Dalam Kuali

13 3 0
                                    

Selamat datang di dunia dongeng yang tak selalu indah, karena sebuah dongeng juga membutuhkan rasa sedih.

.

.

.

.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Seekor tikus yang bertubuh kecil kurus, tubuhnya berwarna hitam menjijikkan, telinganya kecil, matanya sipit seperti tak memiliki mata, berbeda dengan tikus lainnya yang bertubuh lebih baik darinya, ia ingin sekali menjadi seperti tikus lainnya yang lebih indah dan lebih sempurna darinya, namun takdir selalu mengatakan yang lain. Nama tikus jelek yang hitam itu bernama Tahi, iya, si Tahi yang menjijikkan, ia tak suka namanya sendiri yang diberi oleh induknya, karna ia merasa itu bukan sebuah nama. Ia menganggap bahwa kedua induknya jahat sekali memberinya nama yang tidak layak untuk seekor tikus, namun jika kedua induknya jahat ia tak akan mungkin hidup saat ini.

“Ibu, kenapa namaku Tahi?”

“Ayahmu pernah berkata karena kamu seperti tahi, menjijikkan, dan setelah ibu pikir memang benar.” Sungguh hatinya tak kuat untuk mendengar perkataan yang tajam itu, induknya mengatakan kalimat tersebut dengan santai namun dapat menusuk hati Tahi dengan sekejap, didetik itu juga hatinya hancur berantakan dan juga ia kecewa dengan takdir yang dibuat oleh Tuhan.

Ia selalu diejek teman-temannya ketika bermain karena namanya yang tidak layak untuk disebut nama. Banyak teman-temanmu yang menganggap bahwa namanya adalah nama yang buruk dan menjijikkan, berarti kedua induknya ingin si Tahi menjadi seekor tikus yang menjijikkan, orang tua mana yang menginginkan anaknya menjadi seorang yang menjijikkan? Tak mungkin ada, hanya induk si Tahi saja yang memperlakukan anaknya seperti itu.

Saat ini ia lapar karena tenaganya terkuras setelah bermain bola batu sendirian. Iya, dia sendirian, tak ada satu teman yang ingin mendekatinya lagi, karna satu hal yaitu menjijikkan, walau ia terlihat menjijikkan namun ia cukup lincah dalam melakukan sesuatu. Ia pernah mengajak teman tikus lainnya untuk bermain bola batu bersama, karna si Tahi senang bermain bola batu, juga ia cukup hebat dalam bermain bola batu. Namun...

“Ayok bermain bola batu bersamaku, di lapangan,” ajak si Tahi kepada teman tikus lainnya.

“Aku tidak mau bermain dengan seekor tikus yang menjijikkan seperti kamu.” Bukannya ia tidak mau tetapi, ia tidak bisa bermain bola batu dan tidak sehebat si Tahi. Ia hanya bisa berjalan mencari makan dari hutan ke rumahnya. Ia hanya bisa mengejek saja tanpa bisa bermain, sama seperti beberapa manusia yang ada didunia mereka, yang selalu mengejek tanpa memberikan sebuah prestasi.

“Ibu, apa aku menjijikkan seperti tikus lain katakan?”

“Ayahmu pasti berkata iya, hanya saja ibu tidak setuju dengannya, kamu tidak menjijikkan, kamu memiliki kesempurnaan yang tak dimiliki oleh tikus lain. Kamu tidak menjijikkan.” Hanya induknya saja yang tidak mengatakan bahwa si Tahi adalah seekor tikus yang tidak menjijikkan. Ia bahagia dan senang karna masih ada tikus yang menganggap dirinya adalah seekor tikus yang sempurna

Di Negeri DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang