Meyakinkan Diri

492 39 15
                                    

Xixi selamat membaca🤩
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ada yang pernah ditinggal, oleh orang yang saaangat kita sayangi?

Atau mungkin, orang yang sangat berharga di hidup kita?

Orang yang sangat berarti di hidup kita?

Bagaimana rasanya?

Apakah rasanya seperti jatuh dari Gedung lantai 9, begitu sakit, hingga mati rasa?

Atau rasanya sangat hampa seperti tidak ada lagi semangat hidup?

Rasanya begitu sulit bukan....?

Rasanya sungguh berbeda, dunia begitu sepi semenjak kepergiannya.

Dulu, ia tak pernah berhenti menggandeng mata dan mengawasi setiap Langkah kita, namun sekarang begitu sepi dan hampa seiring dengan kepergiannya.

Dulu, jika ada yang menyakiti, kita selalu punya tempat untuk mengadu, namun semenjak kepergiannya, semuanya selalu tersimpan sendiri.

Kuulangi, Siapa yang mau ditinggal oleh orang yang kita sayang? Tidak ada, dan tidak akan ada, tidak ada yang akan sanggup, percayalah. 

Apalagi orang itu meninggalkan kita karena ulah diri kita sendiri.

Meski banyak orang bilang, kalau itu bukanlah kesalahan kita, tetap tidak bisa. Kita yang melihat detik detik orang yang kita sayangi meninggalkan kita, bahkan dunia ini beserta isinya, benar benar tidak bisa hanya untuk sekedar membiarkan diri ini terlepas dari rasa bersalah. 

Itulah yang sedang dirasakan Daffin, pemuda kelas 2 SMA itu seharusnya banyak melihat dan melakukan hal hal menyenangkan diumurnya yang masih terbilang 16 tahun, seperti bermain Bersama teman temannya, melakukan camping Bersama teman sekolah, atau melihat pemandangan indah dan cantiknya lautan biru yang terbentang di luar sana bersama orang yang kita sayangi. 

Namun, dimalam ulang tahunnya yang ke-17, ia harus melihat peristiwa yang membuatnya menangis histeris, bahkan tidak pernah terhapus dari ingatannya barang sedetikpun. Pemuda yang akan berulang tahun itu, Daffin, melihat kekasihnya yang sudah 3 tahun bersama sedari mereka SMP itu terguling di kasarnya jalanan, dan menghembuskan nafas terakhirnya. Dari kejadian berdarah malam itu, ia selalu membenci hari ulang tahunya dan terselimuti rasa bersalah selama lebih dari setahun.

                                            ///

Daffin terus menghela nafasnya kasar, ia baru saja berbalas pesan dengan kakak keduanya itu, dan pertanyaan yang kakaknya ajukan cukup membuatnya kepikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daffin terus menghela nafasnya kasar, ia baru saja berbalas pesan dengan kakak keduanya itu, dan pertanyaan yang kakaknya ajukan cukup membuatnya kepikiran.

Apa sungguh dia sudah siap? Apa benar dia sudah 100% sembuh? Apakah Daffin yakin traumanya tidak akan lagi kembali menghantuinya? Pertanyaan itu terus saja berputar dikepalanya dan membuat ia pusing.

"Ahh tapi kan kata dokter kalau dihindarin terus gakan sembuh sembuh, cara terbaik untuk ngilangin trauma ini ya dengan menghadapi masalah itu pelan pelan, makanya gue berencana balik bandung, emang salah? ENGGA KAN?! Ah si abang bikin kepikiran muluu bukannya malah bikin tenang" gerutu Daffin sambil mengerucutkan bibirnya sebal.

The Past Wound || Jeongbby HwanbbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang