Tamparan

14 1 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi, semua orang bergegas mengunjungi kantin untuk mengisi perut mereka.

Sama hal nya dengan semua orang yang berdatangan ke kantin, Adeeva dan Dimas juga ikut mengunjungi kantin.

"Adeeva mau pesen apa? biar Dimas yang pesenin,"

"Kaya biasa aja, Dim." Jawab Adeeva.

Dimas mengangguk, dia berjalan untuk memesan makanannya. Sedangkan Adeeva, dia memilih kursi yang ada di belakang.

Sambil menunggu Dimas datang, Adeeva menundukkan kepalanya untuk sesaat dia merasakan hawa ngantuk. Ya memang jam tidur Adeeva menjadi terganggu semenjak tinggal bersama bibi dan pamannya.

Adeeva mengerutkan keningnya saat merasakan sudah lama sekali Dimas memesan makanan, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Dimas.

"Kemana Dimas?" Lirihnya.

Adeeva bergegas langsung menyusul Dimas ke kedai mie ayam langganannya. Dia melihat sekelilingnya yang tidak terlihat sosok Dimas.

"Permisi, mang. Tadi Dimas ke sini gak, bi?" tanya Adeeva kepada penjual mie ayam itu.

"Tidak, neng. Dimas tidak ke sini, tadi yang mamang liat dia berjalan ke arah sana (menunjuk ke arah belakang sekolah)"

"Sama siapa, mang?" tanya nya lagi.

"Aduh, mamang kurang tau neng. Tapi tadi yang mamang dengar kalau mereka itu kakak kelasnya Dimas."

"Makasih, mang." ucap Adeeva yang langsung berlari menyusul Dimas. Hati Adeeva menjadi tidak tenang di saat mengingat bagaimana dulu Dimas menjadi bahan bully-an.

"Dimana kamu, Dimas? ya Tuhan... lindungi Dimas." Gumam Adeeva.

Adeeva terus berlari tanpa melihat sekelilingnya. Dia berlari cukup kencang seiring dengan detak jantung nya.

Deg.

"DIMAS!!!"

FLASBACK ON.

Saat hendak menuju kedai mie ayam langganannya. Terlebih dulu Dimas tidak sengaja menyenggol seorang laki-laki yang tengah berpas-pasan dengannya.

Bruk!

"SIALAN!" umpat laki-laki yang ada di hadapan Dimas, terlihat jelas dari raut wajahnya kalau dia sangat marah saat melihat seragamnya kini sudah kotor dengan kopi yang dia bawa tadi.

Tubuh Dimas seketika bergetar, dia tidak bisa mengatakan apapun dengan mulutnya. Namun Dimas tidak mau kejadian dulu terulang lagi kepada-Nya.

"Ma-maaf, kak. Dimas enggak sengaja, tadi Dimas nggak lihat ke depan." Ucap Dimas dengan suara yang bergetar.

Sedangkan laki-laki itu, dia menatap tajam ke arah Dimas. Dia melirik kedua temannya itu seolah meminta membawa Dimas ke ruang eksekusi.

"Lepaskan Dimas, maaf.. Tolong lepasin Dimas!" berontak Dimas saat tangannya di cekal dengan erat oleh teman kakak kelasnya itu.

"Diem lu!" Bentak teman laki-laki itu. Mereka langsung membawa Dimas ke belakang sekolah.

FLASBACK OF.

Adeeva membulatkan kedua matanya saat melihat temannya itu sedang dipermalukan seperti itu dihadapan banyak orang.

Mendengar suara teriakan dari Adeeva, orang-orang yang tengah mempermalukan Dimas, dia menoleh ke arah Adeeva.

Adeeva berlari ke arah Dimas, dia menangkup kedua pipi Dimas yang terlihat sangat pucat.

"Dimas, Dimas! ini aku, jangan takut." ucap Adeeva, dia menepuk-nepuk pelan pipi Dimas.

Dimas membuka kedua matanya dengan berat, dia tersenyum saat melihat Adeeva. Namun sedetik kemudian dia menjadi ketakutan saat melihat laki-laki dihadapannya itu.

Melihat raut wajah Dimas, tentunya Adeeva langsung murka. Dia menatap ke sekelilingnya. Sungguh, tidak habis pikir kenapa semua orang terlihat sangat senang sekali saat teman sekolah nya diperlakukan seperti ini?

Adeeva berjalan ke arah depan, dan...

Plak!

Adeeva melayangkan tamparan keras nya ke wajah tampan laki-laki yang berada di hadapannya.

"Kamu bahkan tidak pantas di panggil seorang kakak, cih! perlakuan mu sungguh miris, kamu menindas orang lemah!" Ucap Adeeva dengan tatapan tajam nya.

Dia menarik tangan Dimas, "Ayo Dimas, kita pergi! kita tidak pantas ada di segerombolan setan seperti mereka!"


GARVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang