W.A.R.N.I.NG : Any bad fucking scenes and characters here are not to be imitated or followed.
Multimedia : Maybach 62s Landaulet '11 (River's)
Dedicated to @hazelnutre for her insane love to Dylan Froster.
Chapter XIV - Closer to the Death.
Buku-buku tangannya memutih, terlalu kuat mencengkram kemudi. Sautan klakson yang menghujaninya beberapa menit terakhir tetap tak sanggup membuatnya bergeming. Bahkan, hingga lampu berubah kembali ke warna hijau untuk kali ketiga, Dylan tetap diam.
"D, lebih baik menyesal karena percaya daripada harus menyesal karena mencurgai. Kali ini, aku percaya pemandu sorak itu. Untuk gadismu."
Dylan menghantamkan kepalanya ke kemudi, kuat dan keras.
Percakapannya dengan Sam terus berputar di benak pemuda itu. Tak ada satu detik pun sejak sepuluh menit lalu untuk hal lain berani lewat di pikirannya. Sam sudah memberitahunya, dan sekarang, semua ada di tangannya.
Nyawa River ada pada pilihannya.
Tinggal dia memutuskan untuk percaya pada Nicky McClan atau tidak.
Jika semua yang dikatakan Sam tadi memang benar, maka Dylan mendoakan surga untuk McClan jalang itu. Tapi, kalau apa yang dia dengar barusan hanya omong kosong, maka tak ada hidup lagi untuk gadis sialan itu.
Ada beberapa detik dalam hening, sebelum raungan mesin Lamborghini Elemento yang melaju dalam kecepatan angin memenuhi pendengaran Dylan.
Sugar, I'm not giving any shit for you to die. You die, then I'll follow, even it'll take me to the deep of hell.
-
Alec menyugar rambutnya, helai coklat gelap itu berantakan di tangannya. Matanya yang tak kalah gelap, tetap menyusuri jalanan sepi itu dalam diam. Kilau-kilau sungai Hudson di tepi jalan terlihat seperti jadi bintang-bintang yang jatuh ke air, dan bising kendaraan sibuk berkejaran di jalan layang di atasnya.
Brengsek, Bajingan itu memang tidak main-main rupanya.
Keresahan itu tercetak sejelas kaca, Alec duduk dengan tidak tenang di atas Ducati segelap malamnya. Pemuda itu berulang kali mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan, dan dua alisnya tak pernah melakukan gerakan lain selain saling bertaut resah.
Terpaan angin menderu kencang di seklilingnya, tapi tak ada dari dinginnya yang sanggup membuat Alec bergeming. Tak ada satupun yang sanggup membuat pikirannya berhenti dari memikirkan seorang gadis bermata coklat terang yang sekarang tengah melaju menuju kematian.
River Hathway, Pumpkin-nya.
Alec membanting helm di pegangannya, dan alat keselamatan itu menghantam jalan beraspal dengan keras. Dan seperti rencana kriminal yang sudah direncanakan, di detik yang sama sebuah Chevrolet merah terang berhenti di lajur kiri, tak cukup jauh untuk membuat Alec tidak melihat.
Alec mengumpat, cepat dan penuh amarah.
Bajingan itu di sana, turun dari mobil mencoloknya dengan setelan yang membaur dengan gelapnya malam. Senyum miring mengejek itu sudah tentu juga ada di sana, di wajah memuakkannya yang tak terlihat karena gelap.
"Tak kusangka kau benar-benar datang, Lec. Kukira kau lebih senang jadi tak terlihat, dan tetap dalam hidupmu yang tidak asik sama sekali itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous
Teen FictionSetidaknya, dalam kasus ini kalimat ‘Good Girl always falls for the Bad Boy’ tidak akan pernah berlaku satu milidetik pun. [P.G. 13- for the violence, extensive language, and hundred bunches of swearing and spelling mistakes.]