Ananta memejamkan matanya perlahan, ada aroma khas dari tanah setelah diguyur hujan. Langit tampak biru pekat bahkan hampir gelap, lalu ada dentuman kecil dari atas sana pertanda tangisan semesta sebentar lagi akan mereda.
" Ana, sedang apa disini?"
Gadis berambut sebahu dengan warna kecoklatan itu menggeleng sembari tersenyum, " tidak ada Bu, Ana hanya melihat hujan yang sebentar lagi akan berakhir, padahal tadi sangat deras."
Ibu tersenyum, " Apakah benar-benar sudah matang pemikiran mu untuk pergi ke Bandung lusa?"
" Bu, Ana sudah pikirkan baik-baik. Disana Ana akan bekerja agar bisa membantu Ibu untuk membayar hutang alm. Ayah."
" Ibu sebenarnya berat melepaskan mu nak, " Ibu perlahan menunduk.
" Ibu percayalah Ana adalah gadis yang tangguh, Ana akan sering mengirimi Ibu uang nantinya, " Ana memegang pundak Ibu sembari tersenyum."
" Doa Ibu selalu menyertai, masuklah setelah hujan benar-benar reda. Jangan berlama-lama nanti kau sakit." Ibu perlahan berjalan meninggalkan gadis itu.
" Sebenarnya Ana tidak tahu Bu bagaimana nantinya Ana disana, tetapi Ana percaya bahwa Tuhan selalu membersamai. Atas segala sakit yang sekarang tengah berlomba menggerogoti tubuh, Ana percaya bahwa ini adalah bentuk cinta-Nya terhadap hamba yang memang membutuhkan rasa sakit ini agar selalu berada di dalam pelukan-Nya." Kalimat sederhana yang tidak dapat terdengar oleh manusia lainnya, Ana menatap punggung Ibu yang perlahan menghilang dari pandangan.
Ana kembali tersenyum menatap langit pekat, dengan hawa dingin dan aroma khas yang menenangkan.
" Hujan, Aku tak ingin banyak rencana. Cukup sederhana sepertimu, yang jatuh nya bisa memberikan banyak manfaat kepada manusia." Gema Ananta.
Mega merah menyelimuti bumi dengan hangat, pancaran semburatnya membuat bumi tampak sempurna. Keindahan mu adalah salah satu bentuk pembuktian-Nya. Bahwa memang terkadang ada indah - indah yang tidak dapat dikatakan melalui lisan oleh manusia-manusia awam yang tidak mengerti cara memaknai kehadiran-Nya.
" Mengapa danau berwarna hijau?"
Lelaki berpakaian putih abu itu menatap lekat gadis yang berada disampingnya.
" Mengapa Kau bertanya?"
" Karna Aku tidak tahu, dan ingin tahu."
Lelaki itu tersenyum sembari memegang surai coklat miliknya, " apakah Kau menyukai warna hijau?"
Ana menggeleng perlahan, " Aku menyukai warna biru."
" Mengapa langit berwarna biru?"
Ana menatap lekat lelakinya, " mengapa Kau balik bertanya?"
" Karna Aku ingin terus mendengar suara mu."
Ana kembali tersenyum, " baiklah Kau berhasil membuat Aku lupa akan pertanyaan Ku."
Lelaki itu tertawa, " mengapa danau berwarna hijau? Karena ganggang yang memakan nutrisi yang berada pada perairan danau."
" Itu menurut pendapat mu?"
" Menurut pendapat ahli biologi, Aku sudah menjawab pertanyaan mu, sekarang giliran mu."
" Mengapa langit berwarna biru? Karna jika berwarna hijau itu danau."
Aksa tertawa, " pasti ini menurut pendapat mu."
" Kau benar."
Aksa menatap Ana dalam sembari tersenyum, " tetaplah seperti ini, berada disamping Ku sampai nantinya kita bisa membuat danau berwarna merah muda bersama."
" Aksa kau selalu bercanda," Ana tertawa.
" Kau menyukai warna apa?"
" Jangan, jangan dijawab biar Aku yang menebak. Kau menyukai warna coklat bukan?" Lanjut Ana.
Aksa tersenyum tak menjawab.
" Aksa mengapa Kau tersenyum? Jawaban Ku benar bukan?"
" Aku menyukai segala warna Ana, menurutku warna warni adalah indah yang telah di ciptakan-Nya untuk dinikmati di dalam hidup, sama sepertimu."
Aksa Bamantara adalah manusia yang pada setiap kalimatnya penuh dengan kejutan-kejutan menawan.
" Ana mengapa kau terdiam?"
" Kau mematikan pikiran ku, Aksa."
Lelaki itu kembali tertawa, " mengapa menyukai warna biru?"
" Karna biru adalah langit, biru adalah laut, dan biru adalah Kau."
" Aku?" Tanya Aksa.
Ana mengangguk.
" Mengapa Aku adalah biru?"
" Karena Kau menenangkan."
Aksa ternyum, " Aku menyerah, jika Aku mampu mematikan pikiran mu. Maka kau mampu mematikan segala yang berfungsi di dalam anggota tubuh ku, Gema Ananta."
" Tetaplah menjadi tempat untuk awan-awan diatas sana, lalu aku akan menjadi pelangi dengan segala keindahan warna - warni yang sudah diciptakan-Nya." Gema Ananta.
" Tetaplah menjadi pelangi di langit biru meskipun nantinya Aku berubah menjadi abu, temani aku melihat bagaimana proses sederhana hujan yang turun perlahan memberikan ketenangan kepada bumi." Aksa Bamantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teduh dibawah cakrawala
Fiksi RemajaLelaki itu kembali tertawa, " mengapa menyukai warna biru?" " Karna biru adalah langit, biru adalah laut, dan biru adalah Kau." " Aku?" Tanya Aksa. Ana mengangguk. " Mengapa Aku adalah biru?" " Karena Kau menenangkan."