•VII

183 29 0
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Ada tiga doa yang tidak akan ditolak: Doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──

Pukul 14.00, dan Bachira baru selesai beresin 1 dari 2 hukumannya. Tinggal ngepel  koridor lantai 1 dan ia diperbolehkan melewati gerbang sekolah yang dijaga oleh satpam penjaga amanah dari bu Anri.

"Gue bantuin, mau gak?" Tawar seseorang.

Bachira tersenyum tipis lalu menyodorkan satu gagang pel dihadapan Rin.
"Siapa yang nolak sih, haha."

"Kok lo baru pulang? Perasaan udah bubaran 2 jam yang lalu" Tanya Bachira.

"Ada kerjaan" Balas Rin singkat.

Tak mau mengganggu privasi, maka Bachira mengganti topik.

"Lo- kenapa tadi ga bohong aja. Kalian tadi sekelas jadi ikut kena marah. Apalagi hukuman lo hampir jadi nambah gara gara gue..." Ucap Bachira membuka suara.

Iya, tadi Loki langsung memarahi murid sekelas karna para saksi diam saja disaat mengetahui bahwa Bachira bukanlah murid yang seharusnya berada ditempat itu. Dan Rin juga Nanase yang diketahui teman terdekatnya lah yang langsung disuruh membawa Bachira ke ruang BK diawasi oleh Loki. Sedangkan pembelajaran kelas berlanjut diawali oleh ceramah dari bu Anri.

"Gaboleh bohong, pahala puasa gue nanti hangus. Dan yang diomongin bu Dewi tadi juga emang keterlaluan kok, lagian hukuman gue juga dibatalin karna ada pak Loki" Balas Rin.

Flashback.
Cklek
"Kamu lagi?" Ucap Bu Dewi, guru BK.

"Bachira Meguru menyusup ke kelas 1 dan melewatkan 3 jam pelajaran secara sengaja" Lapor Loki secara singkat.

"Lalu, Itoshi Rin dan Nanase Nijiro sebagai wakil kelas 1-3 untuk menerima informasi hukuman karna telah menutup mulut saat melihat pelanggaran" Sambung Loki.

"Kamu ini ga capek? Berkali-kali kamu berulah membuat para wali mu pusing." Omel guru BK.

Bachira hanya menunduk dan sesekali menguap karna telah terbiasa dengan suasana ini.

"Jangan hanya mendengarkan! Pahami apa yang saya katakan. Lihat diluar sana berapa banyak orang yang sudah lelah melihat tingkah kamu, Bachira Meguru. Bahkan Saya sudah muak melihatmu keluar masuk ruangan ini dengan kasus yang berbeda-beda."

"Maaf bu, saya lalai. Lain kali saya akan perbaiki sifat saya menjadi lebih baik" Ucap Bachira pelan saat mendengar nada guru BK tersebut meninggi.

Senakal apapun Bachira, tak mungkin ia menginginkan orang lain membatalkan ibadahnya hanya karna kelakuannya.

"Hahhh... Minta maaf saja terus, tapi tak ada perkembangan..." Ucap guru tersebut, menghela nafas seakan menahan amarah.

"Saya bingung bagaimana ibumu bisa bertahan mengurusmu tanpa sosok ayah yang mendidik" Sambung guru tersebut yang tentunya menyayat hati Bachira.

"Maksud ibu? Maaf, tapi ibu kan bukan mamanya kak Bachi. Perkataan ibu agak tak pantas diucapkan bu" Sahut Nanase.

"Saya hanya bertanya? Seorang Bachira Meguru disekolah saja sudah membuat pusing beberapa walinya. Apalagi ibunya yang bersama sejak dirinya masih berusia dini" Elak guru tersebut.

Gembok Biru-?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang