Lima tahun berlalu sejak Seijuro naik takhta dan usianya kini menginjak 20 tahun, selama itu juga semua hal berubah di bawah kepemimpinannya.
Di mulai dari turunnya tarif pajak untuk petani dan rakyat biasa yang sebelumnya dapat di katakan sangat tinggi hingga berlakunya biaya transportasi perdagangan antar negara yang melewati kerajaan Teiko.
Pembatasan pemasukan barang baik itu makanan, perabotan dan yang lainnya dari luar dan lebih menekankan untuk semua orang menggunakan buatan dari rakyat Teiko sendiri.
Penjualan garam dan rempah-rempah di batasi dan yang terakhir adalah wajib militer untuk semua anak laki-laki baik itu dari rakyat jelata atau bangsawan yang berusia 12 tahun hingga 25 tahun.
Hal itu di lakukan agar kerajaan Teiko dapat menggali bakat-bakat yang ada di antara anak-anak muda mereka dan memberikan pelatihan untuk mereka yang bermasalah.
Dapat di katakan pemerintahan yang di lakukan oleh Seijuro serta agenda-agenda yang dia susun untuk lakukan sangat sempurna, semua rakyat Teiko merasa sangat nyaman dan merasa di perlakukan adil dengan semua itu.
Namun tidak dengan watak dan sifat tirani yang di miliki oleh Seijuro, di balik semua orang sangat mengagumi dan mengelu-elukannya mereka juga takut dengannya.
Sifat tanpa ampun tidak perduli apakah itu wanita atau laki-laki Seijuro tidak akan segan untuk mengangkat senjatanya apabila mereka menyinggung perasaannya atau mengusiknya.
Di awal pemerintahannya tidak sedikit pejabat dan menteri di bunuh olehnya karena terlalu banyak mengatur apa yang di lakukan oleh Seijuro.
Sifat liar dan haus akan pertarungan membuat Seijuro tidak selalu berada di istana, dia akan pergi ke perbatasan atau berburu untuk memuaskan perasaannya lalu akan kembali ke istana 1 bulan kemudian.
Dan seperti biasa saat ini Seijuro, beberapa jendral dan penjaga tengah berada di perjalanan untuk pergi berburu seperti biasa, jendral yang menemani Seijuro saat ini adalah jendral Aomine Daiki dan jendral Kagami Taiga.
Keduanya selalu menemani Seijuro apabila dirinya ingin pergi berburu atau pergi untuk melihat keadaan perbatasan.
Daiki dan Taiga adalah dua jendral besar Teiko, keduanya telah menemani Seijuro sejak berada di perbatasan dan dapat di katakan mereka tumbuh bersama di sana.
Hari ini mereka semua mengenakan pakaian biasa serba hitam sembari menunggangi kuda melaju menuju tempat tujuan berburu mereka.
Namun di setengah perjalanan mereka terpaksa harus berhenti ketika melihat sebuah kereta yang terparkir mencolok di tengah jalan.
Mereka semua kecuali Seijuro langsung menampilkan ekspresi waspada seraya memeriksa suasana sekitar dengan cermat di karenakan hal yang cukup aneh apabila ada sebuah kereta terparkir di sini mengingat jalan ini sangat jarang di lalui oleh orang lantara tempat ini sangat sepi dan di kelilingi oleh hutan serta jauh dari permukiman.
Selain ini tempat ini sangat sering di pakai oleh bandit gunung untuk merampok para pedagang dan warga yang lewat dari sini, mereka tidak segan untuk membunuh korbannya apabila tidak mendapatkan apa-apa.
"Taiga, pergi dan periksa!" perintah Seijuro kepada pemuda berambut merah itu.
"Baik, yang mulia." balas Taiga seraya langsung turun dari kudanya dan berjalan menuju ke arah kereta di depan mereka itu.
Meski nampak dari jauh dan dekat keadaan kereta itu terlihat sama sekali tidak memiliki orang yang berada di dalamnya mengingat suara langkah kaki kuda mereka yang cukup besar ketika datang akan sangat mustahil apabila orang yang berasal di dalam kereta itu tidak mendengar dan keluar untuk melihat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fame Then Imperialism [ Akakuro ]
FanfictionPERINGATAN KERAS!! ⚠️⚠️ Cerita ini mengandung unsur Yaoi, BL atau Gay. Jadi yang homophobic langsung close ❌ aja karena aku tidak memaksa kalian buat baca cerita aku, terimakasih. ____________________________________ Bagi Akashi Seijuro cinta hanyal...