"Bodoh ... bodoh ... kenapa kau bodoh sekali?" Taehyun memukul-mukul kepala sambil menatap pantulan dirinya di cermin, lalu menghela napas panjang yang berakhir dengan jeritan kesal.
Serangkaian umpatan meluncur dari bibirnya, semua itu keluar hanya karena satu keputusan konyol yang kini ia sesali. "Ini semua gara-gara es krim sialan itu," gerutunya dengan suara pelan, berusaha meyakinkan diri bahwa ini semua bisa disalahkan pada rasa manis yang menggoda.
Andai saja ia tidak tergoda membeli es krim stroberi kesukaannya beberapa waktu lalu, mungkin kontrak hubungan yang ditawarkan Jeno siang tadi tidak akan pernah terjadi.
Pikirannya kini penuh dengan penyesalan, berputar-putar seperti bayangan kelam yang tak mau pergi. Benarkah perasaan ini akan terus menghantuinya? Entahlah, tidak ada yang tahu.
Mencoba mengendalikan pikirannya yang bergejolak, Taehyun menenangkan diri. Ia menarik napas dalam beberapa kali, mengatur napasnya agar tetap stabil. Dengan langkah pelan, ia berjalan menuju lemari dan membuka pintunya.
Di depannya jelas tergantung berbagai pakaian, tetapi malam ini tidak ada satu pun yang terlihat cocok untuk pesta sekolah, Pesta Perayaan Hari Valentine.
Sebenarnya, Taehyun enggan menghadiri pesta tersebut. Namun, ia terpaksa hadir atas paksaan seseorang yang menurutnya sangat menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Jeno yang beralasan bahwa hubungan palsu mereka harus terlihat nyata di mata orang lain.
***
"Apa kau tahu, sekolah mengadakan pesta dansa malam ini? Ngomong-ngomong, bagaimana lututmu bisa terluka begitu?" tanya Jeno sambil mengompres luka lebam di lutut kanan Taehyun. Ia tidak mengetahui apa penyebab utamanya, selain bahwa lutut itu tampak terbentur tanah beberapa menit yang lalu.
"Entahlah, dan lukaku bukan urusanmu," jawab Taehyun dengan nada dingin, membuat Jeno sedikit tertegun oleh sikap kasarnya tersebut.
Jeno hanya bisa mendesah, mencoba menahan emosi yang mulai muncul. "Aku kekasihmu, dan aku punya hak untuk tahu," balasnya dengan nada tegas, menunjukkan ketegasan yang menuntut perhatian.
"Kekasih palsu, Jeno. Kau tidak punya hak apa pun tanpa persetujuanku," sahut Taehyun, memotong ucapan Jeno dengan tajam. Ucapannya langsung memaku Jeno, membuatnya kehilangan kata-kata.
Keheningan menggantung di antara mereka, menciptakan ketegangan di ruangan UKS yang sunyi. Setelah beberapa saat, Jeno akhirnya memecah keheningan. "Malam ini, kau harus datang ke pesta bersamaku. Aku tidak menerima penolakan."
Taehyun melotot tajam, kesal dengan keputusan sepihak yang Jeno buat begitu saja. "Tidak! Aku tidak akan datang! Tidak ada gunanya bagiku berada di pesta itu bersamamu," jawabnya dengan nada tegas dan tanpa basa-basi.
Penolakan itu menghantam hati Jeno seperti duri tajam yang menusuk. Kata-kata itu mungkin terdengar keras bagi siapa pun, tetapi baginya—yang sangat mendambakan Taehyun sebagai pasangannya—kata-kata itu terasa jauh lebih menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amoteur Meus | Jentyun (Jeno x Taehyun) 🔞 | END |
FanfictionKang Taehyun selalu merasa bahwa kebahagiaan bukanlah takdirnya. Dihantui oleh masa lalu yang kelam dan secondary gender yang dianggap aib, membuat ia menolak cinta, terutama cinta dari seorang pria bernama Lee Jeno yang yakin bahwa mereka adalah pa...