Menemani yang telah hilang

5 1 0
                                    

“Cita-cita kamu ingin menjadi apa, Fishy?” tanya seorang guru kepada murid perempuannya disaat jam pelajaran dengan materi tentang cita-cita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cita-cita kamu ingin menjadi apa, Fishy?” tanya seorang guru kepada murid perempuannya disaat jam pelajaran dengan materi tentang cita-cita. Cita-cita adalah sebuah materi anak sekolah dasar supaya anak-anak memiliki tujuan hidup. Mungkin setiap orang memiliki cita-cita mereka tersendiri, cita-cita layaknya seperti salah satu tujuan hidup para manusia, atau hanya sebuah rencanan yang berakhir dengan wacana?

“Menjadi ikan, bu, aku suka berenang,” jawab seorang anak dengan polosnya yang masih berumur tujuh tahun itu. Mungkin pikiran anak kecil masih tak terlalu nyata dan penuh dengan imajinasi, hingga mereka berandai-andai untuk menjadi sesuatu yang sebarnya tak ada di dunia nyata. Hingga mereka terlalu senang berada di dalam ruangan berimajinasi yang sesungguhnya menyeramkan itu, atau mereka sedang terjebak dalam ruangan imajinasi?

“Oh ya? Kenapa kamu ingin menjadi ikan?” tanya seorang guru kepada seorang perempuan yang rambutnya diikat dua dengan pipi yang menggemaskan bernama Fishy. Fishy memiliki cita-cita untuk menjadi ikan karena ia memiliki ikan hias yang ada di rumahnya, ia pikir hidup menjadi seekor ikan akan lebih menyenangkan dari pada hidup di dunia yang sedang ia jalani ini.

“Sepertinya kalau menjadi ikan akan menyenangkan, bu. Menjelajahi lautan yang luas.” Menjelajahi lautan yang luas adalah hal yang menyenangkan juga hal yang menyeramkan. Karena di dalam lautan tak akan seindah ekspetasi Fishy yang masih terlalu imajinatif, mungkin ia terlalu sering melihat kartun tentang kehidupan ikan yang menurutnya menyenangkan.

Sang guru hanya tersenyum karena pikiran Fishy yang masih berimajinasi tentang hal yang sebenarnya tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Pikiran seorang anak kecil terlalu bebas, terlalu imajinatif, sehingga ia dapat mengatakan atau melakukan hal yang sesuai dengan imajinasinya padahal manusia hidup dalam dunia yang nyata, bukan dalam dunia imajinasi.

Sudah cukup siang hari dan teriknya sinar matahari mulai terasa ditubuh para manusia. Ini adalah waktunya anak yang bersekolah di sekolah dasar untuk pulang dari kegiatan pembelajaran mereka. Murid-murid sedang menunggu jemputan di ruang tunggu yang telah disediakan sekolah untuk para murid yanag ketika pulang sekolah selalu dijemput. Fishy pun menunggu mamanya menjemputnya di ruang tunggu bersama teman-temannya yang sedang menunggu jemputan juga. Semua murid yang sedang menunggu jemputann biasanya mereka bermain atau menonton televisi yang menyiarkan kartun.

“Fishy, cita-cita kamu jadi apa?” tanya temannya kepada Fishy yang sedang asyik duduk memandangi televisi yang menyiarkan salah satu kartun kesukaan Fishy.

“Aku mau jadi ikan.” Fishy menjawab pertanyaan tersebut dengan senyuman yang sangat manis. Temannya justru menertawakan jawabannya yang terdengar konyol dan bagai lelucon. Sedangkan Fishy bingung dengan temannya yang menertawakan jawabnnya itu, apakah ada yang salah dengan jawabannya? Fishy berpikir bahwa temannya sangat aneh, tertawa dengan jawaban Fishy yang sebenarnya tidak lucu dan bukan lelucon.

“Hahaha, aneh banget kamu.” Mereka berdua saling menganggap aneh kepada lawan bicaranya. Pikiran manusia memang berbeda dan inilah salah satu contoh bahwa setiap manusia memiliki jalan berpikir yang berbeda. Fishy berpikir temannya sangat aneh dan juga temannya berpikir Fishy sangat aneh dengan jawaban atas pertanyaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Negeri DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang