¹

2.7K 195 54
                                    

Langit sudah menunjukan bahwa malam telah tiba, seorang pemuda manis-Jisung kini sedang berjalan dengan sedikit lemas menuju unit apartemennya. Wajar, dia baru saja pulang dari pantai. Pemuda manis itu menghabiskan waktunya dari pagi hari sampai menjelang sore di pantai bersama teman-temannya. Memanfaatkan waktu kosong karena ketidakhadiran dosennya dengan refreshing singkat.

Wajah manisnya seketika mengernyit saat melihat Bu Min Ah dan seorang laki-laki yang sedang menenteng dua kaleng entah apa itu di dekat pintu unitnya.

“Bu Min Ah? Ada apa?” Tanya Jisung yang kini menghampiri dua orang tersebut.

“Jisung .. Ini Dek ada tukang cat yang ngirim pesanan Pak Jaemin unit 82A, tapi orangnya gak ada. Kamu tau atau ada liat gak dia kemana?”

“Enggak, bentukan orangnya gimana juga aku gak tau. Jisung gak pernah papasan atau pun ngeliat orangnya, Bu.” Setelah mengucapkan itu Jisung berniat untuk masuk ke dalam unitnya namun gagal karena Bu Min Ah menyentuh lengannya.

“Maaf, tapi bisa gak kalo saya titip cat ini?” Kini si pria yang menyuarakan suaranya. Sedangkan Jisung menatap pria itu dengan raut tanya.

“Gini, dek Jisung ada pegang uang gak? Kalo ada, ibu minta tolong diduluanin dulu uang catnya, soalnya Pak Jaemin belom bayar. Kasihan, abangnya udah nunggu daritadi.” Jelas Bu Mina Ah meminta pertolongan Jisung, karena ia pun sama sekali tidak memegang uang cash saat ini.

“Terus catnya? Aku yang nyimpen?” Bu Min Ah tersenyum kecil, “Hehe boleh ya dek tadinya mau ibu simpenin tapi hari ini ibu pulang cepet, lagi gak ada shift malam.”

Jisung menghela napasnya pelan, kok jadi dia sih? Tapi pemuda manis itu tetap saja mengeluarkan dompet dari kantongnya, melirik jumlah uang cash miliknya. “Totalnya berapa?”

“300 ribu ...” Ucap si tukang cat. lagi-lagi ia menghela napasnya pelan. Sial, uang cash-nya pas-pasan, hanya tersisa 50 ribu jika uangnya terpakai. Tapi Jisung tetaplah Jisung, dia tetap memberi uangnya ke tukang cat itu. Dia tidak tega. Toh juga nanti pasti diganti oleh si tetangga sebelah.

“Makasih banyak ya dek, bu. Kalo gitu saya pulang dulu.” Pamit pria itu.

“Dek Jisung, makasih banyak ya anak baik. Oh ini nomor ponselnya pak Jaemin, nanti kamu hubungin dia aja ya. Ibu duluan ..” Ucap Bu Min Ah lalu perempuan paruh baya itu meninggalkannya bersama dua kaleng cat.

Menghela nafasnya lelah, Jisung lantas memasuki unitnya lalu menaruh barang-barang yang berada ditangannya itu ke atas meja yang berada pada ruangan televisi miliknya.

Jemari lentiknya dengan cepat mengetik sebuah pesan kepada nomor yang tadi diberikan Bu Min Ah-nomor ponsel tetangga sebelahnya itu, Pak Jaemin.

|Halo Pak Jaemin

|aku Jisung, tetangga sebelah unitnya bapak-Unit 82B. Ini pesanan cat bapak ada di aku, kira-kira kapan bapak pulang yaa biar aku kasih cat nya?

|oh iya cat nya juga sudah aku bayarin pak.

15 menit, 30 menit bahkan sudah 3 jam berlalu dan pesannya itu tak mendapatkan balasan apapun.

“mana sih anjir pak Jaemin? Masa pesan gue gak dibales-bales? Mana udah ngantuk banget gue, sialan.” Jisung menggerutu sambil berguling-guling diatas kasur miliknya.

“Dia orang yang sibuk banget kali ya? Masa iya gue yang tetangga sebelah unitnya gak pernah tau dia yang mana? Wujudnya aja gak pernah gue liat sekalipun. Atau mungkin pernah papasan dan gue yang lupa?” Jisung menggumam sambil mencoba mengingat-ngingat tapi nihil.

Jisung terduduk pada ranjangnya, masalahnya adalah uangnya .. Sisa uang cash-nya habis karena tadi dipakai untuk membeli sushi promo untuk mentraktir teman-temannya, dan besok ada kelas pagi jadi sudah dipastikan ia tidak bisa mengambil uang di ATM.

𝓑𝓪𝓫𝔂, 𝓒𝓪𝓵𝓶 𝓓𝓸𝔀𝓷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang