The Guilty

10 1 0
                                    

Kim Aera, gadis itu berjalan terseok-seok di tengah malam beserta salju yang baru turun. Luka memar di sekujur tubuhnya terasa perih, tetapi Aera berusaha menahannya. Aera tak mau membuang-buang air matanya lagi, dia tahu bagaimana sengsara hidupnya kini. Sekeras apa pun Aera berjuang, ia akan jatuh pada akhirnya. Beruntung, Aera selamat dari sang ayah yang hendak menjualnya untuk melunasi hutang.

Dan sekarang kakinya tak tahu lagi harus berjalan ke mana. Aera rasa ia lebih baik mati, namun percobaan bunuh dirinya gagal tatkala sepasang tangan menarik mantelnya dari belakang.

“Hei, bodoh. Kalau mau bunuh diri jangan di depanku. Setidaknya cari tempat lain.” Mata indah seperti bulan sabit, pun suara beratnya itu menyapa rungu Aera.

Pria dalam mantel hitam dan topi dengan warna senada tersebut menatap Aera, dingin. “Apa lihat-lihat? Kau sungguh mau mati?”

Aera tersentak dari lamunan bodohnya. Perlahan ia menjauhkan diri. “T-tidak.”

Helaan napas berat terdengar di hadapan Aera, pria bertopi hitam itu tampak memasang wajah masam dan tak ramah. Entah apa yang ia pikirkan ketika melihat Aera. Gadis itu tiba-tiba ada di atas gedung ini, mengganggu dia yang sedang asyik terlelap.

“Dengar. Hidup sudah rumit, jangan membuatnya lebih rumit lagi. Aku tidak mau ikut campur, tapi kau yang tiba-tiba muncul di sini.”

“Maaf, tuan.”

“Aku bukan tuanmu.” Balasnya, ketus.

“Nama?”

“Memangnya itu penting?” dia memutar bola mata malas. “Sudah sana pergi, kau mengganggu tidurku tahu.”

Benar-benar jauh dari kata ramah. Melupakan sesaat dirinya yang nyaris melenyapkan nyawa sendiri, Aera diam-diam tersenyum. Rasa putus asanya hilang kala ia memperkenalkan diri tanpa di minta.

“Kalau begitu. Namaku, Kim Aera.”

“Siapa pun namamu, aku tidak peduli.” Dia membenarkan topinya agar menutupi raut wajah, kembali berbaring di sofa yang tampak kusam.

Sedang, Aera tetap berdiri di sana. Memandangi si pria bertopi hitam. Aera seolah tak ingin pergi, dia pun tak tahu tujuannya ke mana lagi.

“Biarkan aku di sini sebentar. Aku tidak punya tujuan.”

“Kau salah orang jika menempatkanku sebagai penolong.”

Si pria segera bangun, duduk membalas tatapan Aera. “Apa kau tidak asing dengan wajahku?”

“Apa kau seorang aktor?”

“Salah. Aku buronan polisi korea.” Jawabnya, santai. “Sudah jelas aku ini penjahat.”

Bila di ingat-ingat, Aera agaknya pernah melihat wajah pria ini di koran? Ah, ia baru ingat.

“Kau, Min Yoongi? Bandar narkoba terbesar itu?!” spontan, Aera berbicara heboh.

Sehingga Yoongi terpaksa menutup mulutnya. “Kecilkan suaramu. Kau ini merepotkan saja.”

Aera stagnan tak dapat bergerak. Aroma parfum Yoongi menyapa hidungnya. Seketika membawa Aera pada kenangan lama yang berusaha ia lupakan. Parfumnya mirip seseorang yang pernah hadir dalam hidup Aera.

“Aku boleh bekerja denganmu?”

“Wanita lemah sepertimu bisa apa? Lupa? Kau tadi ingin bunuh diri.”

“Apa pun. Aku bisa melakukan apa saja asalkan aku di beri tempat tinggal.”

Mata Yoongi menatap Aera tajam, mencari kebohongan, tapi ia tak menemukan apa-apa. Aera tampak lesu dengan wajah malangnya. Yoongi benci mengasihani seseorang. Tapi, ia juga masih punya sedikit hati nurani.

Dunia yang semakin hari bertambah kejam, mengajarkan Yoongi untuk bersikap kejam pula. Dia tak segan membinasakan orang yang berusaha mengacaukan hidupnya.

Siapa yang peduli? Toh, saat ini manusia di muka bumi hanya peduli akan uang, strata sosial, dan kekayaan.

“Baiklah. Kau bisa menjadi femme fatale. Gunakan kecantikanmu untuk merayu pria. Kebetulan, ada target baru yang ingin aku kuras uangnya.” Yoongi menjelaskan, kemudian ia membuka ponsel dan menunjukkan foto seorang pria. “Jika kau berhasil mendapatkan hati pria ini. Aku akan memberikan fasilitas dan uang.”

Awalnya Aera belum sadar siapa pria yang ada di layar ponsel Yoongi. Detik selanjutnya, tubuhnya gemetaran.

Pria itu, pria jahat yang pernah membullynya sewaktu sekolah. Kim Taehyung dan Park Jimin. Oh sudah jelas ia dengan senang hati menerima tawaran Yoongi.

“Baik, aku bersedia mengerjakan misi darimu.”

“Kau yakin?” Yoongi terkekeh. “Yang ku tahu, dua pria ini menyukai wanita liar. Apa kau bisa berubah menjadi jalang dalam sekejap mata?”

“Kau sendiri yang bilang, kan? Aku harus menjadi femme fatale. Aku akan melakukan segalanya dan membalaskan dendamku.”

Takjub, Yoongi hanya melongo mendapati raut wajah Aera berubah dingin. Wanita yang baru dikenalnya ini menarik juga untuk bekerja sama dengannya. Lagi pula, tidak ada yang tahu, apa yang kelak terjadi di masa depan.

[...]

Ebook ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang