Hari mulai sore ketika mereka sampai di lokasi berburu, setelah menurunkan semua barang yang ada para penjaga langsung bergegas membangun tenda sebelum malam tiba.
Setelah semua selesai mereka lanjut membuat api unggun di tengah-tengah tenda untuk menghangatkan diri dari angin malam sembari memanggang beberapa daging kelinci yang di buru oleh Daiki dan Taiga sebelumnya.
Tetsuya duduk di sebelah Taiga menatap daging kelinci panggang di depannya dengan wajah melamun, hal itu di perhatikan oleh Seijuro dari samping yang entah mengapa terlihat menarik baginya.
"Apakah sudah siap?" tanya Seijuro kepada prajurit yang bertugas untuk memanggang daging kelinci itu.
"Sebentar lagi Yang mulia." balas cepat mereka.
"Kenapa Yang mulia? Apakah anda lapar, makanlah ubi bakar ini dahulu jika anda lapar." kata Taiga mencungkil ubi bakar yang ada di bara apa ke pinggir.
"Aku belum lapar, tapi orang lain mungkin lapar." jawab Seijuro dengan senyuman kecil di bibirnya seraya melirik ke arah Tetsuya yang masih belum menyadari bahwa dirinya di bicarakan.
Mengikuti lirikan Seijuro, Taiga dan Daiki kemudian melihat Tetsuya menatap daging kelinci panggang di depannya dengan fokus tanpa berkedip dimana remaja laki-laki itu sama sekali belum menyadari semua orang menatap ke arahnya.
Butuh beberapa saat sebelum Tetsuya menyadari tatapan semua orang sebelum dengan malu-malu perlahan bergeser ke arah belakang punggung Taiga di mana hanya menyisakan sebagian wajahnya melirik takut ke arah mereka.
Meski Tetsuya hanya memperlihatkan sebagian wajahnya namun hal itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan keindahan yang di milikinya, mata besar beriris azure dengan bulu mata panjang berbentuk seperti sayap kupu-kupu sesekali terlihat seolah mengepak ketika ia berkedip.
Tatapan polos tanpa noda dari Tetsuya membuat siapa saja ingin mengelus dan memanjakannya.
"Apakah Tetsuya sudah sangat lapar?" tanya Taiga.
"Tidak saudara, Tetsuya hanya baru pertama kali melihat daging kelinci di panggang langsung seperti ini." jawab pelan Tetsuya dengan suara lembut.
"Oh benarkah?! Apakah Tetsuya takut melihatnya?" kembali bertanya dengan khawatir.
"Tidak, Tetsuya sama sekali tidak takut saudara." balas remaja bersurai biru itu seraya menggelengkan kepalanya.
"Baguslah, kalau begitu tunggu sebentar lagi daging kelinci itu pasti matang."
"Um." angguk patuh Tetsuya.
"Sialan Taiga! Betapa beruntungnya dia memiliki saudara yang begitu patuh seperti Tetsuya." umpat pelan Daiki menatap penuh kebencian Taiga.
Seraya membenci adik-adik nakalnya di rumah yang setiap hari membuat kerusuhan dimana setiap kali dirinya yang harus mendisiplinkannya.
Mengapa ayah dan ibunya tidak memberikannya adik satu saja yang seperti Tetsuya, di jamin pasti hari-harinya tidak akan semenyedihkan seperti ini.
Tidak lama setelahnya daging kelinci panggang akhirnya matang, total ada 6 kelinci gemuk yang tersaji di atas daun tergelar di depan mereka yang sudah di potong lebih kecil.
Seijuro terlebih dahulu meraih paha untuk dirinya sendiri lalu di ikuti oleh Daiki, Taiga dan Tetsuya kemudian barulah para pengawal itu berani makan.
Suasana makan sederhana seperti ini sudah biasa di lakukan oleh mereka ketika berburu dan ketika berada di ketentaraan, sehingga meski Seijuro telah menjadi kaisar hal itu tidak berubah sama sekali.
Ketika Tetsuya mencicipi daging kelinci yang di ambilkan oleh Taiga seketika matanya berbinar dalam kesenangan, memakan daging kelinci panggang bukan pertama kali di lakukan oleh Tetsuya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fame Then Imperialism [ Akakuro ]
أدب الهواةPERINGATAN KERAS!! ⚠️⚠️ Cerita ini mengandung unsur Yaoi, BL atau Gay. Jadi yang homophobic langsung close ❌ aja karena aku tidak memaksa kalian buat baca cerita aku, terimakasih. ____________________________________ Bagi Akashi Seijuro cinta hanyal...