hei... setelah ini apa? apakah kamu akan menantang orang lain diluar sana? kamu gatakut mati?". Tanya Nurul pada Ikbal.

"Tentu saja aku takut akan kematian aku ini masih normal, namun aku penasaran dengan apa yang kuyakini saat ini... perasaanku mengatakan aku sudah tidak bisa kembali lagi setelah melakukan ini". Jawab Ikbal.

Nurul berhenti menangis dan melihat wajah Ikbal dengan serius.

"Begitu... kalau begitu aku akan mendukungmu, meskipun tidak bisa bertarung aku bisa memberikan informasi yang banyak". Ucap Nurul.

"Tapi ini mungkin akan berbahaya, dan aku juga tidak bisa menjamin bisa selalu melindungimu". Jawab Ikbal.

"Tidak apa, lagian Adit juga sebelumnya sudah mendiskusikannya denganku. Kalau semisal kamu tidak dapat dihentikan, maka kami hanya bisa mendukungmu". Ucap Nurul.

"Begitu... baiklah mulai sekarang dukunglah aku, aku tidak perlu dilindungi... aku hanya butuh informasi dan koneksi kalian". Ucap Ikbal.

Adit pun tersadar dan merasakan sakit di kepala dan badannya.

"Sudah bangun, berdirilah dan bantu aku membereskan semua sebelum ada warga yang melihat". Ucap Ikbal sambil menunjuk ke orang orang yang sudah dikalahkannya.

"Hadehh begitu yah... kamu bisa mengalahkan semuanya sendirian, tapi tak kusangka kamu sekuat ini, dan kenapa ga bilang dari dulu". Ucap Adit sambil tersenyum.

"Kamu tidak apa apa? lucu sekali ahli pencak silat kalah sama kutu buku". Ucap Nurul.

"Hah?! apa katamu barusan?! cewek ga ikutan berkelahi jangan sok tau deh!". Teriak Adit dengan wajah jengkel.

"Sudah sudah ayo cepat sadarkan mereka". Ucap Ikbal.

Rohim terbangun dan melihat Ikbal, Rohim pun hendak berdiri dan menyerang Ikbal, namun stamina Rohim habis saat hendak mendekati Ikbal sehingga membuatnya terjatuh di hadapan Ikbal.

"Ohh apa ini... kamu suka sama sepatuku? jangan dijilat yah cuma boleh dielus aja". Ucap Ikbal sambil mengelap darah yang ada dilengannya.

"Si - sialan...". Ucap Rohim sambil mencoba untuk berdiri lagi.

Adit pun melihat Rohim yang sudah tersadar dan menghampirinya.

"Ohhh Rohim kau juga kalah yah? hahaha kau kenapa diam dibawah situ cepat bangunlah". Ucap Adit.

"Kenapa kamu malah senang hah?!". Teriak Rohim.

"Kalau ditanya kenapa sih... yah kan memang kita kalah, kita laki laki gaboleh nangis, kalau kalah ya kalah mau gimana lagi lebih baik terima saja kenyataannya". Jawab Adit.

"Apa apaan itu, jadi kamu akan menyerah begitu saja?". Tanya Rohim pada Adit.

"Tentu saja menyerah, toh semua juga kalah olehnya seorang diri, noh liat yang lain pada pingsan...". Jawab Adit.

Rohim melihat kebelakangnya dan terkejut, lalu melihat lagi kearah Ikbal yang berdiri di hadapannya.

"Sudahlah aku tidak berniat menghabisi kalian jika kalian sudah menyerah, aku tidak sekejam itu". Ucap Ikbal.

"Lalu apa tujuanmu? apakah kamu tidak takut ditipu oleh manusia?". Tanya Rohim pada Ikbal.

"Hah takut? kenapa harus takut... toh aku jauh lebih kuat dari siapapun". Jawab Ikbal sambil tersenyum.

TO BE CONTINUED

Top DogsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang