CHAPTER 3 || ADAPTATION

6.3K 724 56
                                    

"Jeno sudah" rayne keluar dengan pakaian yang sudah terganti , kemeja oversize berwarna coklat pudar milik jeno, dan celana cream yang entah jeno dapat dari mana. sangat pas di tubuh mungil rayne, tentu saja, sepertinya apapun yang dipakai rayne akan terlihat manis.

Jeno tersenyum tulus melihat penampilan rayne. "Duduk dulu disini" rayne menurut dan mendaratkan diri di kasur yang di tepuk jeno.

Jeno berjongkok dan mengambil kaki rayne untuk di oleskan cream semacam salap, jeno mengusap ke seluruh kaki dan jari-jari kaki mungil itu.
Dilanjuti dengan memakaikan sepatu senada dengan warna celana rayne.

Jeno menjangkau jubah bertudung warna hitam yang tergeletak di kasur dan memakaikan kembali kepada elf manis itu.
Rayne heran, darimana jeno mendapat ini semua?

"Nah sudah, ayo!" rayne menyambut uluran tangan jeno dengan ragu-ragu.

Hangat, rasanya sangat nyaman ketika jeno menggenggamnya.

"Siap?" jeno kembali bertanya dengan senyum teduh nya.

"emm!"

.

.

.

.

.








Rayne pikir petualangan yang dibicarakan jeno akan mereka tempuh menggunakan kaki, ternyata ia salah, bahkan sekarang rayne sudah duduk nyaman di atas kuda gagah milik jeno, dengan jeno di belakang nya yang memeluk pinggang ramping elf mungil itu dengan posesif. Dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk mengendalikan tali kuda.

"Jeno, kenapa pakai kuda?"

"Biar cepat, dan biar kau tidak kelelahan" sudah pernah jeno bilang belum? Tidak hanya fisiknya, bahkan suaranya pun terdengar sangat lembut masuk ke gendang telinga jeno, mungkin suara rayne akan menjadi melodi favorit jeno mulai sekarang.

Jeno bersyukur, ia memiliki banyak waktu untuk mendengar suara rayne, mendekap nya seperti ini, dan melihat berbagai ekspresi manis yang muncul di wajah mungil itu.

"Jeno dapat dari mana kuda nya?"
Rayne sedikit menengok ke belakang saat kembali bertanya.

Namun melihat jeno yang tidak menjawab dan malah memperhatikan wajah nya dengan sangat intens, rayne merasa ia sudah terlalu lancang. "i-itu maaf, rayne tidak bermaksud lancang jeno" tidak tau saja, lee jeno hanya sedang menikmati waktu mengagumi paras cantik rayne.

"Kudaku memang sudah ada di dekat gubuk yang kita huni ingat? Tapi kau tidak melihatnya," jeno sedikit mengusap pinggang ramping yang ia rengkuh. "Tanyakan apapun yang kau ingin tau rayne, aku akan menjawabnya" kembali ia bubuhkan kecupan ringan di surai selembut kapas milik rayne.

Rayne menolehkan kepalanya dan tersenyum sangat manis, "terimakasih, jeno"

"Tentu"
Pembicaraan mereka berhenti disitu, jalur yang mereka tempuh melewati hutan dan akan melewati sungai kecil di depan sana.
Tenang, hanya anakan sungai yang biasa di lalui kuda.

"Apa dingin?" jubah rayne jeno eratkan, beberapa hari lagi sudah memasuki musim dingin, jeno takut rayne kedinginan dan jatuh sakit.

"Tidak, rayne suka dingin" walau begitu, jeno tetap mengeratkan rengkuhan nya di pinggang ramping rayne agar lebih merapat dengannya.

"Begini saja, walau suka dingin kau bisa jatuh sakit dengan udara dingin seperti ini" sesekali jeno akan kembali mengecupi surai si manis, wangi harum yang menguar dari rayne membuat jeno tidak tahan untuk terus mengecupi surai salju itu. Tentu saja jeno berani melakukan hal itu berulang ulang karena tidak melihat ada nya penolakan dari rayne sendiri.

𝐹𝒶𝒾𝓇𝓎𝓉𝒶𝓁𝑒 ||noren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang