Sejuknya hembusan angin menunjukkan bahwa musim dingin di Sydney telah hadir untuk menemani selama 4 bulan kedepan. Disana, seorang gadis sedang mengenakan jaket winter beserta rajutan kupluk di kepala dan bergegas keluar dari apartemen. Dia Scarla, berumur 18 tahun yang sedang mengembara di negera Kangguru untuk mengejar karir demi meraih masa depan cemerlang. Gadis yang memiliki tinggi 160cm itu memilih jurusan Bisnis di Sydney International Business and Network dan bekerja sebagai Part time di sebuah cafe kecil yang terletak di tengah perkotaan Sydney.
*
Scarla memutar knop pintu dan melangkah menuju lift. Ding. Pintu terbuka dan ia berjalan memasuki lift serta menekan tombol G, Scarla memperhatikan setiap angka yang muncul dari layar yang menunjukkan dilevel berapakah ia sekarang. Ia berlari kecil menuju stasiun kereta api yang dinamakan Light Rail atau bisa disebut dengan tram. Light Rail Transit (LRT) Sydney menjadi jaringan kereta yang mendukung mobilitas penduduk Sydney. Beroperasi dari pagi hingga tengah malam setiap harinya. Sydney juga memiliki kereta api lainnya, yakni Metro. Perbedaan LRT dengan Metro Sydney terletak di rute dan waktu operasinya. Meski jangkauannya tak seluas Metro, LRT tetap menjadi alternatif favorit warga setempat untuk mencapai tujuan mereka dalam waktu singkat. Scarla mengeluarkan kartu Opal miliknya dan menge-tap pada mesin yang menandakan bahwa ia telah membayar biaya perjalanannya. Biasanya harga perjalanan akan muncul setelah tiba dilokasi dan tap off. Kartu Opal biasanya dipakai untuk menggunakan transportasi di Sydney, seperti bus, kapal feri, maupun kereta pada umumnya dan dapat dibeli pada toko terdekat seperti Seven Eleven serta dapat diisi ulang melalui aplikasi maupun mesin yang tersedia di stasiun. Warga Sydney diwajibkan untuk tap on dan tap off setiap perjalanan, barangsiapa yang melanggarnya, akan dikenakan denda sebesar $200 AUD jika tertangkap.*
Scarla memasuki cafe dimana ia meluangkan separuh waktunya.
"Good Morning, how are you Scarla?" Sapa Michael, pemilik cafe."Morning. I'm good, how about you?"
"Good, thanks."
Menyapa dan menanyakan kabar adalah hal yang umum di Sydney, dimanapun dan kapanpun, orang-orang akan melakukan kebiasaan yang sama. Termasuk dalam memanggil seseorang yang lebih tua dengan nama, hal lazim di Sydney. Menurut orang Indonesia, mungkin itu akan terdengar sangat tidak sopan, namun hal itu sudah dibiasakan oleh warga yang tinggal disini.
Scarla tersenyum kepada pekerja lainnya dan menyapa mereka dengan hal yang sama, lalu meletakkan tas pribadinya ke rak yang telah disediakan dan mulai bekerja. Ia bekerja sebagai part time untuk memenuhi kebutuhannya dan membiayai hidupnya di luar Indonesia. Scarla termasuk anak yang mandiri. Ia tidak ingin membebani keluarganya, biaya yang orangtuanya keluarkan sudah membuatnya merasa bersalah. Namun, ia bertekad untuk menggantinya pada suatu hari nanti.
Scarla mengerjakan shiftnya dari jam 7.30 pagi sampai 3 sore. Ia akan digaji AUD $20 perjamnya dan uangnya akan diterima secara mingguan. Ia melakukan semuanya dengan riang dan tenang, dia menikmati pekerjaan dan bercanda tawa dengan pelanggan yang sudah menjadi langganan harian."Are you gonna have the same thing today?" Tanya Scarla kepada seorang kakek dan nenek yang menduduki meja paling ujung sambil menenteng ipad orderan ditangannya.
"Um, i'm gonna have the same coffee, but i want to have ham and cheese croissant today."
"Would you like fresh or toasted?" Tanya Scarla sekali lagi untuk memastikan orderan pelanggannya.
"Can i have it toasted, please? Thank you Scarla."
Scarla mengangguk dan memasukkan orderan itu ke dalam ipad supaya sang barista dan chef bisa segera menerima orderan baru lalu mulai menyiapkannya. Selesai dari itu, Scarla berjalan menuju pintu dan mulai menerima pelanggan lainnya dan rutinitas yang sama. Ding. Suara bel dibunyikan oleh barista yang menandakan kopi telah siap dihidangkan, Scarla berjalan menuju lokasi mesin kopi itu, melihat nomor meja di kertas dan mengangkat dua gelas yang berisi kopi kepada pelanggan.
"Here you go your coffee."
"Thank you." Ucap kakek dan nenek bersamaan.
Begitulah rutinitas hariannya Scarla. Ia menghabiskan 5 harinya untuk bekerja, 2 harinya untuk kuliah dan mengerjakan tugas. Namun kadang kala Scarla juga menggunakan waktunya untuk berjalan menelusuri Sydney. Terlalu indah untuk dilewatkan. Begitulah gumam Scarla setiap kali ia melihat matahari tenggelam setelah bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEATHER
Teen FictionBersemangatlah bebas, berani dan kuat seperti sehelai bulu yang tak pantang menyerah.