02. Arumi

646 195 5
                                    

•••

Ini baru permulaan. Arumi sudah dicampakkan oleh suaminya. Baru kemarin menikah—belum sempat 24 jam, ia ditinggalkan.

Malam semakin larut. Tapi tak sedikitpun Arumi mendapatkan tanda-tanda akan kedatangan seseorang.

Arumi bergerak tidak tenang. Ia tengah menunggu kedatangan Alaska yang tak kunjung datang. Gelisah terus meliputi dirinya.

Kemana pria itu?

Dimana keberadaan nya saat ini?

Apakah ia baik-baik saja?

Rentetan pertanyaan yang ada dipikirkan Arumi.

Berkali-kali Arumi menghela nafas. Matanya begitu berat menahan kantuk yang terus menyerang. Berbeda dengan perutnya yang tidak mau berhenti mengeluarkan suara karena minta diisi.

Ditunggu punya tunggu, tak juga datang. Sampai akhirnya—kantuk benar-benar menyerang tanpa bisa ditahan lagi. Arumi tertidur dalam keadaan perut kosong.

Paginya.

Arumi membuka mata perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk. Matahari telah tiba menggantikan malam. Tapi hingga saat ini, pria yang ia tunggu sampai terlelap tak juga datang menunjukkan batang hidungnya.

Urusan sepenting apa sampai membuat pria itu lupa pulang? Setidaknya kabari jika memang tidak pulang. Arumi akan mencoba mengerti.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi jika benar begitu—tapi ayolah. Pria itu benar-benar keterlaluan.

Huhh... Arumi menghela nafas lelah. Ia memberi jeda untuk pikirkan yang berkecamuk kacau. Baiklah, baiklah. Arumi akan berpikir lebih jernih sebelum pikiran buruk menguasainya.

Drettt.. dretttt..

Arumi dengan antusias meraih ponselnya yang berada di nakas, membuka room chat nya dengan Alaska yang ternyata—kosong.

Bukan.. Bukan notif dari Alaska, melainkan Farel, teman kampusnya. Arumi mendesah kecewa. Harapannya seketika pupus.

Farel :

Hari ini lo ada kelas, kan? temuin gue di taman biasa ya, Mi.

•••

Angin menghembus kencang menyapa bunga-bunga yang bermekaran indah hingga membuat bunga itu bersenandung menari-nari.

Merdu tawa juga mengikuti hembusan angin yang menerpa wajah kedua orang yang saling melontarkan candaan.

Tawa merdu gadis di depan tak luput dari perhatian seorang Farel. Farel Kasandra, anak tunggal pengusaha terkenal di Indonesia.

Farel menyukai semua yang ada dalam diri Arumi. Mulai dari tawa, senyuman, sampai candaan yang dilontarkan. Gadis itu mampu memikat hatinya dalam kurun waktu singkat.

Arumi berbeda dari perempuan yang ia temui sebelumnya. Tutur kata yang lembut, serta wajah teduh itu membuat ia terpesona, bahkan saat pertama kali bertemu.

ARUMI [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang