Di pagi yang cerah ini seorang pria berumur 20 tahun sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur sejak setengah jam yang lalu.
"Dek!! Ayo sarapan, jangan liat TV terus!" teriak pria tersebut dari dalam dapur mencoba memanggil sang adik.
Lama tak datang pria dengan surai merah itu berjalan menuju ruang tamu dan melihat adiknya yang masih fokus melihat berita di TV.
"Dek?" panggilan itu sukses membuat pria bersurai hijau gelap itu menoleh, menatap sang kakak dengan mata yang melebar bak panik.
"Kak..." pria berambut merah atau biasa di panggil Sae itu menatap wajah adiknya dengan ekspresi bingung seolah bertanya, 'kenapa?'
"Kak kita harus siap-siap!" sang adik atau yang bernama Rin itu bangkit dari sofa lalu berlari menuju kamar meninggalkan ribuan pertanyaan yang hinggap di benak kepala Sae.
Kaki jenjang Sae melangkah bergerak mengekori sang bungsu yang berjalan kesana kemari mengobrak-abrik seisi kamar bahkan rumah.
"Dek! Kenapa sih?! Jangan kayak orang gila," Sae menepuk bahu Rin sedikit kuat membuat surai hijau itu diam menatap sang Kakak.
"Kak, lo harus bawa barang barang penting lo. Sekarang!" bukannya menjawab Rin malah membuat Sae semakin bingung dengan tingkah lakunya di pagi hari ini.
"Lo kenapa sih?! Jelasin sama gua!" marah Sae kepada adiknya yang tak kunjung mendapat jawaban dari dirinya.
"Kota kita, Kak!" langkah Rin terhenti lalu dirinya berbalik menatap Sae dengan tatapan mata yang panik.
"Kenapa? Kota kita kenapa?" mulut Rin terbuka hendak menjawab pertanyaan sang sulung tapi secara mendadak terdengar gonggongan anjing yang cukup keras dari halaman depan rumah mereka.
Sae dan Rin menoleh bersama lalu berjalan dengan Rin yang mengikuti Sae dari belakang. Mereka berdua melihat anjing lucu dan menggemaskan milik tetangga di sebelah rumahnya terdapat bercak darah di beberapa bagian anggota tubuhnya dan anjing tersebut terlihat seperti dirinya sedang shock.
"Hey, Coky, what happened?" Sae mendekat kearah anjing yang bernamakan Coky tersebut lalu berlutut di hadapannya dan mencoba mengusap kepala Coky dengan lembut mencoba menenangkan.
Rin terlihat was-was, matanya tak berhenti melirik kesana kemari dengan perasaan hati yang gusar.
Kemudian Rin melirik kearah Sae yang sedang menenangkan Coky yang masih terlihat shock. Matanya tak sengaja melihat warna putih pucat di salah satu mata anjing yang ada di hadapan Sae.
Sae masih belum sadar, dirinya terlalu fokus untuk melihat bercak darah di setiap tubuh Coky. Terlampau fokus mata Sae membola terkejut hampir keluar dari tempatnya saat melihat kepala Coky tergeletak dengan berlumuran darah dengan pot bunga yang pecah di sekitar area kepalanya.
"Rin?!" Sae menoleh cepat kebelakang melihat Rin dengan nafasnya yang memburu dan pose tubuh yang terlihat seperti habis melemparkan sebuah benda.
"Kak, lo nurut sama gua. Kita harus siap siap!" Rin menarik tangan kiri Sae membawanya masuk kedalam rumah dan mengunci pintu dan ventilasi yang terdapat di rumah sederhana yang mereka tempati.
"Stop! Jelasin ke gua maksud lo apa?" Sae menghempaskan tangan Rin yang dengan erat menggandeng tangannya.
"Lo ga sadar apa gimana? Kota kita kena wabah zombie, Kak!!" Sae diam terpaku mendengar kalimat yang di lontarkan oleh Rin.
"Rin lo ga usah bercanda." tegas Sae yang masih menyangkal perkataan Rin.
"Bercanda apanya? Lo ga liat Coky tadi? Dia udah mau berubah, kak! Mata dia udah berubah jadi warna putih."
KAMU SEDANG MEMBACA
⚠︎ LIFE || BLUE LOCK ⚠︎
ActionKarakter milik Muneyuki Kaneshiro dan Yūsuke Nomura. Bagaimana jika pada suatu hari yang cerah di kota yang cukup di kenal akan kedamaiannya, kota para anak anak Blue Lock tinggal terjadi wabah virus zombie yang mematikan? Bagimana nasib anak anak...