Bab 1

14 4 0
                                    

Mendadak Jadi Istri

Malam itu Nara sudah membereskan
kedai kopi nya dan bersiap untuk pulang,
Tapi belum sempat ia menutup pintu seseorang dengan lancangnya menerobos masuk ke dalam kedai, ia tidak sempat melihat wajahnya karena ruangan yang gelap, cahaya lampu sebagai penerang sudah di matikan oleh Nara sebelum nya, apalagi kini orang itu berdiri tepat di belakang Nara, gadis itu sedikit mencium aroma bau anyir darah.

Tidak lama setelah nya terdengar suara langkah kaki yang mungkin lebih dari satu orang, suara itu terdengar seperti tergesa-gesa.

"Sialan, cepat sekali dia melarikan diri.." Ujar seorang pria yang menghentikan langkah nya. "AHHH SIAL...." lagi pria itu meluapkan kekesalannya.

Nara mengatupkan mulutnya, berusaha untuk meredam rasa was-was ketika mendengar suara pria yang ada di luar sana. Bagaimana tidak, seseorang yang masih setia berdiri di belakang Nara itu baru saja membisikkan sesuatu yang membuat Nara melongo mendengar nya.

"Jangan bersuara jika masih ingin hidup." Beberapa kalimat itu berhasil membuat Nara merasa takut.

Gadis itu menduga-duga apa pria yang kini berada di belakang nya adalah seorang pembunuh, pencuri atau pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri. Mengerikan sekali.

Tidak terdengar lagi suara di luar kedai membuat Nara bisa sedikit bernafas lega, hanya saja kini jiwa penasaran nya meronta-ronta ingin tahu siapa gerangan yang dari tadi berdiri di belakang nya, perlahan tapi pasti gadis itu kini menoleh ke belakang.

"SETANNN, TOLMMPHH" Belum sempat gadis malang itu berteriak, tiba-tiba saja pria misterius itu membekap mulut Nara, sontak saja gadis itu kaget dan semakin memberontak.

Yap benar yang di lihat oleh Nara adalah seorang pria, tapi anehnya wajah pria itu penuh lebam dan cairan merah pekat terlihat masih menempel di area mulut nya, meskipun ruangan itu gelap namun tetap masih terlihat bagaimana rupa wajah pria yang kini Nara lihat, karena ketakutan Nara sempat berfikir kalo itu adalah hantu, karena memang dasarnya gadis itu penakut.

"Mmphh...mmpph.." Pria itu masih saja membekap mulut Nara yang tidak bisa diam, pergerakannya terkunci sebab pria itu mendorong tubuh Nara sampai gadis itu mentok ke dinding. Setiap kali Nara berontak pria itu mengerang seperti menahan sakit.

"Diam.." satu kata penuh penekanan itu berhasil membuat Nara terdiam, manik mata mereka bertemu.

BRAKKKK..

Pintu kedai didobrak paksa, terlihat beberapa orang masuk ke dalam kedai, seseorang di antara mereka menyalakan saklar lampu dan terlihatlah Nara dan pria itu yang masih setia dalam posisi yang jika di lihat pasti akan menimbulkan prasangka buruk.

****

"Jelaskan pada kami apa yang sebenarnya terjadi." Ucap pak RT yang saat ini sedang mengintrogasi dua orang yang katanya tertangkap basah telah berzina. Kejadian di kedai membuat Nara dan juga pria itu di bawa ke rumah pak RT, berkali-kali Nara menjelaskan kalau semua ini hanya kesalahpahaman tapi sayangnya tidak ada yang percaya, rasanya malu sekali menjadi bahan tontonan warga.

"Saya tidak melakukan zina pak, ini hanya salah paham.." sebenarnya Nara sudah lelah menjelaskan, hanya saja ia juga tidak ingin di cap jelek oleh orang-orang.

"Halah bohong, terus apa yang kami lihat tadi hah.." Kata seorang bapak-bapak berperawakan gendut yang dari tadi paling sibuk berkomentar. "Betul itu, sudahlah pak RT nikahkan saja mereka, kami tidak ingin kampung ini terkena sial karena pezina.." Lagi kata-kata pedas itu selalu saja keluar dari mulut warga.

Nara hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, gadis itu sangat malu ingin rasanya ia menghilang saat ini juga, apalagi pasti berita perzinahan yang tidak benar adanya ini akan segera meluas, Nara takut ibunya tahu tentang ini dan membuat keadaannya drop. Gadis itu sempat melirik ke arah pria yang kini duduk di samping nya, terlihat santai tanpa merasa panik sedikitpun, hanya saja pria itu selalu memegang dadanya, seperti sedang menahan sakit, perlakuan warga tadi cukup kasar membuat luka pria itu semakin terasa nyeri, tapi warga sama sekali tidak peduli dengan keadaan pria itu, pak RT sempat mengira warga main hakim sendiri, namun warga membantah praduga pak RT, mereka juga heran kenapa pria itu sampai babak belur.

"Saya akan menikahinya, tapi tidak sekarang.." Nara seketika menoleh, melihat pria itu yang kini buka suara setelah sekian lama diam seperti orang bisu, Nara tidak bisa ber word word mendengar perkataan pria itu.

"Tidak ada nanti nanti kalian pasti akan kabur setelah ini kan? Pak RT sebaiknya kita nikahkan saja sekarang." Lagi-lagi bapak gendut itu kembali bersuara, dan setelah nya di susul oleh warga lain yang setuju dengan usulan bapak gendut tadi.

"Bapak-bapak semuanya harap tenang, jika memang ini keputusan yang terbaik, maka saya setuju, malam ini saya selaku RT di kampung ini dan juga warga akan menjadi saksi pernikahan kalian anak muda."

****

Runtuh sudah pertahanan Nara, sedari tadi ia menahan tangis karena malu, kini ia menangis karena di nikahi pria yang tidak jelas asal usulnya, ia takut pria yang kini tengah mengucapkan ijab qobul itu adalah seorang penjahat, dan juga bagaimana dengan nasib ibunya jika tahu semua ini, karena sebelumnya Nara sempat berbohong ketika di tanyai perihal orang tua, gadis itu berkata orang tuanya tidak tinggal di kampung ini dan tidak memungkinkan datang di saat itu juga, padahal ibu nya tinggal di kampung sebelah, hanya saja warga saat itu tidak ada yang mengenali Nara dan juga ibunya, karena sudah tiga bulan ini ibu Nara tidak datang ke kedai karena kondisinya yang lemah, Nara dan ibunya baru lima bulan berjualan di kampung itu. Sedangkan pria itu langsung to the points jika orang tuanya tida akan datang.

"Sah..." Kalimat pertama yang keluar dari warga.

Tanpa menunggu lama-lama pak RT membubarkan warga yang masih betah berkumpul di rumahnya.
"Bapak-bapak sekalian, sekarang masalahnya sudah selesai, mohon bubar dan kembali ke rumah masing-masing.." Setelah itu satu persatu warga mulai membubarkan diri, kini hanya tersisa pak RT, bapak penghulu, Nara dan juga pria yang bernama Aden Sebastian, ia baru saja memperkenalkan diri saat berhadapan dengan bapak penghulu.

"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, sebelum nya saya minta maaf karena telah mengambil keputusan sepihak..." Pak RT berucap sambil memegang bahu Aden, berharap permintaan maafnya akan diterima, bagaimanapun dia tidak memiliki hak atas apa yang telah terjadi, permintaan warga yang tidak bisa di bantah membuat pak RT berani mengambil keputusan tanpa persetujuan Nara dan Aden.

Aden mengangguk lemah seraya tersenyum kecut, ia dari tadi menahan sakit, setelahnya Aden mengikuti Nara yang berjalan lebih dulu meninggalkan rumah pak RT, kemana gadis itu akan pergi pikir nya.

"Ceraikan aku."

****

HALO, APA KABAR TEMAN😄

DI JAM BERAPA TEMAN BACA CERITA INI? PANTENGIN TERUS YAAA😘

SEMOGA TEMAN-TEMAN SUKA SAMA CERITANYA YAA☺️



Terbelenggu Cinta Tuan Arogan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang