"Sekian presentasi yang bisa saya sampaikan, kalau ada salah mohon dimaafkan. Kalau ada yang sayang mohon diungkapkan."Sontak teriakan heboh terdengar membahana dari kelas yang awalnya hening, menjadi sangat ramai karena lelucon dari orang di depan sana.
Teriakan demi teriakan saling bersahutan riuh.
"Kiw! Kiw! Kode keras nih bos!"
"Wuuuuu!"
"HAHAHA!"
Orang itu, orang yang kini sedang berdiri di hadapan teman temannya tertawa amat manis mendengar sorakan demi sorakan dari mereka.
Gadis dengan kerudung hijau mint itu tak menyangka lelucon penutup presentasinya akan membuat mereka bersorak heboh.
Gadis itu membenarkan kerudungnya yang sedikit tersingkap, kemudian kembali bersuara, "Terimakasih, saya Natasya Amira, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..."
"Wa'alaikumsalam.."
"Wuhuuu! Amira lovers!"
Amira hanya terkekeh saat mendengarnya. Lantas berjalan menuju tempat duduknya di bangku pojok belakang. Dekat jendela. Favorit gadis itu.
"Amira! Kerja Agus!" ucap seseorang yang duduk tepat di depan gadis itu. Namanya Desta.
Orang yang duduk di sebelah kanan Amira tertawa mendengar ucapan Desta, "Kerja Agus, Amira! Kerja Suparno, kerja Supardi, kerja Supa'at, kerja-"
"Terusin... lo sebut semua nama sekampung, Nisa pea!" kalo yang ini namanya Inggit. Orangnya nyolotan.
"Tapi Ra, good job! seperti biasa," lanjut Inggit mengacungkan kedua jempolnya.
Amira tersenyum lebar, bertepuk tangan kecil, "Makasih yaa, alhamdulillah,"
"Oke, anak anak, presentasi dari Amira tadi sekaligus menutup kelas kita hari ini. Sampai bertemu lagi minggu depan. Happy weekend!"
Dosen itu mulai melangkah keluar kelas. Diikuti dengan anak anak yang juga menyusul satu persatu.
"Eh, kita bertiga duluan ya, Amiraa!" kata Desta yang sudah merangkul Anisa dan Inggit.
"Ah, iya! hati hati," balas gadis itu melambaikan tangannya, tersenyum.
Amira masih tetap di bangkunya. Menunggu semua temannya keluar. Menatap kepergian mereka satu satu.
"Huh! Capek,ya Allah." keluh gadis itu pelan setelah menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Ia capek. Hatinya. Tubuhnya. Pikirannya. Sandiwara ini, harus sampai kapan?
Ting
Amira merogoh saku gamisnya saat mendengar ada notifikasi masuk. Masih dengan kepalanya yang ia letakkan di atas meja, jemarinya dengan cepat membuka room chat.
Setelah membacanya sebentar Amira langsung membalas pesan singkat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira dan Semestanya
Non-FictionIni Amira. Natasya Amira. Kekosongan membunuhku. Semua tentang dunia itu, bohong. Omong kosong. Semua bohong. Seperti sebuah pertunjukan di atas panggung. Semua orang memakai topeng mereka masing masing. Fuck friend. Fuck hope. Fuck liars around me...