Part 4 Monster Besar

689 8 0
                                    

Tante B*nci baru saja selesai mendandani kemudian pergi meninggalkan aku sendirian. Menatap wajah diri sendiri dalam cermin.

"Ini bukan aku," bisikku lirih dalam hati.

Cermin melukiskan wajah bermake-up tebal dengan bibir bergincu merah menyala. Cantik memang? Tetapi ini tidak sesuai dengan umurku, belum pantas rasanya berdandan seperti ini. Jujur ... hati ini menolak.

Asmah masuk ke dalam kamar, mendatangiku, melihat dengan pandangan sedih.

"Duniamu akan segera berubah, Amira." Mengembang air matanya.

"Aku berharap, takdir tidak akan membuatmu menjadi seperti aku. Kamu layak mendapatkan hidup yang lebih baik di luar pekerjaan kotor ini.

"Ini pegangan buatmu. Entahlah ... aku merasa yakin, hidupmu akan berbeda dari kami."
Asmah memberikanku uang senilai dua ratus ribu rupiah.

"Semoga Tuhan membuatmu tidak akan pernah kembali lagi ke rumah sialan ini!" Dipeluknya aku erat, berkaca-kaca netraku mendengar doa baik dari sahabatku ini.

"Terima kasih, As. Aku pun berharap begitu."

Asmah lalu keluar meninggalkan kamar. Cepat-cepat kusembunyikan uang pemberian Asmah ke pakaian dalam dan mengusap genangan air mata yang hampir saja luruh.

Teringat masa kecilku di rumah penampungan milik Mami Merry ini. Tante B*nci yang mendidik kami, mengajarkan tentang segala hal, termasuk membaca dan menulis. Sedang Mami Merry adalah monsternya.

Menghukum dan menghajar dengan caranya. Bahkan mengurung kami ke dalam satu kamar kecil yang tanpa lubang ventilasi, bila dianggap terlalu nakal, dan tidak memberikan kami makan selama dikurung di sana.

"Amira! Ayo berangkat. Pemenang tendermu sudah menunggu."

Mami Merry sudah berada di depan pintu kamar, memerintahkan untuk segera bersiap.
Aku melangkah perlahan menuju pintu keluar kamar, Mami Merry menahanku sesaat.

"Ingat, Amira? Kamu sudah dibayar mahal untuk ini. Berikan pelayanan yang terbaik, jangan permalukan aku di depan klien!" ucapnya tegas.

Aku hanya mengangguk pelan. Monster besar ini selalu terlihat menakutkan, kami semua takut padanya.

"Anak pintar," ujarnya.

"Handphone terbaru dan uang 10 juta akan segera jadi milikmu, jika Kamu tidak mengecewakan klienku." Dicengkramnya keras kedua bahuku, dan aku meringis kesakitan.

Tante b*nci dan kedua bodyguard Mami Merry sudah menunggu di dalam mobil. Mobil yang akan membawaku ketempat takdir yang baru, takdir yang harus kujalani nanti. Sampai di posisi ini, hanya pasrah yang bisa kulakukan.

"Tuhan ... aku tidak pernah mengenal-Mu, tetapi jika benar Kau memang ada, maka tolonglah aku," bisikku lirih dalam hati.

HAID PERTAMAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang