6. Boutique

2.3K 242 8
                                    

Kini (name) berada di butik terkenal yang berada di pusat kota. Entah apa alasan Reo mengajaknya ke butik tersebut.

"Tolong segera berikan dress yang paling cantik di sini untuk dia. Aku ingin yang terbaik untuk (name)." Seru Reo kepada pelayan-pelayan yang ada di sana.

Langsung saja para pelayan tersebut mencari dan memberikan dress terbaik yang ada dibutik tersebut. Salah satu pelayan menuntun (name) menuju ruang ganti dan memberikan dress tersebut.

Reo langsung mengusir pelayan tersebut setelah memberikan dress kepada (name). Kini hanya tersisa Reo dan (name) diruang tersebut. (Name) pun sedikit canggung dengan keberadaan Reo.

"A-aku akan pakai dress ini. Kau tunggulah di sini, Reo." Ujar (name) gugup dan langsung masuk ke balik tirai yang berada di ruang ganti.

Dress tersebut sangat pas di tubuh (name) yang membuat (name) terlihat menjadi seksi. Namun ia sedikit kesulitan untuk menarik resleting yang ada di punggung nya.

Sungguh resleting yang berada di punggung adalah hal yang paling dibenci (name). Tangannya sudah pegal untum meraih resletingnya. Akhirnya ia sedikit memunculkan kepalanya keluar dari tirai dan melihat Reo yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Reo, boleh minta tolong tarik resleting dress yang ada di punggungku? Tanganku udah pegel buat nariknya." Ujar (name) sedikit kesal membuat Reo menghadap ke (name) dan tersenyum.

"Hmm, baiklah." Reo langsung saja masuk ke dalam tirainya. Mata Reo mulai mengarah kepada punggung (name) yang terpampang jelas di depannya. Rambut panjang (name) yang dikesampingkan ke pundak kanannya menambah kesan seksi dari dirinya.

Reo seketika menelan ludahnya sendiri dan berusaha fokus. Tangannya mulai menyentuh punggung mulus (name) yang membuat (name) menjadi merinding. Bukannya menarik resletingnya, pria di belakangnya justru sibuk menyentuh punggungnya dan tidak mengalihkan pandangannya.

"Reo, fokuslah. Jangan lakukan hal lain. Cepat tarik resletingnya." Seruan (name) membuat Reo tersadar dan langsung berhenti menyentuh punggung (name).

"Ah maaf, aku terlalu fokus pada punggung mu yang indah." Ucap Reo persis di samping telinganya. Hembusan nafas bisa dirasakan (name) yang membuatnya hanya mendesis.

Reo perlahan-lahan menarik resletingnya hingga ke atas. Bukannya pergi, Reo tiba-tiba malah melingkarkan tangannya pada (name) dan menyandarkan kepalanya di pundak (name). (Name) bisa melihat dirinya dan Reo di cermin yang ada didepannya.

Reo mulai mendekatnya wajahnya pada leher (name) dan mengecupnya pelan. "(Name), aku suka wangi tubuhmu." Bisikan Reo membuat telinga (name) memerah.

Reo mulai memandangi (name) dari cermin dengan lamat-lamat. Tatapan Reo membuat (name) menjadi malu dan mengalihkan pandangannya. "(Name), hari ini kau cantik sekali. Rasanya aku ingin memakan mu saat ini juga." Ucapan Reo sukses membuat seluruh wajah (name) memerah.

"Hentikan Reo. Kita masih ada di butik." Ucap (name) gugup saat mulai merasakan tangan Reo bergerak dari pinggangnya menuju ke dadanya. "Hmm, apa peduliku" Tiba-tiba Reo membalikan tubuh (name) yang membuatnya sekarang berhadapan dengan Reo.

Tanpa basa-basi Reo langsung menyambar bibirnya dengan kasar dan terburu-buru. Tangan kiri Reo berada di pinggang (name) sedangkan tangan kanannya berada di tengkuk (name) untum memperdalam ciumannya.

Lidah Reo mulai menerobos mulut (name) dan mengobrak-abrik isi didalamnya. (Name) hanya memejamkan matanya dengan tangan yang berada di pundak Reo sambil berusaha menyeimbangkan permainan Reo.

Reo melepaskan pautannya untuk memberi (name) kesempatan untuk bernafas. "Hahh. Stop Reo, kita masih ada di buti-mphhh." Ucapan (name) terputus saat Reo yang lagi-lagi mencium dirinya.

Sial, Reo ini tidak tau tempat. Reo seakan-akan tidak mau mendengar (name) dan lanjut bercumbu dengan bibir manis yang sekarang menjadi candu baginya. Pikiran (name) dibuat kalang kabut oleh permainan Reo yang begitu agresif.

Suara decakan lidah memenuhi ruangan. Pukulan yang terasa di pundak Reo tidak membuatnya berhenti dan membuatnya terus memperdalam ciumannya. (Name) pun sudah pasrah dan hanya menikmatinya.

Reo pun akhirnya memutus pautan mereka. Terlihat jelas bibir (name) yang bengkak akibat Reo yang tanpa ampun melahapnya. "Sialan kau Reo!" Teriak (name) sambil memukul dada Reo yang hanya dijawab kekehan olehnya.

"Ahaha, maaf. Habisnya kau terlalu cantik. Aku jadi gak bisa menahan diriku." Ucap Reo jujur yang hanya dijawab tatapan sinis oleh (name). "Nah sekarang kita pergi dari sini." Reo langsung saja menarik tangan (name) dan membawanya untuk keluar dari butik.

"Tunggu dulu. Kok kita langsung kabur begitu saja?! Siapa yang membayar dress ku?" (Name) panik karena mereka keluar dari butik dan langsung pergi ke mobil Reo tanpa membayar dressnya.

"Untuk apa dibayar, lagipula butik itu milikku." Ucapan Reo membuat (name) terdiam. Ia lupa bahwa orang yang ada di sampingnya ini adalah orang kaya tajir melintir 7 turunan. Mempunyai butik ternama seperti ini adalah hal biasa baginya.

"Nah sekarang, kita akan menemui Nagi." Ucap Reo sambil membawa pergi (name) dari butik menggunakan mobil miliknya. Nagi, laki-laki berambut putih yang sempat bergabung bersama dengannya dan Reo pada malam itu. Kini keheningan memenuhi mobil.

Hari ini sungguh hari yang aneh bagi (name). Tak ia sangka Reo menghampiri dirinya sampai ke toko bunga dan membawanya ke butik. Dan sekarang Reo membawanya pergi tanpa menjelaskan apa-apa. Niat (name) untuk melupakan Reo dan Nagi sepertinya pupus sekarang.

-----

TBC

Club [Mikage Reo X Reader X Nagi Seishiro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang