.
.
.Bunda Jingga termenung sembari menatap wajah anak sulungnya yang masih belum siuman. Jingga memang kecewa terhadap perbuatan anak kembarnya itu, tapi ia tak akan pernah bisa marah kepada kedua putranya.
Masih jelas ia mengingat, bagaimana ayah kandung kedua anaknya itu memintanya untuk menggugurkan kandungan nya.
Kalau saja waktu itu Jingga mengabulkan permintaan nya, mungkin sekarang tidak ada Jenora dan Ericson yang menemani hari harinya.
Katakan Jingga pengecut, karena ia tak berani untuk memberitahukan kepada kedua anaknya perihal ayah kandung mereka.
Jingga hanya takut, bahkan untuk menikah lagi saja Jingga tak ingin. Ia takut kalau nanti suami barunya bersikap buruk kepada kedua putranya. Atau bahkan paling parah, mantan pacar nya yang notabene ayah kandung anak nya mengetahui bahwa Jenora dan Ericson adalah anaknya, dan ia akan mengambil kedua putranya itu dari dirinya, memikirkan nya sama sudah membuat kepala Jingga pusing.
Ketakutan seorang Jiangga Fahreza begitu besar.
Lamunan nya buyar tak kala suara Jenora terdengar.
" Akh__ " ringis Jenora
Jingga kelabakan melihat putra sulungnya kesakitan seperti itu " sayang? Mana yang sakit? Bunda panggilkan dokter ya? " Tanya nya
Ngomong ngomong Jenora sudah di pindahkan ke rumah sakit.
Jenora menggeleng " jangan Bunda, aku cuma pusing aja kok " jawab nya
" Justru itu, Bunda panggilkan dokter ya, Bunda gak mau kamu kenapa kenapa sayang " balas Bunda sambil mengelus kepala putranya
Jenora hanya mengangguk.
Beberapa saat kemudian dokter pun datang dan memeriksa keadaan Jenora.
" Gimana kondisi putra saja dok? Dia baik baik aja kan? " Tanya Bunda Jingga
" Syukurlah kondisi pasien sekarang sudah mulai membaik, tapi saya sarankan pasien sebaiknya di rawat inap untuk beberapa hari ke depan " jawab sang dokter
Jenora menggeleng " gak usah Bunda, aku pengen pulang aja " tolak nya
" Kamu gak denger perkataan dokter? Bunda mau kamu di rawat untuk beberapa hari ke depan, Bunda gak mau kamu kenapa kenapa " balas Bunda Jingga
" Baik kalau begitu saya permisi " pamit sang dokter
Jingga hanya mengangguk.
" Bunda, Abang gak mau di rawat " ujar Jenora
Sang Bunda mengelus sayang kepala putranya itu " kenapa gak mau? " Tanya nya
" Abang gak mau nyusahin Bunda, biaya rumah sakit pasti mahal " jawab si sulung Jenora
Bunda Jingga tersenyum " gak papa sayang, kamu kan anak Bunda udah jadi tanggung jawab Bunda buat ngerawat kamu " balas nya
" Tapi Bunda " si sulung berusaha menolak
" Gak ada tapi tapian, tolong ya sekali ini aja dengerin Bunda " ujar Bunda Jingga
Dan dengan terpaksa Jenora akhirnya mengangguk setuju.
" Bunda, Adek kemana? " Tanya Jenora saat ia tak melihat eksistensi adik nya
" Adek lagi anterin Rey pulang " jawab Bunda " Abang mau apel? Biar Bunda kupas? Lanjut nya
" Mau Bunda "
Di ruang inap itu hanya ada keheningan, Jingga yang sibuk dengan apel nya dan Jenora dengan pikiran nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Jingga
FanfictionJingga, si kembar dan dua laki-laki beda profesi Vote Komen