Oneshot: Elegi

7.5K 701 127
                                    

Peringatan: Cerita ini tidak pernah ditulis maupun di publish di web, akun, blog, facebook, atau sosial media yang lainnya selain di Wattpad dengan nama akun saya.

Jadi jika kalian menemukan cerita yang sama, serupa, bahkan mirip sekali pun mengenai karakter, kejadian, setting, dan alur, mohon kerjasamanya untuk melaporkan pada saya.

Jika ada yang seperti itu, berarti cerita ini telah DIPLAGIAT DAN DISEBARKAN TANPA IJIN entah karena mirror sites atau apa. Karena iya, cerita ini juga menjadi salah satu korban mirror sites sehingga entah karena apa, cerita ini tersebarluas tanpa ijin.

Elegi hanya ditulis dan di publish di sini.

******

Aku percaya, bahwa pertemuan sederhana akan memancing kejadian-kejadian luar biasa di belakangnya.

Aku dan kamu sedang berada dalam satu cerita bahagia. Biarkan semuanya berjalan semestinya. Biarkan semua berjalan tanpa ada satu perubahan yang dipaksa.

Aku dan kamu akan terus seperti ini. Melakukan hobi kita bersama. Mendatangi konser satu band favorit kita hanya berdua, tanpa mengajak yang lain.

Aku masih mengingat, bagaimana kita tertawa bahagia saat aku menunjuk sang vokalis, kemudian sebelah tanganku bergerak mengacak rambutmu.

"Kau tahu? Dengan rambutmu ini, aku baru sadar bahwa kau begitu mirip dengannya."

Kau hanya tertawa. Kemudian mengambil topi hitam yang selalu kau letakkan dalam tas kecil yang kau sampirkan di punggungmu.

Dengan seringaian kecil, kau memakainya. "Kalau begini, apa aku masih mirip dengannya?"

Lagi-lagi aku tertawa. Aku mencubit kedua pipimu. "Tidak sama sekali. Tapi harus kuakui kau selalu terlihat lebih tampan jika memakai topi itu." Aku menunjuk topi hitam yang melekat di kepalanya.

Dengan sombongnya, kau mengangguk-angguk semangat. "Ya, aku tahu. Aku selalu tampan."

*****

Kalian tahu? Lelaki yang ada di sampingku saat ini, selalu bisa membuatku bahagia sekaligus nyaman. Dan ya, aku mencintainya. Oh ralat, aku sangat-sangat mencintainya. Bagiku, dia partner terbaik dalam hidup. Partner paling menyenangkan untuk menemaniku pergi ke konser atau ke tempat manapun yang kumau. Bahkan, dia partner terbaik yang ahli menenangkanku saat aku bertingkah seperti singa betina setiap bulannya.

"Aku mencintaimu," kubilang.

Seperti biasa, lagi-lagi hanya senyum menenangkan dan gelengan kepala yang kudapat.

"Jangan. Carilah yang lebih baik daripadaku."

Dan-lagi-lagi­-seperti biasa, aku akan menghela napas panjang. Cari yang lebih baik? Bagaimana bisa? Di saat aku sedih, dia yang datang untuk menenangkan. Di saat aku bahagia, dia yang datang untuk satu tawa lebar yang berhasil ia dapatkan kemudian. Di saat aku butuh semua, dia yang selalu datang pertama kali tanpa kuminta. Hanya dia.

*****

Ungkapan perasaanku itu terjadi beberapa bulan lalu, saat semuanya masih baik-baik saja. Saat kami masih bisa merasakan adanya satu sama lain.

ElegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang