Kesiangan

30 1 0
                                    

"Aduh! bisa-bisanya aku kesiangan seperti ini," gumam seorang gadis yang tengah memakai sepatu sekolah nya. Dia langsung bergegas pergi ke sekolah dengan sepeda nya.

Tidak lupa juga dia berpamitan dulu kepada Bibi dan Paman nya, ya walaupun mereka sebenarnya tidak perduli juga.

Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, gadis itu tidak henti-hentinya terus bergumam akan kehidupannya yang sungguh miris.

Di dalam hati, dia selalu bertanya akan keberadaan kedua orangtuanya. Ya, sejak kecil memang dia tidak pernah melihat sosok kedua orangtuanya itu, dan dia juga tidak mempunyai foto keduanya.

Sesampainya di sekolah menengah atas, gadis berkacamata itu langsung bergegas memarkirkan sepeda nya.

Karna terlalu terburu-buru dan tidak melihat ke arah depan, gadis itu tidak sengaja menabrak seseorang yang berada tepat di hadapannya.

BRUK!

"Aduh," Gadis itu meringis pelan, dia mengusap keningnya yang tertabrak dada bidang seseorang.

Deg.

Sedetik kemudian dia terdiam karna di hadapannya kini sudah ada seorang laki-laki tampan yang tengah menatap tajam ke arahnya.

"LOE PUNYA MATA GA SIH, HAH?!"

"Ma-maaf, kak. Aku ga liat-liat tadi, aku buru-buru, maaf ya. Permisi," Gadis itu langsung berlari pergi dari hadapan laki-laki tampan itu.

Hah?!

Seorang laki-laki tampan itu terperangah saat mendengar ucapan dari gadis tadi, baru kali ini ada wanita yang berlalu begitu saja di hadapannya.

"Gadis sialan!" Umpat nya.

Sedangkan kini gadis berkacamata itu mengeram kesal karna kini kelasnya sudah di mulai, astaga! Dia kesiangan!

"Ini semua karna Bibi, aku jadi terlambat seperti ini!" Kesalnya.

Setelah menunggu kurang dari 1 jam, gadis berkacamata itu di panggil oleh wali kelas nya.

"Kenapa kamu selalu kesiangan, Adeeva?"

Ya, gadis berkacamata itu bernama lengkap:

ADEEVA AFSHEEN MYESHA

Tidak ada jawaban dari gadis berkacamata yang kerap di panggil Eva, dia hanya menundukan pandangannya.

"Kalau sekali lagi kamu kesiangan, bapak skors kamu selama seminggu!"

"JANGAN!" Spontan dia langsung berteriak setelah mendengar ucapan wali kelas nya itu.

"Jangan skors Eva, pak! Adeeva janji tidak akan kesiangan lagi, janji pak!"

"Sudah, sana masuk ke kelas!"

Dengan langkah yang malas, Adeeva berjalan menuju kelasnya. Jika sampai dia di skors, bisa-bisa kelakuan Bibi dan paman nya itu akan semakin menjadi.

Ya, Adeeva kerap kali di anggap sebagai babu rumah. Semua perkerjaan rumah dikerjakan oleh Adeeva, bahkan untuk makan semua keluarga bibinya, harus dia yang menanggung nya juga.

"Kesiangan lagi?" tanya seorang laki-laki yang tengah memandang ke arah Adeeva.

Adeeva mengangguk lemah, dia duduk di kursi nya. "Iya, kamu tau sendiri alasannya." Jawab Adeeva dengan lemah.

"Eva yang sabar, ya. Kalau Dimas sudah kerja, Dimas pasti bisa bantu Eva, tapi sekarang Dimas belum kerja, jadi belum bisa bantu Eva..."

Adeeva tersenyum ke arah teman laki-laki nya. Seorang laki-laki yang mempunyai penyakit bawaan yang menyebabkan dirinya di jauhi oleh semua orang, namun itu semua tidak mampu membuat seorang Adeeva mendekatkan diri kepadanya.

Karna menurut Adeeva, Dimas pasti bisa sembuh dan kembali normal. Dimas hanya membutuhkan waktu dan dukungan.

"Makasih ya, Dim." ucap Adeeva, dia mengusap punggung temannya itu.

Dimas tersenyum manis ke arah Adeeva. Keduanya saling tersenyum dan menguatkan satu sama lain.


GARVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang