2

2 0 0
                                    

“Iya saya, ada apa ya?”

●○●○●○●○

“Ini, gantungan tas mu terjatuh di bus tadi.” jawab Rendy seraya memberikan gantungan yang Ia maksud, Evelyn terkejut dan segera mengambil nya.

“Oh, terima kasih banyak.” ucap nya lalu membungkuk kan badannya 45 derajat.

Rendy tersenyum lalu berkata, “Tidak masalah, Evelyn Hyeji Elizabeth, nama yang cantik, sama seperti orangnya.” Evelyn gelagapan, pipinya memanas dan merona, berbeda dengan Rendy yang justru tertawa gemas melihat reaksi Evelyn.

Rendy melanjutkan kalimatnya, “Siswi baru ya? Perkenalkan, saya Huang Rendy Julian, kamu bisa memanggil saya Rendy atau Ian, saya kelas 2-A, tepat satu lantai diatas kelas kamu, 1-G kan?”

“Eh…iya, kok kak Rendy tau?” tanya Evelyn penasaran.

“Tadi saya liat kamu ada di kelas itu, saya mau mengembalikan gantungan nya tapi ternyata Pak Adi sudah ada di kelas.” jelas Rendy.

“Ngomong-ngomong sebentar lagi jam pulangnya murid baru, mau saya temani sampai kelas?” tawar nya.

“Ah, tidak perlu kak, tak apa, saya sendiri saja.” tolak Evelyn halus.

“Ya sudah kalau begitu, ini, anggap saja hadiah perkenalan dari saya, semoga kamu suka.” Rendy memberikan sebuah kotak berwarna coklat, ukurannya lumayan kecil, tapi cukup berat.

Evelyn menerima kotak itu dengan otak nya yang masih mencerna apa yang terjadi, “Eum…terima kasih kak, maaf sudah terlalu banyak merepotkan kakak di pertemuan pertama, saya duluan ya kak, sekali lagi terima kasih.” Evelyn membungkuk kemudian segera berlari ke kelas.

Tanpa Ia sadari, Rendy menatap kepergian nya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Saat Evelyn masuk ke dalam kelas, ternyata masih sepi, mungkin murid yang lain terlalu asyik hingga tidak menyadari bahwa waktu pulang akan segera tiba, Evelyn duduk di bangku nya, melihat seisi kelas, namun kemudian tatapan nya bertemu dengan Andra, laki-laki yang menurutnya cukup misterius di kelas, Andra menatapnya tajam seakan mencekik Evelyn dalam diam, Evelyn mengalihkan pandangannya ke luar jendela menghindari tatapan nya.

Lamunan Evelyn buyar tatkala bel pulang berbunyi, siswa siswi berhamburan masuk kedalam kelas untuk mengambil tas mereka dan segera pulang, begitu pula dengan Evelyn, Ia merapihkan beberapa alat tulis nya yang sempat Ia keluarkan untuk menghias tulisannya.

Pergerakan nya terhenti saat Andra secara tiba-tiba memanggil nya dan menghampiri nya, “Evelyn.”

Yang merasa dipanggil pun menoleh, “Kenapa Andra?” Tanya nya.

“Mau pulang bareng gak?” tawar Andra.

Evelyn cukup kaget, orang yang tadi menatapnya tajam sekarang justru menawarkannya tumpangan, tapi tentu Evelyn menolaknya dengan lembut karena takut merepotkan nya, “Sepertinya tidak usah, rumah ku cukup jauh dari sekolah, mungkin lain kali saja.” jawabnya seraya tersenyum.

“Ah begitu ya, baiklah, aku duluan ya, hati-hati Velyn.” Andra tersenyum manis dan kemudian pergi keluar kelas.

Evelyn mematung di tempat, senyuman yang dilontarkan Andra cukup indah untuk membuat jantungnya berdegup kencang, Evelyn menghela napas, segera beranjak pergi dari tempatnya, menutup pintu kelas dan berjalan ke halte.

Evelyn sampai di halte bersamaan dengan bus yang baru saja berhenti, segera saja Ia naik ke dalam bus dan mengambil tempat yang sama seperti saat dirinya berangkat ke sekolah, Evelyn menyalakan ponsel nya, membuka aplikasi pemutar musik, mencari lagu yang tepat untuk Ia dengarkan saat ini, Melly Goeslaw – Mungkin, sebenarnya lagu ini tidak ada sangkut paut nya dengan apa yang sedang dia pikirkan, tapi lagu ini dapat menenangkan pikirannya, membantu menyelesaikan perdebatan yang sedang terjadi di otak nya.

Gadis itu melihat ke arah luar, merasa sangat bingung, terlalu banyak kejadian tak terduga di hari pertama nya masuk sekolah. Terlalu banyak kejadian di dalam satu hari yang membuatnya berpikir keras.

Tak terasa, bus sudah berhenti di halte dekat rumah nya, Evelyn segera turun dari bus, tidak langsung berjalan ke rumah, Evelyn justru melangkahkan kaki nya mini market di seberang halte, ‘Sepertinya aku membutuhkan es krim untuk menenangkan pikiran ku.’ Batin nya.

Ia masuk ke dalam mini market dan langsung menuju ke tempat berbagai macam es krim tersedia, memilih beberapa es krim coklat favorit nya kemudian segera mengantre untuk membayarnya, setelah itu Evelyn duduk di kursi yang disediakan di depan mini market, Ia mulai memakan salah satu es krim nya seraya melihat kendaraan yang berlalu lalang, suasana ini, cukup asing menurutnya, karena di sekolah sebelumnya Ia belum pernah merasakan kesepian yang se hebat ini, sahabatnya selalu menemaninya di setiap waktu, tapi sekarang mereka sudah berbeda sekolah, Evelyn harus dapat memaklumi jikalau sahabatnya tidak bisa selalu ada di sisinya seperti waktu kemarin, jadwal mereka yang berbeda membuat kemungkinan untuk bertemu menjadi semakin sulit.

Evelyn menghela napas nya, Ia harus mulai terbiasa dengan suasana yang seperti ini. 10 menit telah berlalu, Ia pun memutuskan untuk segera pulang, takut kalau orang tuanya akan mencarinya meski pun hari masih siang.

Saat sampai di depan rumah, Evelyn mengatur napas nya, mempersiapkan senyuman nya seolah olah dirinya sangat senang dan menikmati hari ini, Ia tak ingin membuat orang tuanya khawatir, Ia membuka pintu, melepaskan sepatu dan kaos kaki nya lalu menaruhnya di rak, “Ayah, Bunda, Ely pulang.”

“Eh, kesayangan bunda sudah pulang, gimana tadi di sekolah?” sambut Bunda nya.

“Seru Bun, tadi Ely dapat banyak teman.” jawab Evelyn seraya tersenyum lebar.

“Iya? Wah bagus lah kalau gitu, bunda jadi tenang dengar nya.” Bunda Evelyn mengelus kepala anak semata wayang nya.

“Ely ke kamar dulu ya Bun, ingin istirahat sebentar, oh iya, ini Ely beli es krim, ada kesukaan Bunda juga.” Evelyn memberikan kantong plastik yang Ia bawa ke bunda nya.

“Ely tau aja kalau bunda lagi mau yang dingin dingin, yaudah istirahat yang cukup ya sayang, Bunda mau ke dapur dulu.” dengan senyuman manis nya Ia menerima kantong plastik yang di berikan anaknya lalu pergi ke dapur.

Evelyn berjalan menaiki beberapa anak tangga lalu masuk kedalam kamar nya, segera mengganti pakaian nya dan duduk diatas kasur dan terlelap dalam mimpi nya.

Di malam harinya, Ia teringat dengan kotak yang tadi kakak kelas nya itu berikan, Evelyn mengambil kotak nya yang dia taruh di dalam tas sekolah nya.

Ia membuka kotak tersebut dan ternyata isinya adalah susu coklat, coklat batangan, permen coklat dan beberapa makanan ringan lain yang memiliki rasa coklat juga, yang menarik perhatiannya ialah sebuah bucket bunga kecil, yang ternyata terdapat sebuah surat berisi pesan singkat, kemudian dia mulai membacanya, ‘Bagaimana? Suka tidak hadiahnya? Semoga kamu menyukainya, selamat menikmati. Oh iya, ini nomor telepon ku, kalau ada apa apa hubungi aku ya. Dan juga sepertinya kau lupa denganku bukan? Tak apa, aku yellow, apa kau ingat? Anak laki-laki berpakaian serba kuning yang selalu merebut coklat mu di taman kota. Hahaha maaf untuk itu, anggap saja ini sebagai gantinya, sampai jumpa besok di sekolah. Tertanda, HRJ.’

“Yellow? Seperti pernah dengar, dan setelah dipikir-pikir wajahnya memang tak terlalu asing, tapi…ah, nanti coba ku tanyakan ke Bunda saja lah. Tapi ini manis sekali, jadi akan ku simpan saja kotak, bunga, serta suratnya.” Monolog Evelyn dengan senyum yang terukir di wajahnya.

Setelah itu Evelyn membaringkan dirinya dan memandangi langit kamar nya, senyumnya masih tersemat dengan indah, sebuah surat singkat dari kakak kelas yang ternyata adalah musuh masa kecilnya mampu membuatnya melupakan kejadian memusingkan yang Ia alami hari ini.

Menyadari hari sudah mulai larut, Evelyn pun segera bersiap untuk tidur, dan berdoa semoga kebahagiaan yang Ia rasakan saat ini tak akan cepat berakhir, Ia mulai menutup mata nya, berharap dan yakin bahwa ke depannya semua akan baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReminiscenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang