○3

216 21 2
                                    

"Saya ada voucher makan gratis pak, bapak pakai aja ya untuk makan malam bersama keluarga"

"Waduh nona gausah,"

"Terima aja ya pak, terakhir hari ini, saya kan mau ada makan malam juga sekarang"

Sang supir tak enak untuk menerima tawaran baik sang majikan, namun bukan Karina jika tindakan baiknya ditolak begitu saja.

"Ah baik nona terima kasih ya" akhirnya si supir nerima voucher tersebut dan pamit untuk pergi.

Setelahnya, Karina pun melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam gedung tinggi dengan keamanan yang sungguh ketat.

"Selamat malam Nona Karina" sapa salah satu pegawai disana yang Karina ingat sepertinya salah satu sekertaris ayahnya.

"Malam, Bu Mega, panggil nama aja bu, Karina" balas Karina sopan

Sebenarnya ia agak canggung untuk dipanggil dengan sebutan "Nona" di setiap depan namanya, ia merasa terlalu di specialkan, dan Karina tak terbiasa.

Hidup di luar negri bersama bibinya membuat dirinya terbiasa berbaur dengan orang lain, jarang ia merasa di specialkan saat bersama bibinya dulu.

Itu salah satu Karina suka di luar negri, tak ada yang mengenalinya sebagai siapa, padahal aslinya dirinya adalah anak orang berpengaruh di negaranya sendiri.

Jadi mau tak mau, Karina sepertinya harus membiasakan diri mulai dari sekarang.

Sang Sekertaris pun tersenyum, "Jangan Nona, masa saya panggil anak dari bos saya sendiri pakai nama" jawab bu Mega dengan kekehannya di akhir, Karina pun ikut terkekeh.

"Silahkan Nona"

Disinilah mereka berada, lantai paling atas di gedung tinggi ini, namun bukan gedung pecakar langit.

Salah satu restoran mewah yang dimana setengah kepemilikannya milik Siregar, karena beliau punya setengah dari investasi di tempat ini

"Malam pah" sapa Karina dan memeluk hangat ayahnya, yang di balas baik tentunya dengan Siregar.

Ini pertemuan pertama mereka karena Siregar baru saja pulang dari luar kota

"Maafkan papa kamu baru bisa ketemu sekarang" ujar papa di sela pelukan mereka.

Tak lama setelahnya Siregar melepas pelukannya dan mengelus pelan pipi Karina.

"Kamu makin cantik, tapi makin kurus juga" kekeh Siregar melihat setiap inci wajah putrinya.

"Aku harus jaga pola makan pah, salah satu syarat untuk jadi model" jawab Karina ikut terkekeh bermaksud untuk bercanda.

"Anak papa mau di gimanakan tetap bakal cantik, jadi tetap makan yang cukup"

Karina mengangguk dan memeluk  kembali sebentar sang papa.

"Kenapa papa ngajak makan disini? kenapa ga dirumah aja?" tanya Karina sambil membuka menu makanan

"Bosan, lebih baik diluar" jawab Siregar enteng

"Kapan papa akan pensiun? papa harus sering istirahat di rumah" kata Karina serius sambil menatap sang papa.

Sang papa tersenyum dan menatap Karina kembali, "Kamu akan melihatnya nanti"

Bugh!

Suara kaki tersandung membuat dua orang di dalam ruangan melihat ke arah pintu yang masih tertutup.

Tak lama pintu itu terbuka dan menampilkan seorang pria gagah dan tampan dengan black suit yang membaluti tubuhnya.

Namun menjadi aneh karena sang pria meringis sambil mengelus jidatnya pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang