Begitu indahnya untuk di kenang saat dia masih mencintai Kim Aera. Dan betapa manisnya tangis itu untuk memohon hadir Aera ke dalam hidup pria itu. Namun, keadaan dan waktu tak memihak. Hanya ada luka berkepanjangan setelahnya. Semua rasa cinta yang Aera beri ternyata tak cukup untuk Jee Jungkook. Perasaan itu lenyap di telan oleh waktu yang terus berjalan. Sayangnya, perasaan cinta Aera masih saja tertinggal.
Aera sangat mencintai Jungkook. Begitu dalam sampai rasanya ingin gila. Mabuk bak anggur yang membuat akal sehat hilang.
Ya, kendati Aera mencoba mempertahankan semuanya. Mereka tetap berakhir.
Jungkook tak bisa melupakan cinta di masa lalunya. Hadirnya, Aera hanya sebuah obat, bukan untuk menetap selamanya.
Bagaimana sulitnya Aera melupakan dan pergi dari rasa nyaman ini. Bahkan, Jungkook sangat abai dengan cinta yang Aera pendam. Seperti, suara kecil di tengah keramaian kota. Perasaan itu tak terdengar. Membuat Aera sering menangis menahan kekesalan yang tak terhingga. Pun menyedihkan di mata orang sebab ia sangat menunjukkan bahwa tertarik pada Jungkook.
Pria itu bak langit yang indah, sedangkan Aera adalah kerikil kecil di alam semesta yang tak bisa menyentuh. Terbang mengelilingi bumi dan nyaris hilang. Aera begitu kecil di antara orang-orang yang berhasil hadirkan tawa Jungkook.
Agaknya, kepercayaan diri Aera semakin lama luntur. Dia sadar, Jungkook takkan pernah membalas perasaannya.
"Masih bertahan dengan Jungkook? Si live streamer game itu?" Jimin menyinggung Aera, alisnya terangkat naik. "Sudah jelas ada orang yang mencintaimu tapi kau abaikan. Inilah balasannya."
"Aku tak bisa memaksakan perasaan. Jika aku menerima Taehyung, apa keadaan akan berubah? Jimin, ku rasa aku ingin menghilang saja."
Jimin spontan menoleh, baru kali ini dia melihat Aera, wanita yang paling terkenal seantero kampus menyerah dengan seorang pria. Terlebih lagi, Kim Taehyung pria yang banyak pengaruh menyukai Aera. Lantas, apa yang kurang? Jimin tak habis pikir mengapa Aera memilih anak ingusan semacam Jungkook.
"Dengar..." Jimin menepuk pundak Aera, membikin Aera agar mau menatap ke arahnya. "Dunia belum berakhir nona Kim. Jungkook bukan pria satu-satunya. Kau, seorang Kim Aera yang bersinar. Yang benar saja kau menyerah?" Embusan napas Jimin seolah jadi jawaban, dia jengah akan Aera yang susah di atur. "Coba membuka hati untuk pria lain."
"Aku maunya begitu." Aera mau menangis, matanya berkaca-kaca. "Aku sangat menyukai, Jungkook." Air matanya tumpah, dan Jimin tak ada pilihan selain memeluk Aera. Membiarkan tubuh mungil itu di dekap oleh tangan dan bersandar di dada bidang Jimin. Rela, kaosnya basah akibat air mata Aera yang mengalir deras.
Kalau saja Jimin di izinkan memaki dan memukul Jungkook. Sudah lama ia melayangkan tinju dan sumpah serapahnya. Namun, Jimin tahu. Jika seperti ini, jika Aera berani membela pria yang tak tahu diri itu. Fakta, benar terungkap bila Aera sungguh menyimpan perasaannya.
Jatuh cinta memang sangat membuatmu tampak bodoh. Andai, cinta tak pernah ada. Aera mungkin takkan menjadi wanita bodoh yang mengejar-ngejar pria sombong. Yang hanya mementingkan ketenaran daripada cinta. Tak pedulikan hati Aera yang hancur berkeping-keping.
Ya, Jungkook sejahat itu.
[...]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ebook Project
FanfictionEbook available! For order contact me on instagram : seorinjie